Lamaran yang Gagal

14 0 0
                                    

Beberapa kali Rafa mengetuk pintu kos Karin, namun tidak ada jawaban. Hal itu membuat Rafa khawatir, bahkan dirinya sudah beberapa kali menelpon tampak dibawah tulisan kata Sayangku itu hanya tertulis kata bordering saja.

Ketika Rafa sudah ingin menemui ibu kos untuk meminjam kunci serap, ada suara orang membuka kunci dari dalam. Rafa terkesiap, melihat Karin keluar dari dalam kosnya tersebut.

Dia terpesona melihat betapa cantik kekasihnya ini, Karin mengenakan dress marun sebetis dengan tangan seperempat bermotif bunga melati, Karin memang tidak berhijab, atau lebih tepatnya belum. Namun ada yang janggal dari penampilan kekasihnya ini, dia terfokus pada high heels yang dipakai Karin. Tapi tidak apa-apa dia akan fokus pada tujuannya malam ini yaitu melamar Karin.

Karena sekarang dia sudah lulus, dan juga sudah memiliki perkerjaan tetap sebagai dosen di univ ternama di kota ini, tabungannya juga sudah terkumpul lumayan, hasil dia bekerja sebagai guru dan lain-lain semenjak di istanbul. Karin pasti mau menerima nya sekarang.

Dia teringat dulu waktu pertama kali dia melamar Karin sebelum berangkat ke turkey. Karin bilang dia tidak mau menikah muda, apalagi mereka sama-sama belum punya pekerjaan tetap. Karin tidak mau hidup tanpa persiapan. Untuk itu dia sudah mengambil sebuah apartemen di pertengahan kota, apartemen yang nyaman untuk mereka, cicilannya juga tinggal 3 tahun lagi, karena Rafa sudah mulai menyicil apartemen itu sejak awal kuliah S2 nya dulu.

Rafa teringat dia kerja siang malam, sembari berkuliah untuk mencari uang cicilan rumah tersebut. Karena meskipun ia berasal dari keluarga yang cukup mampu, dia tidak ingin merepotkan orang tuanya, dia percaya dia pasti bisa, dan ternyata sampailah dia pada posisinya sekarang. Meskipun belum punya segalanya dia sudah siap untuk menjalani hidup berumah tangga bersama Karin kekasihnya. Kemudian Rafa tersadar dari nostalgianya.

"Sayaaang, maaf ya nunggu lama yaa, tadi lagi dandan bentar looh" ucap Karin lalu bergelayut manja pada lengan Rafa.

"gak apa-apa cantik, aku udah sempat khawatir tadi, kirain kamu kenapa2" jawab Rafa

"gak ada apa-apa kok, yuk kita berangkat, pasti mama sama papa kamu udah nunggu nih" ajak Karin dan langsung dibalas anggukan oleh Rafa.

Beberapa kali Rafa melirik kearah heels Karin. Akhirnya Karin menyadari hal itu.

"sayang km kenapa sih, kok lirik-lirik sepatu aku dari tadi, jelek ya?" tanya Karin sambil menghentikan aktifitasnya memulas bedak kewajahnya.

"cantiiik sayangku, Cuma itu lo, apa nggak berlebihan yak an Cuma makan malam di rumah sayang" tanya Rafa dengan sangat lembut

"ga papa yang, kan biar senada sama bajunya," jawab Karin

"ya udah deh gapapa, padahal nanti pas masuk rumah aku heels nya juga dilepas kok, jadi make Cuma dimobil aja hihi" ejek Rafa

"ihh ayang, gapapa ih, ini aku juga bawa sandal cadangan buat nanti masuk rumah" jawab Karin lagi

"iya iyaa sayangku padahal rumah aku bersih lo", jawab Rafa sambil tersenyum. Dia amat faham dengan Karin, tentu gadis ini tidak ingin terkena kotor, karena dia adalah seorang dokter, sudah dari dulu Karin sangat anti dengan hal kotor.

"sayang bukannya bilang rumah kamu kotor loh, tapi kamu tau kan aku gimana, maaf yah sayang kamu marah yaa," ucap Karin sambil memegang tangan Rafa di gigi mobil.

"gapapa sayangku, cuma bercanda kok, aku ngerti" ucap Rafa sambil tersenyum.

Akhirnya merekapun sampai dikediaman keluarga Rafa. Karin keluar dari mobil dan mengikuti Rafa masuk kerumah. Di dalam sudah ada Azka di sofa dan ayah Rafa yang berjalan keluar dari kamar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 05, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Panik NikahWhere stories live. Discover now