Amplop Coklat

76 52 11
                                    

Jam 11 tepat, malam itu Basmanta bimbang diantara takut dan resah. Masih dengan piyama, tadinya sesaat setelah keluar dari kamar, ia masuk kedalam ruang kerjanya.

Satu amplop coklat ia lihat di atas meja kerjanya.

Basmanta mengerutkan dahi, “Amplop ini tidak ada tadi.”

Perasaan Basmanta mulai tidak enak, pandangannya mengarah pada jendela yang terbuka, ia segera berlari kearah jendela melihat, adakah orang yang sedang iseng padanya?

Sesaat setelah menutup jendela, Basmanta segera berjalan kearah kamarnya, bertemu Regita.

Kenop pintu terbuka, membuat Regita membuka matanya, sorot mata Basmanta membuat Regita tak nyaman.

Sigap ia melempar selimutnya dan berjalan kearah Basmanta,

“Kenapa?” tanya Regita.

“Telepon anak-anak yang ada di rumah, suruh ke sini sekarang.” pinta Basmanta kepada Regita.

Merasa ada hal yang begitu genting, Regita menelpon Angga dan Dikarya untuk segera ke kamarnya.

Di sisi lain, setelah Basmanta melihat Regita menelpon anaknya satu persatu, ia duduk disalah satu sofa diikuti Regita yang duduk disebelahnya dan membuka isi amplop coklat itu.

“Amplop coklat, mirip seperti 17 tahun lalu.” mendengar Regita mengatakan hal itu, amplop itu sedikit hampir robek karena kepala Basmanta.

Tok...tok..tok...

“Mah, Pah... Ini Angga sama Adek.” suara Angga terdengar, setelah itu membuka pintu.

“Kunci pintunya.” suruh Basmanta ketika kedua putranya telah memasuki kamar tidurnya.

~~Dikarya~~

Tiinnnn...Tinnn..Tinn..

“Masih lampu merah, kamu buta?!” sinis Regita sambil sedikit memukul tangan Basmanta yang memgang setir.

“Diam kamu.”

Berkali-kali Basmanta membunyikan klakson, setelah apa yang terjadi satu jam lalu.

Dengan masih memakai piyama, ia menyetir mobil dengan mengebut dimaraknya jalan Jakarta, mengendara kearah rumah Arsena----- ayah Basmanta.

“JANGAN NGEBUT SAYANG!”

“KALO GAK NGEBUT NATA BISA MATI!”

Dua orang di depan dari tadi sudah ribut. Dijarya bisa merasakan Angga yang menatapnya dari samping.

Rangga Huru Hara
Nata pembawa masalah njing.
Ngapain coba dia nyari tau kejadian 17 tahun lalu?

Anda
Mungkin kak Nata gabut.

Rangga Huru Hara
Kejadian itu jelas-jelas udah dilarang sama papa.
Dia mau cari apa tentang hal itu?
Gue aja gak berani.
Sekarang, gegara dia kepala batu nyawanya keancam.

Anda
Udah kak
Rules pertama, diam dan ikuti permainan.

Rangga Huru Hara
Bagong nying.
Kalo nenek liat gue cm pake kaos ama celana pendek gmn jing.

Anda
Rules kedua, diam dan jangan hiraukan.

***


01.30

“17 tahun lalu ada apa?” tanya Angga membersnikan diri.

Tidak ada jawaban dari Basmanta, lalu kembali ia bertanya pada Regita, “Mah, ini ada apa sih? Kenapa kejadian 17 tahun lalu bisa ngancam keselamatan kak Nata?” tanya Angga berturut-turut.

“Saat sampai, kamu akan dapat dongeng dari eyang.” jawab Regita.

Lagi, Dikarya yang juga kepo saat ini hanya bisa menghela nafas.

Mengapa keluarga penuh lika-liku, mengapa orang-orang disekitarnya selalu punya rahasia.

Dan sialnya, Dikarya mengetahui rahasia mereka semua.

Jika bisa bicara, sedari tadi ia akan menjawab pertanyaan Angga.

Tapi, tidak.

Rules kedua, diam dan jangan hiraukan.

Jika dijadikan anak panah, maka diam dan ikuti permainan.

***

Telinganya mendengar, lalu ia tanam dimulai dari akar.
Rahasia ia tumpuk, perlahan hatinya tertusuk.
Kapan, bangkai busuk itu mulai  terkuak?

@rnndt_sfyn

DIAM (Park Jeongwoo) || ON GOINGKde žijí příběhy. Začni objevovat