23. Vonis Dokter

191 18 5
                                    

— R Y S H A K A —




"Gimana kondisi Leysa, Bunda?" Tanya Shaka khawatir bukan kepalang. Ia bahkan tidak mau beranjak sedikitpun dari ranjang sambil memegangi tangan gadisnya.

Lisa menghela nafasnya. "Ada baiknya kamu bawa dia ke rumah sakit. Dia harus di lab tast agar kita lebih tau soal penyakitnya. Bunda gak berani menyimpulkan penyakitnya."

Shaka menatap wanita itu terkejut. "Ma-maksud Bunda apa? Tolong bicara yang jelas, Bund."

Wanita itu menatap Shaka dalam. "Bunda gak berani memastikan soal penyakitnya. Tapi menurut analisis Bunda, dia terkena leukemia."

"Le-leukimia? Kanker darah maksud Bunda?"

Lisa mengangguk kecil. "Tapi Bunda belum bisa pastikan positif atau tidaknya."

Shaka menatap Leysa takut. Ia takut jika hal itu benar-benar terjadi kepada gadisnya. Gadis ini baru bahagia. Tapi kenapa kabar ini kembali menghantam Leysa?

Lisa selaku ibu dari Mike yang dipanggil 'Bunda Lisa' oleh Shaka itu tersenyum lirih. Ia menepuk pundak laki-laki itu dan mengusapnya. Memberikan peringatan kepada Shaka agar tetap semangat.

"Pacar kamu, ya?" Shaka mengangguk kecil. Ia masih menggenggam tangan Leysa erat. Lisa terkekeh kecil. "Kamu mirip Papa kamu banget kalo lagi khawatir."

Revan yang duduk di kursi rias mendelik mendengarnya. "Gue gak selebay itu." Jawabnya pelan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Lisa tertawa geli bersama Clarysa. Revan mendengus malas lalu keluar dari kamar tersebut dengan raut wajah kesalnya.

"Yang penting Shaka gak takut jarum suntik..." Ejek Shaka semakin memanasi suasana.

"DIEM KAMU!!"

Tawa mereka pecah. Revan si phobia jarum suntik sangat berbeda jauh dengan Shaka yang malah terbilang cukup sering melakukan test kesehatan minimal sebulan sekali bahkan tidak ragu meminta cairan vitamin C untuk kesehatannya sendiri.

"Sssstt... Au-uhh..."

Mereka menghentikan tawa ketika mendengar ringisan kesakitan. Shaka, Lisa dan Clarysa kompak menatap ke arah Leysa yang terlihat kesakitan sambil memegangi kepalanya.

"Sayang, are you ok?" Tanya Shaka benar-benar lembut membuat Leysa langsung mengangguk kecil.

"Auwhh..." Leysa meringis. Mencoba untuk duduk namun langsung di cegah oleh laki-laki itu.

"Jangan. Jangan gerak dulu." Shaka kembali membaringkan tubuh Leysa. Ia mengambil tangan gadis itu dan menciumnya lembut.

Lisa kembali duduk di tepi ranjang. Ia memeriksa gadis dengan teliti.

"Nanti kalo udah mulai enakan, langsung periksa ke rumah sakit, ya?" Ucap Lisa lembut membuat Leysa mengerutkan keningnya.

"Ke-kanapa ke rumah sakit kalo anda sendiri seorang dokter?"

Lisa tersenyum. Ia mengelus rambut gadis itu pelan. "Kamu akan tau saat periksa nanti. Jangan lupa, ya?"

Semuanya mengangguk, sedangkan Leysa mengangguk kecil walaupun sebenarnya ia kurang puas dengan jawaban Lisa.

"Bunda pulang dulu, ya? Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam,"

Shaka kembali mengeratkan genggamannya membuat gadisnya itu langsung menatap dirinya.

"Masih pusing?"

Leysa mengangguk. Shaka langsung mengusap kepala gadisnya dengan lembut.

"Shaka, mual." Ucap Leysa lirih.

R Y S H A K A [ENDING]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon