Prolog 00 - Nol

61 1 0
                                    







Prolog 00-Mereka kelompok remaja yang payah












Ilmuan mengatakan, umur kisaran remaja itu dibagi menjadi tiga. Pertama, masa remaja awal pada umur 12-15 tahun. Kedua, masa remaja pertengahan pada umur 15-18 tahun. Ketiga, masa remaja terakhir pada umur 18-21 tahun.

Usia yang pertama, itu mungkin dari masa Sekolah Menengah Pertama dilanjut kedua memasuki masa Sekolah Menengah Atas dan terakhir mungkin dijenjang selanjutnya Kuliah ataupun bekerja.

Nah untuk kalian yang kebetulan berada di fase kedua ini, Masa Remaja Pertengahan tentunya kalian berada di Sekolah Menengah Atas kan ya?

"Iya lah pak, emang kita anak SMA. Bukan SMP." dumal Kumari yang membuat teman sebangkunya terkekeh menyenggol pelan tangannya. "Abisnya bapaknya lupa Nyi, kita kan udah ada di Arutala bukan Kencana lagi."

"Tapi ada kan pak, remaja yang seusia kita dia udah Kuliah S1 itu gimana ya pak?" Cece pemuda didepan meja keduanya memberikan sebuah pertanyaan.

Pak Hardi yang diberikan pertanyaan oleh Cece berdiri dari kursinya dengan semangat. Kelas Bimbingan Konseling yang mengisi jamkos disalah satu kelas Ilmu Pengetahuan Alam itu memang membuat siswa-siswi didalamnya menjadi lebih pendiam. Ya, pendiam alias sebagian orang tidak memperhatikan Guru Bimbingan Konseling angkatan mereka yang sedang menjelaskan apa yang dia hendak jelaskan, membagikan sedikit ilmunya untuk anak didik. Niatnya baik, lah muridnya malah pada tidur diatas meja acuh tak acuh main handphone.

"Kalau itu mah Ce, karena kelebihan IQ." Farhan dibangku paling pojok didekat jendela menyahut kecil. "Pinter teuing!"

"Ya, kita dilahirkan dengan keadaan yang berbeda-beda, otak setiap orang berbeda kapasitasnya. Ada memang yang seperti itu, nilai IQ nya besar lebih dari 115, bahkan ada yang sampai mengalahkan Albert Einstein. Ada pasti, dan mungkin anak yang seperti itu memang kapasitas otaknya lebih besar. Termasuk, salah satu contohnya ada anak kecil usia 12 tahunan dari Indonesia dia ngambil S2 karena dia otaknya saking pintarnya begitu, kapasitas otaknya udah ada di Strata 2." jelas Pak Hardi, beliau menjelaskan dengan gerakan tubuh yang khas dari dirinya. Menggaruk kepalanya yang setengahnya tidak ditumbuhi rambut, meskipun begitu Pak Hardi orangnya baik sekali.

"Wah itu, anaknya saya sepertinya kenal Pak." sambar Farhan membuat tatapan meremehkan muncul diwajah teman-temannya. "Kalau nggak adik saya, keponakan, atau anak orang lain sih Pak kayaknya."

"Iya, Farhan nggak usah ngejokes ah. Akselerasi jalurnya itu, kalau nggak salah. Ada banyak jalur untuk begitu, Bapak nggak tahu semuanya. Tapi, ya memang kapasitas otak berbeda-beda, tergantung lingkungan, juga orangnya apalagi kalau otaknya diisi dengan hal-hal negatif lama kelamaan jaringan otak akan rusak."

"Tuh, Ce denger." Nyi menyeru pelan dibelakang Cece. Disusul dengan Kumari yang membenarkan "Cece tuh Pak, suka nonton film."

"Film apa? Barbie?" Pak Hardi menoleh kearah Cece. "Sini coba saya cek galeri kamu Ce."

Cece dengan panik memegangi handphonenya yang tergeletak diatas meja. "Enggak, Pak nggak ada, Kumari mah bohong! Nggak ada film-film Anunya kok."

"Anu naon Ce heh?" Kumari melempar gulungan kertas yang sedari tadi dia bentuk menjadi bulat kepada Cece dengan tawa yang tak tertahankan. "Hahahaha!"

"Aduh Ce, nonton apa atuh Ce." Gilang ketua kelas menggelengkan kepalanya pelan. Farhan disebelahnya ikut mendecak kecil "Parah Pak, si Cece, ck."

"Ah, laki-laki itu pada dasarnya sama aja otaknya." kata Pak Hardi membuat seisi kelas pun tertawa.

"Pak!" panggil Dian menginterupsi, atensi penghuni kelas kini telah terarah padanya. "Tapi, saya serching kata Ilmuan lagi soal Masa Remaja itu berubah jadi tahap awal dimulai dari umur 10 tahun sampai 24 Pak."

Siswa Siswi Rumaja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang