Bertemu Umi dan Abi

9 2 0
                                    

"Kamu belum..." Adara menatap wajah Abrisham dengan kesal. "Ku bilang aku ingin pulang!" Abrisham menghela nafas dan mengangguk.

Diperjalanan tidak hentinya Adara menangis, tidak pernah ada orang sebr*ngsek Gabriel itu, dengan paksaan pria itu melecehkannya sungguh ia tidak bisa diam begitu saja dan ia merasa berdosa. "Maaf..." Ucap Abrisham dengan raut wajah penyesalan namun Adara tanpa menoleh mengangguk sebagai jawaban.

"Sudahlah itu tidak ada dalam naskah mu kan maka kau santai saja meninggalkan aku?" Abrisham merasa semakin bersalah setelah mendengar itu.

"Tidak, aku benar tidak menyangka dia berbuat hal itu, yang aku tau dia hanya tertarik pada wanita sexy jadi aku tidak takut membawamu, tapi B*jingan itu tetap saja tidak pandang buruan." Adara tidak menjawab sampai ia tiba di rumahnya.

"Terimakasih, Assalamualaikum." setelah itu Adara keluar namun terhenti kala Abrisham menahannya. "Tunggu!" Adara menoleh.

"Jangan membenciku ku mohon." Adara menghembuskan nafasnya.

"Aku tidak membencimu Kak Sham, hanya beri aku waktu untuk melupakan kejadian buruk itu." Abrisham mengangguk mengerti, ia pun tersenyum.

"Waalaikumsalam, mimpikan aku." Adara menggeleng tidak percaya dengan ucapan pria di depannya.

"Aku sudah mengecewakan nya." gumam Abrisham mengacak rambutnya frustasi, entahlah tapi rasanya ia menjadi pria lemah karena tidak bisa melindungi gadisnya.
Malam itu tepat dimana Adara telah pulang, dan Fatin sudah menunggu di tengah rumah ditemani Tanvira, segera mereka melirik pintu saat terdengar suara salam.

"Waalaikumsalam.." ucap Vira dan Fatin bersamaan, mereka menatap Adara dengan kondisi mata gadis itu sedikit bengkak dan hidung memerah.

"Astagfirullah, Kakak kenapa?" tanya Vira panik segera mendekati sang Kakak.

"Enggak kok, ini cuman efek capek." Fatin menggeleng kepala. "Kalau capek gak mungkin nangis, sekarang jawab Bunda dengan jujur, kamu kenapa?" Adara terdiam dan memeluk Bundanya.

"Hiks....Adara dipegang dan di hina Bunda hiks...Adara gak tau salah Adara apa, hiks...tapi ada seseorang melecehkan Adara hiks...dia...dia pegang bagian tubuh Adara dengan lancang." Fatin menepuk lembut tengkuk putrinya.

"Lalu, bagaimana kamu bisa terbebas?" tanya Fatin.

"Hiks...saat itu Kak Sham datang dan memberikannya pukulan hiks...Adara takut Bunda." Fatin menatap pilu putrinya dan memeluknya dengan erat, Kalau Vira ingat ia sering diperlakukan itu saat berpacaran tapi tidak sehisteris Kakaknya, namun ini berbeda dan ia juga merasa marah Kakaknya di lecehkan oleh lelaki kurang ajar.

Fatin masih sibuk menenangkan Adara. "Kak, siapa yang melakukan hal itu pada Kakak?" Adara menggeleng ia masih takut membahas hal itu.

"Sudahlah Vir, jangan sekarang dibahasnya Kakak kamu masih trauma, sekarang kamu bawa dia istirahat ya nak." Vira mengangguk dan membawa Adara untuk istirahat dikamar mereka.

"Ayah tidak habis fikir dengan pria yang berani membuat putri pertama Ayah menangis, Ayah akan membalasnya nanti!" Ucap Farhan dan diangguki Fatin.

Setelah itu Farhan menatap istrinya dengan wajah senang membuat istrinya bingung. "Ayah kenapa??" tanya Fatin.

"Bun, ada kabar gembira dari Tuan Ebrahim ternyata beliau sudah menetapkan pernikahan putri kita, untung Ayah sudah menyiapkan keperluan putri kita." Fatin terkejut mendengarnya.

"Apa Ayah bercanda? Adara belum menerima perjodohan ini kenapa Ayah sudah memutuskan sesuatu!" kesal Fatin.

"Bun, inget ya perjodohan ini sudah terlaksana beberapa hari, terlihat jika mereka sudah klop jadi Ayah tidak mungkin menolak hal baik ini, apalagi Tuan Ebrahim sangat menginginkan Adara." Fatin menggeleng. "Ayah selalu saja membuat keputusan sepihak tanpa tau putri kita bahagia atau tidak!" Fatin pun pergi ke kamarnya dengan wajah kecewa.

Bismillah Ku Memilih (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora