ax + by + c = 0 (PROLOG)

19.2K 949 56
                                    

WARNING⚠

"Tandain kalau ada typo. Karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan, begitupun dengan saya."

Ada sedikit perubahan dari segi alur juga ending.
Dan bagi kalian yang sudah membaca cerita ini mohon jangan spoiler!
~bagian ini telah direvisi

°°HAPPY READING°°

.

.
.

.

Senin, 10 Januari 2023

Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi SMA Pandu Jaya, telah meninggal dunia seorang siswi yang bernama Melvina Azzahra kelas 12 IPA 3!!!

Suara speaker mengalun keras disepanjang penjuru koridor.

Apakah ada korban lagi? Ini sudah dua korban yang tewas.

SMA PANDU JAYA, sekolah favorit di wilayah ibu kota yang menerapkan pemeringkatan nilai. Para orangtua berlomba-lomba mendaftarkan anaknya. Namun, tidak semua anak bisa lolos dan terdaftar menjadi siswa Pandu Jaya, tentunya mereka harus melewati rangkaian tahapan ujian serta mempunyai nilai yang mumpuni.

Menguntungkan. Satu kata berikut juga alasan orangtua jika sang anak menjadi bagian dari Pandu Jaya. Diantara keuntungan tersebut adalah:

1. Masa depan anak mereka terjamin.
2. Dihormati dan disegani, karena tidak semua anak bisa masuk di SMA Pandu Jaya.
3. Memiliki kolega yang terhormat.

4. Mengundang pundi-pundi rupiah.

Dimulai dari kata berwujud "menguntungkan" mereka---para orangtua menuntut kesempurnaan nilai, baik itu akademis maupun non-akademis. Ironis, mereka hanya bisa menuntut dan tidak memikirkan psikologis anak yang tertekan karenanya.

.
.
.
.
.

Setiap tingkatan kelas di SMA Pandu Jaya, ada satu kelas unggulan.

12 IPA 3 (kelas 12 unggulan), warga kelas yang  semula tidak terlalu memikirkan lingkungan sekolah kini mereka dihadapi dengan kasus pembunuhan yang menyerang mereka. Disaat orang lain fokus dengan ujian sekolah yang akan dilaksanakan, mereka terpaksa harus bisa menyelesaikan teka-teki bak labirin yang mengincar nyawa.

Seorang remaja cowok bertubuh gagah maju ke depan ruangan kelas. "Hari ini kita pergi ke rumah duka untuk mengucapkan belasungkawa, semua harus ikut tanpa terkecuali!" tegasnya, yang diketahui bernama lengkap Regan Adinata (ketua kelas).

"Harus banget? Lo lupa kita punya tugas Matematika yang harus dikumpulin secepatnya?" timpal Anggika.

Gadis itu menghela napas berat. "Lagian kedatangan kita juga gak berpengaruh banyak, apalagi sampai bisa hidupin Melvina lagi. Ayolah tugas Matematika lebih penting dari segalanya."

"Anggika Moanne Sudirdja!" peringat Regan. "Dimana letak kemanusian lo?"

Regan melangkah mendekat ke meja Anggika dengan tangan bersidakep dada dan kepala menengadah. Seutas senyum smirk timbul diantara lipatan bibirnya.

12 IPA 3 (Revisi)Where stories live. Discover now