Nikmat Dunia

712 22 0
                                    




Shane mendekat kembali kearah ranjang dan mencoba menyibakkan selimut tebal yang ternyata telah banyak bercak darah.

"Haruskah aku nikmati lagi kebersamaan ini, tapi mengapa dia menangis hingga matanya bengkak begitu? Apakah sebegitu menyakitkan seperti rumor yang terdengar? Hmm...haruskah aku menundanya? Baiklah..." bisiknya lalu dia berjalan menuju bathroom dan menyiram tubuhnya.

Shane terlihat tertawa-tawa kecil membayangkan hal yang belum pernah dia rasakan sama sekali seumur hidupnya.

"Setidaknya aku harus berterimakasih pada Simon yang telah mendorongku, hingga membuat semangatku berkobar untuk memiliki Stella--istriku. Oke, aku akan menyambutnya dengan meriah ketika dia datang lusa. Kau akan menjadi raja sehari Simon. Kita lupakan permusuhan kita yang sudah sejak lama. Kau adalah penolongku saat ini..." bisik Shane lagi sembari mengeringkan tubuhnya yang telah selesai dia guyur dengan air.

Setelah menyelesaikan mandi dan mengganti pakaiannya, Shane mendekat kearah Stella yang masih tertidur pulas dna terlihat enggan membuka matanya. Hingga membuat Shane akhirnya mengecup dahi sang istri.

"Ste, aku harus ke kantor, karena ada meeting penting. Tolong persiapkan dirimu karena kita akan kedatangan tamu..." bisik Shane lagi, lalu dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kamar dan menuruni tangga, lalu mencari kepala asisten rumah tangga.

"Selamat pagi, Mbok Mirna...apakabar pgi ini?" sapa ramah Shane tentu saja mengejutkan seluruh penghuni sapur yang saat itu sedang di sibukkan dengan aktivitasnya masing-masing.

Mereka terlihat terpana dengan kalimat yang di lontarkan sang majikan, terlebih senyum manis yang tidak pernah mereka dapatkan sejak tiga tahun kehadiran tuan Shane di rumah itu.

"Heii...kenapa pada bengong? Ada yang aneh?" tanya Shane lagi menatap asisten rumah tangganya terlihat diam mematung seperti melihat setan melintas.

"Ehm...a-anu, Tuan. T-tumben Tuan ceria sekali pagi ini, apakah akan ada dapat proyek baru?" tanya Mirna sang asisten rumah tangga.

"Kalau misalnya bisa tersenyum kenapa harus cemberut, Mbok?" tanya Shane membuat mbok Mirna menggumam.

"Kesambet opo majikanku, kok aneh ngene, tumben mau senyum..." gumam Mbok Mirna dalam hati dengan dahi berkerut dan memperhatikan mimik wajah sang majikan yang ternyata semakin tampan jika tersenyum.

"Kenapa lihat-lihat, Mbok? Emang wajahku ada cacat?" tanya Shane masih mengumbar senyum manisnya yang sungguh membuat takjub kepala asisten rumah tangga di rumah megah milik Shane.

"Ndak, Tuan. Cuma Tuan semakin terlihat tampan kalau lagi tersenyum?" ucap Mbok Mirna perlahan membuat Shane mendekat dan bertanya.

"Berarti kalau saya tersenyum, banyak yang akan menyukainya bukan, Mbok?" tanya Shane tiba-tiba yang di jawab anggukan ragu sang asisten rumah tangga itu perlahan.

"Oke, Mbok. Kalau gitu akan coba saya terapkan..." gumam Shane menuju meja makan dan menikmati sarapan paginya.

Lalu dia menoleh kearah sang asisten rumah tangganya.

"Ohh, ya, Mbok. Tolong siapkan sarapan paling bergizi dan nikmat untuk Nyonya. Antar ke kamarnya. Lalu, ketika merapikan kamar dan mengganti sprey. Sprey yang terpasang saat ini  simpan rapi dan jangan di cuci. Paham?" tanya Shane menatap tajam kearah asisten rumah tangganya dengan teliti.

Mbok Mirna terlihat mengangguk perlahan "Paham, Tuan."

Shane bangkir berdiri setelah menyelesaikan sarapannya, lalu dia menoleh kearah sang asisten rumah tangganya. "Jangan lupa sarapan Nyonya..."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Shane terlihat melangkah menjauh menuju mobilnya terparkir.

Mereka melaju menuju kantor, terlihat Shane bernyanyi-nyanyi kecil di kursi belakang sembari memandang kearah jendela samping. Sesekali dia bersiul dan tertawa-tawa kecil hingga membuat Adrian menatap kearah spion memperhatikan sang CEO.

Boss gue masih waras--kan?"

Keheranan Adrian tidak sampai di situ, karena sesampainya di kantor, terlihat Shane menyapa beberapa karyawan yang melintas di depannya dengan ramah.

Tadi malem rute gue kemana? Kenapa jadi berasa horor gini? Boss gue kenapa dah?

Adrian semakin di buat heran ketika Shane justru memilih memasuki lift yang sudah terisi, karena biasanya haram baginya satu lift dengan karyawan di perusahaan meskipun itu adalah dewan direksi. Dia paling tidak menyukai perjalanannya menjadi ramai.

Tidak hanya Adrian tentunya yang di buat heran oleh kelakuan CEO yang terkenal dingin dan kejam. Beberapa karyawan yang merasa beruntung mendapat senyum dan sapaan sang CEO juga tersenyum bahagia.

Tidak heran jika dalam waktu semenit saja situs obrolan portal website perusahaan menjadi ramai seketika memperbincangkan sang CEO yang tiba-tiba ramah dan mengumbar senyum menawannya.

"Divana, re-schedule jadwal meetingku dengan siapapun untuk esok hari. Aku mau merayakan semeriah mungkin kedatangan sepupuku. Dan siang ini aku ingin menyambutnya langsung di airport. Jadi, jam sepuluh nanti aku harus meninggalkan kantor. Segera bawa ke ruangan apa yang akan di tanda tangani..." perintah Shane melalui jaringan telpon PABX di kantor mereka.

"Shane! Kamu serius mau meninggalkan kantor jam sepuluh? Memangnya kita mau kemana?" tanya Divana lagi dengan gaya santai.

"Tidak, Divana. Aku pergi sendiri menyambut Simon. Tidak urusan pekerjaan kali ini..." jawab Shane lalu mematikan panggilan telponnya dengan bersiul-siul memutar-mutar kursi kebesarannya.

Dan tidak perlu menunggu waktu lama, Divana sudah masuk menerobos ruangan CEO yang seharusnya adalah ruangan privasi sang CEO, hingga membuat Shane menghentikan aksinya menggoyangkan kursi kebesarannya, lalu menata kearah Divana.

"Ada apa Divana?" tanyanya perlahan.

"Shane! Apa-apaan kau meninggalkan kantor tanpaku? Apakah ada wanita lain yang kau bawa, hah?!" ketus Divana dengan kesal dan wajah memerah menahan kemarahan.

"Hmm...apakah aku tidak boleh keluar kantor lebih awal?" tanya Shane menatap kearah Divana yang memasang tampang semakin kesal.

"Shane! Kenapa kamu menjadi aneh begini? Kenapa setelah menikah kamu semakin tidak terkontrol. Ada apa sebenarnya?" tanya Divana berapi-api berkacak pinggang tepat di hadapan Shane yang tengah menatapnya lekat.

"Divana. Aku hanya ingin menyambut Simon--sepupuku. Pria yang telah memberiku keuntungan besar dan luar biasa di luar nalar kemanusiaanku. Lantas salahkah jika aku mencoba membalas kebaikannya dengan menyambutnya secara langsung?" tanya Shane lagi menatap Divana yang mendengkus kesal karena dia tidak bisa menjawab kalimat yang di lontarkan oleh Shane.

"Bukan begitu, Shane. Kau biasanya membawaku di semua moment hidupmu di kantor ataupun di luaran. Lantas mengapa tadi kau mengatakan bahwa aku tidak perlu ikut menenui sepupumu Simon, dan kau seolah menegaskan kau ingin pergi sendiri menyambutnya? Ada apa sebenarnya? Adakah yang terlewat olehku?" tanya Divana dengan nada suara meninggi.

"Kalau kau memaksa untuk ikut bersamaku tidak masalah, kau bisa ikut, Divana. Tapi ini adalah acara keluarga. Dan kau yang telah menolak dengan tegas untuk tidak menikah dalam waktu dekat, dan tentu saja karena ini pertemuan keluarga. Aku akan memaksa Stella--istri sahku sebagai gantinya karena dia wanita yang bersedia menikah denganku?" jawab Shane santai semakin membuat Divana semakin murka karena dia tidak menyangka permasalahan percintaannya tidak sesederhana yang dia pikirkan sebelumnya.

HASRAT TERPENDAM ISTRI CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang