2. AKHIR SEMESTER

7.6K 748 239
                                    

Selamat membaca❤️
Vote dulu kuyyy⭐️

2. AKHIR SEMESTER

"Jangan buru-buru beranjak, tapi juga jangan terlalu lama terjebak."

***

Semester kedua di tahun terakhir. Apa yang bisa dipikirkan tentang masa yang sebentar lagi akan berakhir? Banyak kenangan indah yang telah tercipta selama perjalanan ini, tetapi juga terdapat perasaan campuran antara gembira dan sedih mendekati akhirnya. Tida ada yang istimewa, semua tampak mengecewakan. Makna persahabatan yang dulu menjadi perdebatan tidak pernah usai, pada akhirnya selesai. Benar, tidak ada yang abadi, perlahan berganti, perubahan dan pergeseran itu adalah suatu kepastian.

Aileen meyakini istilah yang sempat ia baca, bahwa setiap orang dan setiap hubungan memiliki jalan cerita masing-masing, tidak ada yang dapat menjamin bahwa persahabatan akan bertahan selamanya, ia percaya kata-kata itu, karena apa yang ia alami sekarang sebagai bentuk kenyataannya.
Rasanya sedih sekali, langkahnya menjadi bergerak sendirian. Proses hidup mendewasakan pemikirannya meskipun ia lebih banyak mengalah tentang apapun kepada siapapun.

Di depan kelas 12 Mipa 1, Aileen memburu langkahnya menghampiri seseorang, menghentikan orang itu dengan cara menghadang dari depan. Keduanya menjadi berhadapan tetapi dengan pandangan yang berbeda.

"Kita masih sahabatan, kan, Dar?" tanyanya.

"Ujian kemarin yang gue kira berat, ternyata nggak ada apa-apanya sama permasalahan kita sekarang," lanjut Aileen, ia melepaskan cekalan tangan begitu ekspresi Dara menunjukkan rasa tidak suka.

"Kalau emang ada kesalahpahaman antara kita berdua, dan gue menjadi pihak yang salah, lo bisa langsung bilang, jangan menjauh yang gue sendiri nggak tau letak kesalahan gue di mana."

"Lo sendiri kan tahu gimana kalau gue udah benci banget sama orang, nggak ada kata maaf."

Aileen mendengus kasar, di lorong koridor itu cukup ramai lalu-lalang siswa karena jam istirahat. Di tempat itu juga, dua orang yang dulunya akrab menjadi asing. Lucu saja membayangkan keseruan mereka waktu itu, bercanda, ke kantin bersama, kemana-mana selalu berdua. Dan sekarang, sekedar menegur saja harus membutuhkan pemikiran matang-matang, apakah perlu dilakukan atau tidak.

Tujuan Aileen menanyakan hal ini kepada Dara tentu saja memperjelas permasalahan mereka, kemudian diselesaikan, tapi sepertinya tidak ada alasan untuk menyelesaikannya karena salah satu dari mereka masih menaruh dendam.

"Lo maunya gimana?" Akhirnya, Dara membuka suara.

"Kalau gue minta kita baikkan, lo mau?"

"Penghianat memang lupa diri saat berdiri," desis Dara memandang Aileen dalam.

Aileen mengerutkan kening. "Maksud lo?"

"Menjaga komitmen persahabatan lebih sulit dari komitmen percintaan, lo membuktikan itu beberapa minggu lalu," kata Dara.

Aileen mulai mengerti arah pembicaraan Dara. "Kalau gue mau sama cowok lo, yang gue incar bukan ketuanya, Dar."

"Jadi, selama 1 bulan lo ngehindarin gue cuma karena Gibran? Lo salah paham selama ini," tegas Aileen.

"Hati nggak ada yang tau, Ai, gue nggak bisa memprediksi rasa suka seseorang."

IndeterminableWhere stories live. Discover now