Awal Bertemu

4K 311 21
                                    

Awal Bertemu.


"Lo yakin tempatnya di sini?"

Hamas berdecak kesal saat lagi dan lagi dia harus mendengar pertanyaan yang sama dari temannya, Salvio.

"Iya Sa gue yakin banget alamatnya udah sama."

"Tapi kok ini kayak tempat orang nikahan sih Ham? Lo tuh sebenernya mau kencan buta apa mau kondangan?" Salvio mengernyit saat melihat beberapa orang yang berpapasan dengannya. Salvio mengamati pakaian orang-orang di sekitarnya dan menurutnya dandanan mereka itu memang cocok untuk menghadiri acara-acara formal—bukan untuk hangout seperti yang Hamas dan Salvio pakai.

Hamas yang awalnya fokus ke ponsel mulai ikut mengamati sekitar. Benar apa yang dikatakan Salvio, semua yang datang menggunakan pakaian formal, berbeda drastis dengan yang digunakan dirinya dan juga Salvio saat ini—kaos dengan kemeja yang tak dikancing dan juga celana jeans.

Jika dilihat, Salvio dan juga Hamas seperti orang salah kostum.

"Ya gue mau kencan lah.. eh tapi kok ini tempat rame banget ya Sa dari tadi?"

Salvio yang mendengar sahabatnya baru menyadari ada yang janggal dengan tempat yang mereka berdua datangi hanya memutar bola matanya malas.

Sedari tadi dia ngoceh beneran tak ditanggapi serius ternyata sama Hamas. Rasanya Salvio ingin memukul kepala sahabatnya itu sekarang juga.

"Lo tuh ya dibila—"

"Hamas?"

Ucapan Salvio terpotong saat tiba-tiba ada suara lain terdengar dari sebelahnya. Salvio bahkan sedikit berjengit saking kagetnya. Hamas yang merasa dipanggil mulai mengamati orang itu. Matanya memicing mencoba mengingat siapa orang yang kini berdiri tepat di depannya.

Orang itu adalah partner kencan butanya, Jazel Danendra.

"Jazel?" tanya Hamas memastikan, dan saat dia mendapatkan anggukan, Hamas langsung menghela nafas lega.

"Syukurlah gue kira gue salah tempat."

Salvio yang mendengar ucapan Hamas mendelik. Bukannya tadi yang bilang salah tempat itu dirinya?

Jazel mendekat. Tangannya saling mengait. Di pandangan Salvio, Jazel seperti gugup dan ketakutan. Jazel lebih sering menunduk dan sesekali mengamati sekitar. Ada yang aneh. Salvio merasakan itu, namun dirinya tak berani bersuara karena sekarang Hamas dan Jazel sedang terlibat perbincangan yang mana tidak membiarkan dirinya untuk bergabung.

Ya sudahlah, namanya juga lagi kasmaran.

"Permisi, gue sebenernya gak mau interupsi obrolan kalian tapi apa kalian gak pegel apa ya ngobrol sambil berdiri gini? Gak ada niatan cari tempat duduk gitu?" Salvio sudah mulai jengah saat melihat dua sejoli di depannya asik berbincang. Dirinya ini termasuk dalam barisan remaja jompo. Jadi Salvio tidak terbiasa berdiri untuk jangka waktu lama.

Hamas mendelik ke arah Salvio yang balik melotot kearahnya sambil berucap tanpa suara, 'apa? Mau protes gue ganggu acara lovey dovey lo?'

Tak ingin membuat keributan, akhirnya Hamas memutuskan untuk mencari tempat duduk di ruangan itu, dengan tangannya menggandeng tangan Salvio.

Iya. Yang Hamas gandeng tangan Jazel, orang yang baru beberapa menit dia temui. Sedangkan orang yang sudah menemaninya sedari tadi, juga yang merangkap sebagai sahabatnya dalam kurun waktu hampir tujuh belas tahun hidupnya dia tinggal begitu saja.

Padahal ide mencari tempat duduk adalah ide Salvio, seseorang yang ditinggalkan.

Dengan kaki menghentak kesal Salvio mengikuti kedua pasangan itu dengan jarak lima langkah. Menyumpahi Hamas yang menganggapnya tak kasat mata.

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu