2. Kedatangan Sang Diva

5 0 0
                                    

Becca memarkir mobilnya dengan hati-hati di depan rumah. Sudah ada mobil lain yang terparkir di depan rumahnya, sebuah jaguar merah. Pasti milik si Diva yang doyan memakai coat berbulu, padahal sudah jelas Jakarta panas, pakai coat berbulu segala, sungutnya ketika melihatnya pertama kali memakainya. Tapi yang membuat Becca menahan mulutnya adalah dia selalu membayar kontrak tepat dengan waktunya. Jadi, apa boleh buat dia telan saja semua makiannya selama ini.

Pelanggan Becca memang rata-rata penyanyi beken. Nama baiknya sebagai penulis lagu top charts sudah terkenal di kalangan penyanyi, nggak heran banyak penyanyi antre demi bisa menyanyikan lagu buatannya. Sayang, inspirasinya sedang mandek, gara-gara ia tersandung batu kecil. Apalagi kalau bukan pacarnya yang tukang ngambek. Ia berulah untuk membuatnya cemburu, memakai jasa model untuk berakting sebagai selingkuhannya. Dia pikir dirinya bakal cemburu. Berhubung ini bukan yang kali pertama. Jadi sama sekali tidak ada cemburu. Tapi karena ia terus saja mengganggunya dengan informasi-informasi kegiatan perselingkuhannya, mau tak mau terpikir juga. Alasannya sebenarnya sepele, ada penyanyi solo lumayan ganteng yang ngobrol dengannya di coffee shop dan kebetulan pacarnya lewat. Terjadilah drama memalukan. Ampun!. Padahal hanya urusan pekerjaan. Susah memang pacaran dengan pria yang sembilan tahun lebih muda.

Becca menyiapkan hati dan telinganya, kalau-kalau ia harus mendengar semprotan Nyonya besar itu. Dia berlari menembus hujan masuk kedalam rumah. Rumah itu bagai rumah angker sekarang.

"Permisi ... Maaf saya terlambat," katanya dengan jalan menunduk-nunduk layaknya orang meminta maaf.

"Baru datang dia. Hampir saja aku mau pulang!" Nyonya itu memandangnya galak. Hari ini coat yang dipakainya motif cheetah menambah panas suasana.

"Maaf, tadi saya terjebak macet," repetnya, padahal bajunya sudah basah dimana-mana. Diluar masih hujan gerimis.

"Sudah! Saya tak mau dengar alasan. Saya mau lirik lagu saya. Mana lagu saya?" hardiknya.

"Saya ... belum ada inspirasi Mih. Nanti deh, kalau inspirasi sudah ada, saya kabarin Mamih pertama. Gimana?" katanya dengan nada memohon dan penuh antusias.

"Ya sudah! Saya beri waktu kamu kali ini. Butuh waktu berapa lama?"

"Se—sebulan?" tanyanya hati-hati.

"Sebulan?" nadanya meninggi, "Tidak! Dua minggu cukup, kan?"

"I—iya, Mih. Pasti dua minggu. Pasti!" kata Becca sambil mengantar Nyonya besar itu keluar rumah. Manajernya sudah menunggu dengan payung diluar.

Akhirnya sang Diva pulang.

Becca menghela napas, dirinya baru saja lolos dari bentakan bertubi-tubi.

SametonWhere stories live. Discover now