3. CERITA HARI SENIN

4.8K 455 174
                                    

Vote dulu kuyyy⭐️

Selamat membaca ❤️

3. CERITA HARI SENIN

Karena yang telah usai belum tentu benar-benar selesai.

***

Setelah pengumuman rapat dadakan diumumkan, bel pulang sekolah berdering ke seantero Mandala. Di hari pertama semua murid masuk ke sekolah justru dipulangkan pagi, tentu setelah mendapat buku dan jadwal pelajaran terbaru. Hari ini, kelas 12 tidak ada bimbingan belajar, semua dijadwalkan ulang mulai minggu depan.

Awal semester kedua dimulai di hari senin tidak ada yang istimewa, semua tampak sama rata, sekolah yang sejak awal diminati banyak siswa kini terlihat biasa saja. Aileen merasakan perbedaan itu, di mana dulunya ia sangat tertarik, bersemangat setiap datang ke sekolah, bahkan mengistimewakan segala hal tentang SMA Mandala karena seseorang hidup di dalamnya tetapi sekarang minatnya tak lagi sama.

Aileen kehilangan objek paling menarik di hidupnya, dan untuk menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini, ia tidak bisa. Ia sendiri tidak tahu kenapa hatinya berubah beku, tidak peduli terhadap apapun objek yang ia lihat dengan atau tidak disengaja. Rasanya, kejadian semester lalu masih tertinggal di kepalanya. Namun, mengeluhkan masa yang sudah lewat, bukankah hanya akan membuka gerbang luka?

Tidak masalah memaafkan, tapi bukan berarti melupakan. Kejadian waktu itu menjadikan Aileen lebih berani, tentang apapun yang ada di sekitarnya, ia ingin tegas.

Dari atas rooftop di pagi hari, Jakarta tampak seperti kota yang tenang, ya, meskipun polusi sudah berkumpul di udara. Di ketinggian gedung itu juga Aileen bisa melihat teman-temannya berhamburan pulang sekolah, ditemani bangku usang dan minuman dingin, Aileen duduk sambil mengamati.

"Jangankan satu lagu, satu album sampai mulut gue berbusa, gue jabanin buat lo."

"Asalkan, senyuman lo bukan karena orang lain."

Tiba-tiba suara laki-laki terdengar, Aileen menoleh mencari sumber suara, keningnya mengkerut mendapati Alvarez berjalan membawa gitar ke arahnya. Seperti biasa, seragam laki-laki itu selalu berantakan dan tidak lengkap.

"Belum pulang?" tanya Aileen, memperhatikan Alvarez mengambil bangku dan duduk di sampingnya.

Posisi mereka cukup dekat, Alvarez memposisikan gitar berada di depan dada lalu menatap Aileen lekat-lekat. Jantung perempuan itu tidak berdebar kencang seperti dulu. Memang benar, setiap orang memiliki masa dan setiap masa ada orangnya.

"Jadi?"

Alvarez mendongak ke arah langit, cerah tetapi tidak terlalu panas. "Sampai matahari tepat di atas kepala kita, ayo buat sesuatu dengan gitar ini."

"Nggak ada manfaatnya, kecuali kalau lo memperindahkan suara lo buat banyak orang di alun-alun, itu lebih berguna."

"Kemauan lo?"

Aileen menatap bingung. "Hah?"

"Masih jam 10 pagi, kita bisa memanfaatkan waktu cari udara segar lebih dulu. Nanti sorean dikit, kita berhenti di alun-alun kota."

Alvarez menyingkirkan gitarnya ke samping lalu meraih tangan Aileen, mengajaknya pergi sesuai kemauan perempuan itu.

"Seriusan?"

IndeterminableOnde histórias criam vida. Descubra agora