6. The Great Escape Mata Jitu

4 3 0
                                    

Akhirnya kapal rakyat tiba. Mereka menaiki kapal rakyat dan berlayar menuju Pulau Moyo. Pulau Moyo terletak di utara Pulau Sumbawa. Masing-masing membayar biaya kapal sebesar dua puluh lima ribu. Mereka akan mengarungi perairan selama dua jam.

Kali ini mereka tak berbicara. Mereka mengarungi perairan dalam diam. Bergeming di ombang-ambing lautan. Terus berlayar, sampai pasir putih pantai terlihat dari kejauhan. Pulau Moyo. Akhirnya kapal merapat di Desa Labuhan Aji.

Kaki-kaki itu pun menjejak di pantai pasir putih Pulau Moyo. Laut berwarna biru toska. Cantik sekali.

"Kita mau menginap dimana?" Tanya Richard.

"Di penginapan warga saja. Lebih murah," kata Deni. "Soal penginapan nanti saja. Kita temui dulu lagunnya."

"Konon di dalam Pulau Moyo ada air terjun yang sangat cantik dengan lagun-lagun kecil yang airnya berwarna biru muda. Namanya air terjun Mata Jitu. The Great Escape-nya Lady Di, Mick Jagger, sampai Maria Sharapova," bisik Deni di telinganya.

"Waw...," mendengarnya Becca ikut bersemangat.

Sampailah kelimanya di kolam air mata jitu. Kelimanya terhenyak melihat indahnya air sebening kaca di mata jitu. Tanpa berlama-lama, yang laki-laki mencopot celana panjang mereka dan segera menceburkan diri ke kolam mata jitu. Sementara yang perempuan, Diani dan Becca, juga mencopot celana panjang mereka dan menyisakan celana ketat pendek dan menceburkan diri juga.

Suasana di kolam mata jitu begitu sunyi. Hanya mereka berlima yang berenang disana. Deni dengan berani menggelayut di akar pohon gantung lalu melompat ke air jernih di bawahnya. Mereka bercanda dan berenang-renang serta bermain-main di air terjunnya.

"Oiii! Chad, Toli! Berani nggak lo-lo pada terjun kayak gue?" tantang Deni, berteriak dari atas undakan, bersiap melompat.

"Berani gua!" sahut Toli dari bawah.

"Siapa takut, Cuy?" jawab Richard juga dari bawah.

Kedua laki-laki itu menaiki undakan dimana tempat Deni berteriak.

Byuuur ... Ketiganya mencemplungkan diri ke kolam setelah melompat tinggi dari undakan. Cewek-cewek pun juga ingin mencoba. Diani dan Becca turut menaiki undakan. Byuuur... lagi. Cewek-cewek pun melompat dari undakan berbarengan.

Dari kejauhan sepasang mata mengawasi kelima orang yang sedang bersenang-senang tersebut. Kedua mata asing yang mengintai dari kejauhan itu samar-samar dirasakan hawanya oleh Becca. Becca pun berenang mendekat Deni.

"Den, bulu kudukku kok merinding ya tiba-tiba?" bisik Becca mendekat ke telinga Deni.

"Gara-gara apa Becc?" bisik Deni pula.

"Nggak tahu. Aku berasa diawasin." Becca tiba-tiba saja memeluk tubuhnya sendiri.

"Udah santai aja. Cowoknya kan ada tiga. Lagipula ada si badan gede, tuh, si Toli." Deni berusaha menenangkan Becca sambil menepuk-nepuk pundak Becca.

Becca pun berusaha mengusir perasaan tidak enaknya dan kembali bermain bersama Diani.

***

Matahari mulai menenggelamkan diri. Waktu maghrib pun tak terasa sudah tiba dan suasana di Mata Jitu semakin menjadi tak nyaman. Tapi hanya Becca yany mulai merasakan ketidaknyamanan itu.

Setelah lama-lama bermain dan berenang sepuasnya di Mata Jitu, Becca memutuskan naik dari kolam.

"Becc, mau kemana?" tanya Richard keheranan melihat Becca sudah keluar dari kolam.

"Udahan yuk, guys," kata Becca seraya memeras pakaiannya yang basah.

"Iya yuk. Udahan. Udah gelap," kata Diani menyepakati. Cowok-cowok pun dengan enggan naik tapi terpaksa menuruti keinginan cewek-cewek.

Ssksksksksk... suara desisan terdengar sampai ke telinga awas Becca. Becca dengan cepat menoleh ke sekitar. Tidak ada siapa-siapa di hutan ini selain mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SametonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang