Cute Shane

282 20 3
                                    





Sementara itu di tempat yang berbeda tampak Mbok Mirna sedang melangkah menuju kamar majikannya karena sudah siang belum juga turun. Sedangkan biasanya sang majikan cukup rajin untuk bermain ke kitchen area.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak juga mendapat jawaban membuat Mbok Mirna memberanikan diri untuk membuka pintu itu dan memasuki kamar dengan baki di tangannya.

Matanya terpana melihat sang majikan perempuan masih terbaring dengan pakaian berserakan di lantai. Senyum cerah mengembang di wajahnya membayangkan adegan yang terjadi tadi malam.

Pantess... Majikan Tuan ramah ke semua orang gak biasanya. Sampai su''udzon sama setan, di kira kesurupan. Ternyata karena sudah wik-wik sama majikan Nyonya. Hormonnya auto keluar...casss pleng! Makanya langsung sehat Tuan Muda. Jadi manusia yang bisa bertegur sapa. Alhamdulillah...

Otak kotornya berselancar menari-nari membayangkan betapa erotisnya malam yang di lalui sepasang pengantin baru itu hingga membuat sang istri enggan terbangun.

Pikiran semakin liar ketika melihat bercak merah di sprey berwarna putih bersih itu.

Ooooh...pantes, spreynya di suruh nyimen sama Majikan Tuan. Ternyata hasil wik-wiknya ada tanda merah. Pantes banget Majikan Tuan sumringah. Waduhh sebentar lagi bakalan ada tangis bayi di rumah ini. Terbayang banget gimana senangnya Majikan Tuan dan Majikan Nyonya menimang anak. Semoga bahagia selalu...

Karena tidak tega akhirnya Mbok Mirna menaruh baki berisi sarapan sehat untuk stella dan berbisik perlahan di sisi ranjang.

"Nyonya...sarapannya di atas meja, ya? Nanti bisa langsung Nyonya makan. Kalau Nyonya mau yang hanget biar tak bikinin. Tinggal telpon saja Nyonya. Dan Nyonya tidak perlu turun..." bisik Mbok Mirna takut sang majikan terbangun.

Lalu dengan langkah berjingkat-jingkat dia melangkah keluar kamar dan menutup rapat kembali pintu kamar.

Sedangkan Stella sepeninggal Mbok Mirna hanya mampu menghela nafas panjang tanpa membuka matanya.

Kenapa tidak kau cabut saja nyawaku ini, Tuhan. Biarlah aku yang mati terlebih dahulu. Aku bosan dengan kehidupan ini! Aku ingin berakhir sampai di sini saja. Haruskah aku bunuh diri? Tidak-tidak! Itu dosa.

Stella yang biasa tegar penuh percaya diri kini terhempas ke jurang terdalam. Dia saat ini kehilangan kepercayaan dirinya. Dia kehilangan semua harapan untuk masa depannya.

Aku pikir, dia tidak bernafsu denganku karena dia terlihat jijik pdaku. Sehingga aku merasa tenang dan menambah benteng kebenciannya terhadapku. Aku pikir dia cukup dengan wanita-wanita di luran. Kenapa sekarang justru dia meniduriku? Ataukah dia memiliki misi tertentu? Dia ingin menghancurkanku, sehancur-hancurnya? Sungguh pria berhati kejam!

Stella menelan ludahnya dan mencoba bangkit karena dia ingin buang air kecil. Tapi tiba-tiba selangkangannya terasa sakit.

"Akhhh! Kenapa sesakit ini?" rintihnya perih membuat kakinya bergetar.

Stella menyeret tubuhnya pelan menuju bathroom mewah kamar yang dia tempati di rumah megah ini.

"Oughhh! Periiih...." keluhnya lagi ketika membuang air kecil.

Entah mengapa saat ini, melihat air enggan rasanya dia untuk berdekatan hingga memilih kembali ke atas ranjang dan merebahkan dirinya disana dalam keadaan seperti semula tanpa berniat untuk mengenakan pakaian kembali. Sepertinya telah hilang seluruh keinginannya. Yang tersisa inginnya hanyalah memejamkan mata. Bahkan dia berharap bisa memejamkan mata selamanya.

Andai Ibu gak sakit dan sedikit tegar menghadapi semua cobaan di dunia ini. Mungkinkah ada yang berbeda denganku saat ini? Mungkin aku sekarang menjadi tumbal kejahatan seseorang dan mendekam di balik jeruji, tapi setidaknya aku tidak kehilangan mahkota dengan pria berhati iblis seperti dia.

Bulir bening kembali mengalir membasahi pipinya.

Aku berharap ini semua hanya mimpi. Baiklah aku mencoba tidur dan semoga ketika aku terbangun, aku sedang berada di depan layar camera dan sedang berpose.



Stella menarik kembali selimut yang terkena bercak darah untuk menutupi kembali tubuh polosnya. Dia kembali merapatkan matanya yang terlanjur basah karena air mata yang mengalir. Hingga terdengar pintu kembali di buka oleh seseorang.

Stella menahan nafas sejenak, menenangkan diri dan membuat kesan dirinya belum terjaga sama sekali sejak tadi malam.

Langkah itu kian mendekat, terdengar jelas di telinganya sebuah suara yang membuatnya hampir muntah.

"Kenapa dia belum terbangun? Apakah dia pingsan?" gumam Shane yang memilih kembali kerumah setelah membuat huru-hara di hotel milik keluarganya.

Shane melihat makanan di atas meja dan terlihat belum tersentuh sama sekali, membuat nya menoleh kearah sang istri yang masih terbaring.

Tangannya hendak menyentuh punggung sang istri, tapi dia tahan seketika. Karena teringat akan sesuatu.

Tidak-tidak! Kenapa aku menjadi sok perhatian dengan dia? Toh memang tugasnya sebagai istri menyenangkan suami sesuai tertera dalam perjanjian. Jangan sampai dia merasa besar kepala dengan sikapku. Bisa-bisa dia nanti akan berbuat semaunya. Tidak! Aku tidak boleh terlihat lembek padanya. Dimana letak harga diri seorang Shane Osvaldo Hamilton? Pria tampan yang menjadi idaman semua wanita?

"Hoi! Kau tidak mati bukan?" tanya Shane sembari meraih pena di saku kemejanya dan mencolek bahu sang istri. Tapi sayangnya Stella adalah wanita yang keras kepala sehingga dia memilih mengabaikan colekan sang suami, hingga membuat Shane kembali menegur sang istri.

"Hoi! Masih hidup kamu?" tanya Shane berulang. Dan masih tidak mendapat respon dari sang istri hingga membuat Shane menggeram.

Alih-alih meluapkan emosi seperti biasa, kini pria tampan yang memang terkenal dingin itu justru bertingkah di luar dugaan terhadap sang istri.

"Atau, kau saat ini enggan bangun karena ingin mengenang kenikmatan yang kita lalui tadi malam? Kalau hanya itu, kau tidak perlu menahan lapar. Kita bisa melakukannya kembali, aku bersedia..." ucap Shane sembari duduk dan menyingkap selimut yang menutupi tubuh sang istri.

Berencana ingin menggoda dan memancing amarah sang istri dengan kalimat dan aksinya, justru matanya kembali di buat terpana melihat kemolekan tubuh sang istri yang tanpa terbalut satu benangpun setelah selimut putih yang telah ternoda dengan bercak darah di singkap oleh sang suami.

"Apa katamu? Kau bilang aku menikmati musibah tadi malam?! Kau pikir aku gila?!" jawab Stella membuka matanya dan menatap tajam kearah sang suami yang sudah berada tepat di hadapannya.

"Sudahlah. Kau tidak perlu malu terhadapku. Aku suami sah-mu. Tidak mungkin aku membuka aib ranjang kita pada media. Kau aman selagi kau mengikuti semua kata-kataku. Jadi, santai saja...tidak perlu malu padaku." jawab Shane penuh percaya diri hingga membuat Stella semakin muak dan ingin rasanya dia menampar pria yang kini tengah menatapnya lekat dengan senyuman.

Tatapan yang tidak biasa yang di berikan Shane sang suami padanya membuatnya memalingkan wajahnya seketika. Dia tidak ingin berlama-•lama menatap pria yang telah menghancurkan kehidupan tenangnya selama ini.

Dan secept kilat tanpa di duga sebelumnya, Shane telah melumat bibir mungilnya.

HASRAT TERPENDAM ISTRI CEOWhere stories live. Discover now