CHAPTER: 72÷8−3×1

4.4K 412 7
                                    

WARNING⚠

"Tandain kalau ada typo. Karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan, begitupun dengan saya."

Ada sedikit perubahan dari segi alur juga ending.
Dan bagi kalian yang sudah membaca cerita ini mohon jangan spoiler!
~bagian ini telah direvisi

°°HAPPY READING°°

"Terapkan pemikiran positif dalam diri. Pemikiran positif akan menjadi doa yang baik. Hidup itu sesuai pemikiran kita sendiri, gak ada yang sulit kalo kita mau berusaha, gak ada yang jahat kalo kita berlaku baik. Berlaku dan berpikirlah secara positif karena dapat mempengaruhi kehidupan kita kedepannya. Bukannya kalo kita berlaku dan berpikiran buruk akan kembali pada diri kita sendiri?"

~~~~~~~~~~~~~~~

Malam-malam begini itu enaknya tidur di kamar bukan menyelesaikan ujian yang mirip acara uji nyali. Meski mendumel begitu Haptian tetap membuka matanya lebar-lebar mencerna setiap soal.

Citrus Sinensis. Soal pertama yang tertulis dalam 'Pertanyaan Petunjuk Arah'.

Alis Haptian menukik tanda ia sedang berpikir. "Jeruk?" gumamnya pelan. Namun, masih bisa didengar yang lain. Regan berdehem sebagai jawaban.

"Di belakang gedung unit 1 ada kebun jeruk," kata Haptian ragu. Seingatnya sih ada, waktu itu ia sempat ke sana.

Haptian benci tatapan tidak percaya, seakan mereka meremehkannya. "Gak percaya?" tanya Haptian skeptis.

Ia menghela nafas, apa dirinya sesulit itu untuk dipercaya orang lain? Haptian menatap mereka silih bergantian. "Gue gampang menyesuaikan diri sama lingkungan sekitar."

"Bolos maksud lo?" kata Ayana memperjelas sambil tersenyum mengejek.

Regan melotot menyuruh Haptian diam jika dibiarkan terlalu lama maka akan terjadi keributan, ini bukan saatnya untuk bertengkar, persatuan yang saat ini mereka perlukan. Waktu terbatas mengharuskan mereka bersatu demi memecahkan sebuah pertanyaan petunjuk arah dan segera kembali dengan nilai yang aman digenggaman.

Kalau kalian pikir Haptian akan menurut, kalian salah besar! Mulutnya sih tidak mengelurkan suara. Namun, bibirnya bergerak menye-menye meronta ingin menyumpah serapahi Ayana.

"Kali ini gue mohon, turunin ego kalian disini kita saling membutuhkan."

"Waktu kita cuma 2 jam," lanjut Regan dengan penekanan disetiap kata yang diucapkannya. Anggika setuju, jangan sampai nilai buruk hanya karena pertengkaran mereka. Ia lanjut membaca keterangan di soal pertama.

Bukan selalu benar, benar selalu menjadi yang terbenar.

Bukan utara menuju barat.

Anggika kira soalnya akan berisi hitungan misal logaritma, aljabar atau phytagoras. Sungguh diluar ekspektasi jikalau soalnya berisi tentang sudut pandang dan permainan logika. Ini terlalu sulit, menyatukan banyak kepala untuk satu jawaban.

"Bukan utara berarti selatan.
Bukan selalu benar = selatan (benar)
Benar selalu menjadi yang terbenar = selatan (yang terbenar)."

"Jawabannya dibagian selatan kebun jeruk!" pekik Anggika.

Secara tergesa mereka berlari menuju belakang gedung unit satu. Dikeluarkannya kompas yang tersimpan apik di dalam tas. Mereka berjalan sesuai arah yang ditunjukkan jarum kompas. Setelah terdeteksi titik yang dituju, mereka berpencar mencari lencana logo SMA Pandu Jaya, mencari secara berbondong-bondong bisa menguras waktu, pikir mereka.

12 IPA 3 (Revisi)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن