Bab 8

39 12 10
                                    

Halo ....
Apa kabar semua?
Semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia, ya.
Ada yang  masih ingat cerita ini?
Hihihi, simbok terlalu lama mager, sampai tahun sudah berganti.

Happy reading semua.







"Vid, masih lama gak?" tanya Rafqi untuk kesekian kalinya. Lelaki itu sudah tidak sabar menunggu Zia.

"Sebentar lagi, Bos. Sabar. Dia lagi di jalan."

"Kamu udah bilang itu sejak tiga puluh menit yang lalu!"

"Masa?" David mencoba sedikit bercanda agar Rafqi tidak terlalu kesal.

"Sepuluh menit lagi dia nggak datang, kita pulang! Aku banyak urusan, belum lagi harus ke rumah sakit lihat kondisi mama dan kita malah buang-buang waktu di sini," ketus Rafqi.

"Iya, tapi 'kan Bos sendiri yang pingin ketemu dia langsung, bukankah saya kemarin udah nawarin buat nyelesain semua sendiri?" David mencoba beragumen untuk mengulur waktu, walau pada  akhirnya nanti dia akan mengalah karena hafal sekali watak Rafqi, selain bersumbu pendek, sang bos juga sangat cerewet dalam hal-hal tertentu.

Rafqi mendengkus pelan. "Dia lagi di mana, sih? Bukannya kamu sudah bilang kalau kita hari ini bakal kesini?" Ayah Nasyaa mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Di rumah sakit, Bos, nengok mantan ibu mertuanya. Tadi saya 'kan udah bilang." David mengingatkan.

"Lupa! Gak boleh?" ketus Rafqi.

David hanya mengangguk lalu kembali melihat ponselnya, sekedar memastikan apakah ada pesan dari Zia dan ternyata tidak, sepertinya wanita itu sedang dalam perjalanan ke rumah ini.

Tidak ubahnya David, Rafqi pun sama. Lelaki itu membuka ponsel untuk melihat beberapa pesan yang masuk.

"Vid, aku ada meeting nanti sore, ya?"

"Iya kayanya. Sebentar aku pastiin dulu ke Lisa, Bos."

"Udah nggak usah, Lisa udah kirim jadwalku hari ini."

Ingin rasanya David memukul kepala Rafqi, tetapi tentu saja dia tidak berani. Kalau dia sudah tahu mengapa dia harus bertanya kepadanya, batin si asisten.

Sepuluh menit berlalu, tetapi belum ada tanda-tanda Zia pulang. Hal itu tentu membuat Rafqi kesal.

"Udah hampir satu jam kita nunggu, tapi dia belum pulang juga. Kita pulang sekarang." Rafqi bangkit dari kursi yang ada di teras rumah sederhana itu dan berniat melangkah pergi.

Bertepatan dengan itu, sebuah motor memasuki halaman rumah. Dari helm yang dikenakan, jelas terlihat kalau itu adalah ojek online. Penumpang ojeg online tersebut segara turun saat motor sudah berhenti tidak jauh dari tempat dua orang lelaki tengah berdiri.

Tergopoh, Zia segera menghampiri dua orang itu, bahkan wanita itu sampai lupa membuka dan mengembalikan helm milik ojeg yang baru saja dia tumpangi. Istri mendiang Danu itu baru saja akan menyapa Rafqi dan David, tetapi urung ketika mendengar sebuah suara.

"Mba! Tunggu! Ongkosnya belum, main pergi aja!" seru pengemudi ojeg online itu.

Seketika Zia menepuk jidat yang masih tertutup helm, kemudian wanita itu membalikkan Badan, melepas helm lalu mengembalikannya kepada driver ojek online tadi.

"Aduh, maaf, Mas, saya buru-buru sampai lupa. Ini helm sama ongkosnya. Terima kasih," ucap Zia terburu-buru dan sedikit malu karena dari ekor matanya dia bisa melihat David dan Rafqi memperhatikannya.

"Iya, sama-sama, Mba."

Setelah menerima helm dan uang dari Zia, pengemudi ojeg online itu langsung menstarter motornya dan meninggalkan halaman rumah Zia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Cinta Telah MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang