Part 31: Cemburu atau Menghilang?

5.3K 399 108
                                    


"Ma, Brisia ada di sana?"

"Nggak ada nih, Dim. Dia belum pulang?"

"Belum. Mungkin ada di apartmennya. Dimas jemput langsung di sana aja, Ma."

Kepala Dimas terangkat untuk melihat jam dinding yang terus bergerak mendekati tengah malam. Kenapa Brisia belum pulang?

Sebelum istrinya hamil besar, Dimas tidak masalah mendapati istrinya pulang hampir tengah malam. Tapi, sebulan terakhir suara nyaring Brisia yang selalu menyambutnya setiap masuk apartemen menjadi sesuatu yang ingin dia dengar akhir-akhir ini.

Mengingat pertengkaran terakhir mereka tadi sore, Dimas rasa dia memang harus pergi membujuk istrinya itu langsung. Teleponnya tidak aktif. Sudah pasti Brisia sedang ngambek. Bukan hanya sekali hal seperti ini terjadi. Dimas sudah paham.

Setelah menghembuskan napas pasrah, Dimas kembali meraih kunci mobil yang beberapa jam yang lalu sudah dia gantung rapih. Di ruang makan, mata Dimas terpaku pada makan malam yang ada di atas meja. Tidak hanya itu, di depan pintu kulkas terdapat sticky noteyang menarik perhatian Dimas.

Penasaran, langkah Dimas mendekati pintu kulkas yang tertempel kertas berwarna kuning pastel. Setelah berjarak kurang dari satu meter barulah Dimas sadar kalau tidak hanya satu melainkan ada banyak pesan yang ditinggalkan Brisia untuknya.

"Selalu cek isi kulkas kamu seminggu sekali. Jangan makan makanan yang sudah basi atau kadaluarsa nanti sakit."

"Cuci dulu sayur sebelum dimasukkin ke dalam kulkas. Dan tempatnya di bagian paling bawah. Di bagian tengah tempat makanan masak. Di bagian pintu tempat cemilan kamu. Liat aja yang sudah aku atur ini. Kalau perlu kamu foto biar kamu ingat. oke?"

Tangan Dimas dengan cepat membuka kulkas yang sudah terisi lengkap. Sejak ada Brisia, kulkasnya memang selalu ramai dengan berbagai jenis makanan. Tapi, kenapa Brisia harus meninggalkan pesan seperti ini?

Fix! Kali ini istrinya benar-benar marah.

Manik kelam Dimas menatap ke seluruh apartemennya. Di atas sofa dia menemukan satu lagi sticky notekhas tulisan tangan Brisia. Kenapa dia baru sadar sekarang?

"Sofa kamu paling nggak di-vacuumseminggu sekali. Remah keripik pisang punya kamu selalu jatuh di sofa. Nomor telepon tukang vacuumsofa ada di balik kertas ini."

Keripik pisang kesukaannya juga sudah terisi dua toples penuh. Padahal kemarin isinya tinggal setengah.

Satu lagi tempat yang Dimas tuju di sudut apartmennya. Dia tahu Brisia selalu paling ribut soal ini. Dan benar, dia bisa menemukan kertas pink itu di atas mesin cuci.

"Jangan lupa. Masukkin baju di keranjang sesuai kategorinya. Putih, hitam dan warna. Kamu laundry aja."

Mengapa seolah-olah Brisia memberikan pesan untuk meninggalkannya? Perasaan tak nyaman mulai menyapa Dimas.

Tidak mungkin. Brisia hanya cemburu seperti biasanya.

Langkah lebar Dimas segera bergerak menuju parkiran. Dia tidak punya waktu untuk membaca semua pesan milik Brisia. Dia harus menemukan wanita itu malam ini juga.

"Brisia, please. Jangan tinggalin aku," gumam Dimas sambil meremas setir mobilnya.

***

Harapan Dimas pupus ketika mendapati apartemen Brisia kosong. Selain pemiliknya tidak ada, berang-barang di dalamnya sudah tertata rapih seolah akan ditinggal pemiliknya.

Ruang tamu yang selalu kacau balau sekarang sudah tertata rapih. Bahkan isi apartemen ini tidak sepadat biasanya. Apa Brisia sengaja mengosongkannya?

Dengan cepat Dimas mendial nomor telepon Kia. Beruntung dia hanya perlu menunggu tiga detik hingga suara Kia terdengar dari seberang sana.

"Halo, Kia. Lo tahu dimana Brisia?"

"Hmm.. gue nggak tahu. Sudah seminggu kita nggak kerja. Kan, lo sendiri yang minta Brisia stop kerja dulu." Dimas meremas rambutnya. "Dia bilang ke lo kalau ada planningke mana akhir-akhir ini?"

"Hmm.. seingat gue dia bilang kalian bakalan liburan babymoonbareng. Jadi semua endorsannya sudah selesai dari minggu lalu." Terdengar suara hembusan napas Kia dari seberang sana. "Jangan bilang dia kabur karena kalian berantem?"

"Gue nggak tahu. Dia kabur atau memang dia sudah berencana untuk pergi dari gue," ujar Dimas lemah. "Semua jejak yang dia tinggalkan ke gue seolah-oleh sudah dia persiapkan."

"Astaga Dim. Lo jangan berpikiran gitu. Brisia itu sayang banget sama lo. Dia nggak mungkin ninggalin lo. Mungkin dia cuma butuh waktu aja. Nanti kalau dia kontak gue pasti gue bakalan kabarin lo."

"Oke. Thanks ya."

Perkataan Kia sedikit menangkan Dimas. Meski masih ada kekhawatiran kalau Brisia memang benar berencana meninggalkannya. Namun untuk saat ini, Dimas masih berupaya menyingkirkan kekhawatiran itu.

Besoknya, Dimas sengaja mengambil izin untuk pergi ke rumah mertuanya. Semoga Brisia pulang ke rumahnya. Berbagai harapan sudah Dimas panjatkan sejak semalam. Berharap untuk segera melihat raut wajah kesal Brisia saat bertemu.

Demi apapun, Dimas sangat merindukan Brisia saat ini.

Tidak pernah terbayangkan olehnya. Brisia Clairine. Wanita yang paling ingin dia hindari. Kini menjadi seseorang yang sangat ingin dia dekap.

Sejak semalam mata Dimas tidak pernah tertutup lebih dari setengah jam. Tidurnya sangat tidak tenang. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya. Apalagi akhir-akhir ini Brisia sering sakit-sakitan.

"Ma, Brisia kemarin ke sini?" tanya Dimas setelah kedatangannya di sambut sang mertua.

"Kalian bertengkar?"

"Ada sedikit salah paham kemarin, Ma. Dimas mau cari Brisia untuk menjelaskan semuanya. Dia ada di rumah?"

"Brisia nggak ada di rumah. Mama juga baru tahu kalau kalian bertengkar."

Dimas menghembuskan napas berat. Kemana perginya Brisia? Mengapa sama sekali tanpa jejak?

"Dimas, ayo masuk dulu. Kamu belum sarapan?"

"Nanti aja, Ma. Dimas mau cari Brisia dulu."

Mama Brisia tampak berpikir. "Anak itu memang suka lari dari masalah. Kamu jangan kepikiran. Mama yakin dia baik-baik saja. Lebih baik sekarang kamu sarapan dulu."

Dimas berpikir sejenak. Mungkin yang dibilang mertuanya benar. Lagi pula, tidak mungkin Mamanya Brisia tidak khawatir mendengar anaknya hilang dari rumah seperti ini. Mungkin, wanita itu sering menghilang seperti ini jika ada masalah.

Yah, dia hanya perlu bersabar dan menunggu Brisia kembali.

Seharusnya dia tidak perlu sekhawatir itu, kan?

.

.

.

17/11/22

Jangan lupa vote dan comment untuk part ini. 

Jadi, Brisia hanya ngambek biasa atau menghilang? Mana nih yang diawal cerita kesel sama Dimas dan mau Dimas kena karmanya?

.

Instagram : __bels / belindavirginia

Twitter: belindanangoy

Drama QueenWhere stories live. Discover now