38. happy Weekend

3.1K 355 28
                                    

Leo Pov:

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Leo Pov:

“Itu piscok, beli bentar ya dad?” Rasa ga mungkin kalau Kai gak jajan.

“Iya sayang” tepikan mobil untuk beli piscok, jarak ke hotel tinggal 100 meter

Kai turun bawa uang 100ribu dari saya. Ini pun saya pelajari dari Jo dan Aga. Kasih uang cash lebih untuk jajan seperti ini, bukan bermaksud memetakkan para penjual pinggir jalan dan sejenisnya, penjelasan Kai yang pernah disampaikan kepada Jo dan Aga, para penjual pinggir jalan atau keliling jalan punya effort lebih untuk menjajakan dagangannya. Jadi Kai akan selalu lebihkan uang untuk membelinya tanpa menerima uang kembalian. Saya sudah merasakannya beberapa kali sifat Kai yang seperti itu, bahkan dia lebih sering memilih jajan atau makan di tempat tempat yang sepi pembeli.

Saya berharap, Kai tetap jadi anak dengan hati yang indah seperti itu. Dia sudah mengalami masa sulit keuangan dan kelaparan. Jadi Kai sedikit paham kehidupan dibawah seperti apa.

“Dikasi bonus 2 heheee” kai masuk mobil setelah jajan piscok

“Happy kamu?”

“Iyalah, aku beli 70 ribu tadi tuh, 15 ribuan 4 buat anak-anak yang itu” Kata Kai lagi sambil nunjuk beberapa anak pengamen yang kita lewatin sekarang.

“Kembaliannya ga aku ambil ya dad, taruh di kakek penjualnya” Kai laporan lagi.

Kai hanya pakai 10 ribu untuk dirinya.

Kami masuk area parkir hotel di lantai 4. Setelahnya masuk ke meja reservasi untuk ambil log card kamar hotel.

Masuk kamar dan kami rehat. Saya mandi, Kai makan piscok sambil nonton TV.

Kai adalah orang yang punya pikiran rumit, overthinking nya terlalu parah, dan saya adalah tipikal orang yang plin plan untuk mengambil keputusan. Saya mudah membolak balik keadaan.

Yang saya khawatirkan adalah ketika Kai sudah bersedia menerima saya, justru saya memilih mundur.

Terkadang saya tidak percaya diri berada didepan keluarga mr.Ji. Hingga sejauh ini ketika lebih mengenal Kai, rasa rasanya dia terlalu indah untuk menghabiskan sisa waktunya untuk menemani sisa waktu saya. Masa kelam saya sangat tidak pantas untuk Kai dan Keluarganya.

Saya pun memiliki rasa Malu.

.

.

“Dad, lama ih mandinya” kai ngebuka pintu kamar mandi longokin kepalanya.

“Mau ikut? Sini?” Siapa tau dia tertarik mandi bareng HAHAHAHAHA

“Gak!” Dia nutup pintu kamar mandi dan pergi begitu saja.

Kai butuh pelukanku mungkin?

Kai itu pemalu, karena memang jarang mengekspresikan rasa nya jadi wajar ketika Kai tidak meminta ini dan itu. Dia mau hanya tak berani untuk bilang. Entah malu, takut, sungkan ataupun malas.

“Ngapain kamu?” Tanya saya ketika sudah selesai mandi dan melihat kai duduk di karpet lantai sebelah kasur dengan laptopnya.

“Submit tugas” jawab Kai singkat dengan raut muka kesal

“Belum kirim memang?”

“Aku tuh udah kirim tauk, kata dosen belum masa,  mana ngotot pula ngomongnya tadi, ke hapus kali di WA nya, kesel banget, aneh orang nih ishhhh!!! Aku kirim aja pake email biar ga ilang buktinya, lagian aneh tugas lewat WA, huuuuuu!!! Norak!!!!”

Begitulah Kai ketika marah marah.

“Dosen kenapa sih suka aneh kadang kadang, ga bener banget, kalo jam kerja nya banyak ya tetep aja pake email lah kalo tugas, dipikir biar sambilan kerja yang lain trus cek tugas lewat WA, aneh bener, mana nyalahinnya ngotot pula, cihhh awas aja nilaiku sampe di jelekin, aku labrak bener deh!”

Dia akan diam kalo sudah tidur. Jadi mari kita tidurkan.

Tidur siang.

Happy weekend.

Kasih, Ku Tak Sempurna (End) Kde žijí příběhy. Začni objevovat