Stroberi

2K 274 16
                                    

Stroberi.

"Saga banguunnn!!!"

Sudah tak terhitung berapa panggilan yang Salvio lakukan, namun si empunya nama masih saja bergelung di dalam selimut seakan teriakan Salvio di dekatnya adalah nyanyian sebelum tidur. Merasa lelah bercampur kesal, hal terakhir yang dipikirkan Salvio untuk membuat suaminya bangun adalah dengan hal ini.

Menarik selimut Saga dan menggantikannya dengan dirinya yang naik ke atas perut Saga. Tak dia pedulikan jika nanti Saga akan sesak nafas karena kelakuannya. Yang terpenting sekarang adalah membuat Saga bangun. Itulah misi utamanya.

"Saga bangun.. lo udah janji mau ngajak gue jalan-jalan!!" Salvio menggoyangkan pundak Saga brutal. Badannya pun tak tinggal diam. Ikut bergerak membuat Saga lama kelamaan terganggu juga.

"Astaga Saga lo mau simulasi meninggal apa gimana sih? Bangun gak, kalo gak mau bangun gue pukul ya?!?!" Salvio mengancam Saga dengan kepalan tangan yang terangkat.

Saga menarik tangan Salvio yang mengepal untuk mendekat, membuat Salvio yang tak siap dengan tindakan tiba-tiba Saga akhirnya jatuh telungkup di atas Saga.

"Iya ini udah bangun. Yang di bawah juga udah bangun."

Mata Salvio mengerjap. Dirinya bingung dengan ucapan Saga. Yang di bawah bangun maksudnya ap—

"Yakk mesum!!!" Salvio langsung menegakkan badannya dan mengambil bantal di samping tubuh Saga.

Untuk apa? Ya jelas untuk memukul kepala suami gantengnya itu supaya kewarasannya kembali. Saga tentu saja menghindar. Sudah tidak bisa lagi dihitung seberapa banyak Salvio memukul dirinya, entah itu menggunakan bantal ataupun tangannya.

Ini bisa dikategorikan kekerasan dalam rumah tangga, kan?

"Udah Vio astaga lo kenapa hobi banget mukulin gue sih?" Saga menarik guling yang dipegang Salvio membuat kini Salvio tidak memiliki senjata lagi untuk memukulnya.

"Lo nyebelin soalnya." Salvio bersedekap dada. Bibirnya mencebik, membuat Saga yang melihatnya gemas.

Entah karena dirinya masih setengah sadar, atau memang keinginan dari dalam dirinya sendiri, Saga dengan cepat mengecup bibir Salvio. Salvio yang mendapat kecupan tiba-tiba tentu saja kaget.

"Jangan cemberut gitu. Gue gak yakin bisa nahan diri buat gak ngelakuin hal yang iya-iya ke elo kalo lo masih menggemaskan kayak gini." Setelahnya, Saga berlalu ke arah kamar mandi.

Meninggalkan Salvio yang meraba bibirnya yang mulai tertarik ke atas. Dan jangan lupakan semburat merah mulai muncul di kedua pipi Salvio.


《¤》


"Saga, kita mau kemana?"

Saga dan Salvio kini sudah berada di lobi hotel. Saga tadi mendapat pesan jika jemputannya sudah datang.

"Ke kebun stroberi. Musim dingin gini enaknya ke kebun stroberi, Vio." Saga menjawab dengan tangannya memasang sarung tangan di tangan Salvio.

Hal sederhana sebenarnya. Namun entah kenapa membuat perasaan Salvio menghangat.

Saga menarik tangan Salvio untuk masuk ke dalam sebuah mini bus. Saga memang sengaja menggunakan jasa pemandu wisata karena dua hal.

Pertama, dia tidak ingin membawa kendaraan sendiri. Dan yang kedua dia ingin benar-benar menikmati liburannya dengan Salvio.

Mereka duduk di kursi yang berada di belakang, dengan Salvio yang duduk di dekat jendela. Posisi tempat duduk mereka seperti saat berada di kereta, yaitu empat bangku saling berhadapan dengan formasi dua-dua. Di depan Salvio dan Saga sudah ada yang menempati. Terlihat seperti pasangan yang sudah berumur. Mungkin jika Saga dan Salvio perkirakan, usia pasangan di depan mereka ini sepantaran dengan kakek nenek mereka.

TROUBLE? TROUBLES?! [END]Where stories live. Discover now