So, What are You doing?

1K 66 12
                                    

Solar suka memikirkan banyak hal. Satu hal akan menjadi topik utama nya, kemudian dia akan mengubahnya menjadi dua hal. Lalu setelah itu akan menjadi tiga hal, empat hal, lima hal dan seterusnya sampai Halilintar datang mengacaukan....

"Apa yang kamu lakukan?" Dia bertanya.

"Memikirkan sesuatu," jawab Solar, singkat.

Halilintar mengerutkan dahi. Dia mengambil tempat di samping pemuda itu—mengabaikan Solar yang mulai menggerutu—dan membaca sekilas judul buku di atas meja.

Roses for everyone.

"Buku apa?—"

Solar berkedip sebentar sebelum ia segera menarik buku tersebut dan melemparkannya ke sembarang arah. Dengan tidak peduli ia mengangkat bahu.

"Tidak ada," katanya. "Sudah ku bilang memikirkan sesuatu!"

"Tapi apa??"

Halilintar menatap Solar dan Solar membalas tatapannya.

Pada saat yang sama, seseorang masuk, tapi segera keluar kembali saat menyadari sesuatu—

Tap

Tap

Tap

"Gempa! Hali sama Solar mau berantem lagi, tuh!" Saat itu juga Halilintar mengutuk, 'Si ayam!' pada siapapun yang berteriak di luar perpustakaan.

"Apaa?!!" Gempa berteriak dari dapur. "Mau berantem lagi?"

Elemen guntur segera berlari, melupakan bagaimana kakinya kesandung kursi; Solar diam-diam tertawa karena itu—dan menutup (baca: memukul) mulut Blaze dengan satu tangan sebelum dia berteriak:

"—Bohong! Blaze cuman ngada-ngada, Gem! Kita gak lagi berantem, kok!"

Blaze mendelik tajam ke arah Halilintar.

'Iya! Gak lagi berantem! Tapi gak usah mukul mulut juga kali!'

Sautan pelan terdengar dari bawah;

"Oke.... Awas kalau kalian ketahuan berantem lagi! Siap-siap nanti!"

Halilintar secara naluriah mengangguk. Dia terdiam sebentar sebelum dengan gerakan cepat melepaskan dekapannya dari Blaze dan membalas tatapan tajam si maniak ayam.

"Lu mau nya apa sih?" Halilintar membuka percakapan. "Kita tuh lagi gak berantem. Cuman gue penasaran aja sama kegiatannya dia."

"Oh... penasaran...." Blaze mangut-mangut mengerti. "Terus, lo tau dia lagi apa?"

Halilintar sekali lagi mendelik tajam. Kesal, dia menunjuk Solar.

"Ya gak lah. Gara-gara lu, rencana gue hampir gagal. Sekarang si manusia kacamata itu lagi ketawa gak jelas!"

Merasa terusik, Solar berhenti tertawa. Pemuda dengan kacamata model super aneh itu menyadari ia menjadi pusat perhatian kedua saudaranya. Yang satu nunjuk-nunjuk seenak jidat dan satu lagi dengan muka minta di geplak berdiri di ambang pintu. Rasanya Solar mau menghilang dari dunia saking malunya.

Dia dengan sok keren membersihkan tenggorokannya guna menghilangkan rasa kesal yang sudah menggumpal. Demi Deisy, bunga matahari milik Duri, Solar masih sayang image.

"Kenapa? Biasa aja kali ngeliatin nya. Iya Aku tau Aku ganteng tapi gak usah ditatap kayak gitu juga."

Sekarang Halilintar serasa mau muntah di depan muka Solar—

Tap

Tap

Tap

"—Gempa!!" Baru saja kesalahpahaman berakhir, biang kerok lagi-lagi berulah. "Hali sama Solar bakal berantem lagi, tuh!"

"Apa??!" Suara teriakan kembali terdengar dari dapur. "Mau berantem lagi?"

Merasa De javu, Solar segera memukul mulut Blaze. Dia berlari melewati Halilintar, menabrak punggung pemuda itu kemudian mendelik ke arah si oknum pengadu dan dengan kencang membalas sautan Gempa, "Blaze bohong! Kalau berantem juga pasti yang cari gara-gara Halilintar duluan!"

"Apa-apaan?!—" Halilintar segera protes tapi Solar lebih dulu berbalik. Dia meletakkan ujung jarinya di depan bibir, seolah-olah mengatakan untuk diam dan ikuti saja. Halilintar mendengus tidak terima.

"Sekali lagi Aku dengar kalian mau berantem... ku cincang satu-satu!"

Kali ini, Blaze yang merasa De javu.

'Bohong pala kau!'

Blaze secara paksa menarik tangan Solar dari mulutnya. Dia memutar bola mata, malas berurusan dengan mereka.

"Lagian kalau gue gak ngomong kayak gitu, Halilintar bakal muntah beneran kali ah dihadapan lo," gumamnya, pergi meninggalkan dua saudaranya setelah mendengus sebentar ke arah Solar.

Halilintar melirik adik bungsunya dan yang di lirik melengos begitu saja—tidak mempedulikan jika si Kakak meminta ganti rugi atas punggung nya yang terbentur lantai.

Kemudian, keheningan lagi-lagi terjadi seperti saat Solar sendirian di sana tanpa makhluk astral menemani—

"—Jadi, kamu lagi ngapain?"

T.B.C

HaliSol Fanfic : Golden LightningWhere stories live. Discover now