19. Bullshit!

85 7 0
                                    

Happy reading..


Clara berbaring di kasurnya sambil menatap langit-langit kamar, seraya memikirkan hal apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Di satu sisi, Clara ingin kebenarannya segera terungkap. Tapi disisi lain, ia takut orang yang ia sayangi akan kena imbasnya nantinya.

Clara memejamkan mata sejenak, kemudian teringat akan sesuatu. Gadis itu kembali membuka matanya, beralih mengambil tasnya dan mengeluarkan kertas dari Bi Ina waktu itu.

Clara memandangi 2 pasang nomor tersebut. Jika ia berhenti sekarang, maka pengorbanan Bi Ina yang memberikannya kertas ini hingga berujung menemui kematian, akan berakhir sia-sia saja.

Jika Clara mencari tahu, dan menemukan siapa pelakunya, ia juga sekaligus bisa mendapatkan keadilan untuk kematian yang tak wajar Bi Ina.

Ceklek!

"Clara,"

Clara bangkit dan segera menyembunyikan kertas tersebut. Gadis itu tersenyum saat Dokter Ari menatap ke arahnya.

"Belum tidur?" tanya Dokter Ari dengan kening mengerut. Kenapa keponakannya ini suka sekali begadang?

"Belum, ini baru mau tidur kok." jawab Clara tersenyum.

"Yasudah, tidur yang nyenyak dan jangan begadang. Saya ke kamar dulu," ujar Dokter Ari mengacak rambut keponakannya itu.

"Siap Dokter!" sahut Clara berpose seperti orang yang sedang hormat bendera.

Dokter Ari terkekeh pelan, kemudian kembali menutup pintu kamar Clara dan pergi dari sana.

Clara mengelus dada lega, untung saja Dokter Ari tidak melihat kertasnya. Clara kemudian menyimpan kertas itu di rak bukunya, ia menyelipkannya pada sela-sela susunan buku.

"Gue ga boleh berhenti, gue harus tetep cari kebenaran itu." gumam Clara merebahkan tubuhnya ke kasur.

Detik berikutnya, terdengar suara dengkuran kecil dari mulut Clara, gadis itu tertidur.

Tak berselang lama, seseorang dengan pakaian serba hitam melompat masuk ke dalam kamar Clara lewat jendela.

Orang itu menatap sekilas Clara yang sedang tertidur pulas. Kemudian beralih menatap rak buku yang ada di kamar tersebut. Dia beranjak mengacak-acaknya, mencari sesuatu yang membuatnya kemari.

Seuntai senyum tipis terulas di bibirnya saat melihat kertas kecil yang terselip di sela-sela buku. Orang itu kemudian mengambilnya dan segera keluar dari dalam kamar Clara sebelum ketahuan.

Setelah pergi dari sana, orang dengan pakaian serba hitam itu berhenti di bawah sebuah pohon. Dia kemudian mengeluarkan korek api, membentangkan kertas bertuliskan 2 pasang nomor plat mobil.

Orang itu mematik korek apinya, lalu membakar habis kertas itu hingga menjadi abu tak bersisa. Kemudian ditiupkannya kertas tersebut hingga terbawa angin.

Lalu dia pergi dari sana dengan senyum mengembang puas. "Dasar gadis kecil nakal."

***

Di sebuah malam yang sunyi, pemuda berbaju kaos hitam sedang duduk di atas pohon, gabut.

Geo menggoyang-goyangkan kakinya yang selonjoran di batang pohon. Angin malam yang sejuk membuatnya betah berada di atas pohon tersebut.

Tap.. Tap.. Tap..

Suara langkah kaki yang terdengar mendekat ke arah pohon tersebut. Buru-buru Geo menarik kakinya yang tadinya selonjoran, hingga kini pemuda itu sudah berjongkok seraya mengamati dari atas sana.

Clara dan Lukanya (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang