2.9

2.6K 449 83
                                    

Awas Typo!

.
.
.
.

Bibir Lisa membulat kecil matanya yang melebar menyiratkan kebingungan. Pertanyaan spontan Wonwoo membuatnya bengong beberapa saat. Tentu saja Lisa bukan wanita polos yang tidak bisa menangkap maksud pria itu. Tetapi hal itu membuatnya bingung. Bagaimana pula dia harus menjawab pertanyaan.

Haruskah dia mengangguk polos atau menggeleng sambil memicingkan mata. Dua-duanya tampak bukan pilihan yang bijak. Tentu Lisa tahu apa yang dia mau. Dia juga sudah punya jawaban pasti akan hal itu. Namun saat ditanyakan secara langsung seperti ini malah membuatnya salah tingkah.

Menyadari ekspresi Lisa yang berubah membuat Wonwoo jadi merasa bersalah. Harusnya dia tidak bertanya seperti itu. "Ehm, lupakan saja. Tidurlah sudah malam." Wonwoo memasukkan kakinya ke selimut lalu berbaring miring membelakangi Lisa.

Sementara Lisa yang makin bingung memanyunkan bibirnya. Merasa kecewa pada tanggapan tidak peka Wonwoo. Ia pandangi punggung Wonwoo yang membelakanginya. Dengan sedikit kesal Lisa pun ikut membaringkan tubuhnya. Tak mau kalah dengan Wonwoo, Lisa juga ikut membelakangi pria itu.

Beberapa saat telah berlalu. Namun bukannya terlelap, dua orang yang tengah berbaring diatas ranjang yang sama itu malah makin gelisah. Perasaan mengganjal dihati masing-masing membuat mereka tidak tenang.

Keduanya tengah bergumul dengan ego masing-masing. Melelahkan dan membuat Wonwoo tidak tahan. Jadi ia lebih dulu menyerah.

Wonwoo memutar tubuhnya mengahadap punggung Lisa. Wanita itu tampak tenang membuat Wonwoo ragu. Tetapi dorongan dari dalam dirinya jauh lebih kuat sehingga dengan tidak tahu malu Wonwoo memeluk tubuh Lisa dari belakang.

Lisa berjingkat kecil saat sentuhan Wonwoo mengenai tubuhnya. Ia melirik suaminya sekilas sambil menahan napas.

"Begini tidak apa-apa kan?" bisik Wonwoo ditelinga Lisa.

Hembusan napas pria itu membuat Lisa meremang. "heum" hanya gumaman kecil yang mampu Lisa berikan sebagai jawaban.

Meski begitu itu sudah cukup untuk Wonwoo. Bisa memeluk Lisa hingga terlelap pun merupakan berkah baginya.

.
.
.
.
.

"ACE!" pekik Lisa senang saat pukulan Wonwoo langsung masuk ke lubang.

Nyonya Jeon terlihat bangga dan Nyonya Kim tersenyum kagum. Hanya Tuan Kim yang tampak menekuk wajahnya.

"Yaa,, setidaknya mengalah sedikit pada mertuamu ini." protes Tuan Kim tidak bisa menerima kekalahannya.

Wonwoo tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Ayah yang harus mentraktir makan malam" tukas pria itu dengan wajah yang cerah.

"Kau sudah semakin tua, jadi pukulanmu makin lemah" celetuk Nyonya Kim membuat semua orang disana tertawa.

Tuan Kim mengernyitkan dahinya, "Tua-tua begini masih mampu kalau disuruh menggendong cucu mengelilingi lapangan golf" ucap pria paruh baya itu dengan percaya diri.

"Kenapa tiba-tiba ke cucu" celetuk Lisa disela-sela tawa mereka.

"Memangnya tidak boleh. Kalian itu seharusnya segera memberi kami cucu."

"Betul sekali" Nyonya Jeon yang jarang bicara ikut ambil suara. Atensi orang-orang langsung tertuju padanya. "Aku juga ingin menimang cucu" kata Nyonya Jeon malu-malu.

"Kalian dengar itu, kami sudah haus akan kehadiran cucu jadi tolong segera berikan kami ya.... " cicit Nyonya Kim membuat pipi Lisa memerah. Memangnya bikin cucu segampang membuat adonan pancake.

The Substitute: Secret GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang