Bagian 25

1.6K 226 13
                                    

Attention
-Jingga Senja-

○○○●●●○○○


Tepat saat Nayla sampai dirumah, ekspektasi Nayla tentang ceramahan kedua orang tua seketika menguap begitu saja ketika sosok Kinara justru menyambutnya dengan pelukan. Mendekapnya penuh dengan kehangatan seraya mengecupi puncak kepalanya, seolah tak membaui aroma tubuh Nayla yang sudah bau keringat itu. Padahal Nayla sudah menyiapkan kedua telinga untuk mendengarkan ocehan dari mulut ke mulut, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Nayla malah disambut dengan sop iga hangat ditengah-tengah meja makan bersama keluarganya.

"Makan yang banyak, ya? Setelah itu istirahat," ucap Sagara disertai senyumannya yang manis membuat Nayla membalasnya dengan anggukan. Mana tega dia menolak meski sebenarnya perutnya sudah penuh, oleh makanan yang sudah ia nikmati bersama Nares sebelum pulang.

Karena tak ingin mengecewakan sang Mama yang sudah bekerja keras memasak makan malam untuknya, Nayla lantas mengambil suapan besar lalu tersenyum pada Kinara yang sejak tadi menatapnya.

Mustahil mereka belum mengetahui apa yang terjadi pada Nayla disekolah, tetapi entah alasan apa yang membuat mereka hanya diam saja seolah semuanya baik-baik saja. Atau mungkin mereka sedang menunggu waktu yang tepat untuk berbicara?

Sedangkan dilainan tempat, Nares sedang menundukan kepalanya dengan telinga memerah akibat jeweran yang Suci berikan. Anak itu tidak berkutik saat Ardi terus memarahi dirinya akibat bolos sekolah dan membuat wali kelasnya menghubungi mereka, tentunya mereka bingung mengingat anak semanut Nares bisa bolos seharian. Sebenarnya Nares tak masalah kalau harus dimarahi seperti ini karena memang ini semua salahnya, jadi Nares tidak akan memberikan pembelaan apapun.

"Kamu ini sudah mau kelas tiga, Mas, apa-apaan pakai acara bolos segala? Mau ikutan kayak anak tetangga itu yang jadi geng-geng motor dan buat kerusuhan? Ayah kaget, lho, kamu berani bolos dari sekolah sampai wali kelasmu telepon Ayah." Nares tersenyum sumir, mengangkat kepala perlahan dan membalas tatapan sang Ayah dengan teduh.

"Enggak, Yah. Mas gak ikutan geng motor, kok!" timpalnya dengan kibasan kedua lengan.

"Ya, terus kenapa? Kemana kamu sampai gak masuk sekolah? Apa jangan-jangan kamu selama ini suka begitu?" Mendapat todongan pertanyaan tersebut dengan cepat Nares mengelak. Untuk kali ini berani membela diri karena memang sebelumnya tidak pernah bolos.

"Ini yang pertama, Yah, serius. Mas belum pernah bolos sebelumnya, Ayah jangan mikir negatif dulu."

Ardi mendesah kasar, diliriknya sang istri yang sejak tadi hanya diam disampingnya. "Ayah tau kamu pergi sama Lala, 'kan?" Suci mengusap lengan suaminya pelan, sedang Nares kini tampak menegang. "Kenapa? Kenapa gak bilang atau jujur kalau kamu nemenin Lala bolos? Bukannya lebih baik ajak Lala balik ke sekolah dibanding bolos sama dia?" Rentetan pertanyaan itu berhasil membungkam Nares. Padahal sejak awal Nares tidak pernah menarik Nayla karena tahu watak Ayahnya seperti apa.

"Ini salah Nares, jangan salahin Lala."

"Iya, ini salahmu. Ayah tau kamu itu temenan sama Lala tapi bukan berarti kamu harus mengikuti keburukan dia juga, Nares. Kalau tau temennya berbuat salah itu harusnya diingatkan, diarahkan ke jalan yang lurus bukan kamu malah ikut-ikutan belok. Nares, Ayah tau masalah yang terjadi sama Lala dan selama ini Ayah diam bukan berarti Ayah gak tau. Ayah tau semuanya dan Ayah pikir kamu sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidaknya untuk diri kamu, tapi Ayah keliru." Sebagai orang tua tentunya Ardi ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Sikapnya yang cenderung galak kepada kedua anaknya untuk membuat mereka agar bisa membawa diri ke arah yang lebih baik, dan Ardi kaget saat tahu putra sulungnya justru berbuat hal yang dilarang olehnya.

Attention - Goodbye Winter✔ (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora