33. Black Baccara

23 2 1
                                    

Cara menemukanku, hanya satu. Tanpa dijelaskan kau akan paham. Karena aku selalu ada di sisimu. Jadi, temukanlah aku.

Lagi-lagi, selain tulisan pada note atau di dinding dengan cat. Pasti akan menemukan mawar hitam.

Yang kulakukan saat ini hanya mengamati setangkai bunga mawar hitam, selalu saja kutemukan di loker sekolah, hingga manapun—semacam luar sekolah. Sehari sebelum bunga ini muncul. Pasti ada kabar kematian.

"Kau nggak takut kah?"

Aku melirik sejenak, kemudian terfokus lagi pada setangkai bunga mawar hitam, terus kugenggam. "Untuk apa takut? Ini hanya bunga, meski dilambangkan bunga kematian. Tetap aja bunga, kebetulan aku suka warna hitam."

"Maksudku, kau menemukan bunga ini ah terus menemukan. Setelah kabar mengerikan begitu, kau nggak takut ikut kena sial?" Teman sebangku, yang selalu cerewet.

Aku sebenarnya malas meladeni. Tetapi ya, lama-lama bikin pusing. "Nggak, kalo emang sial mungkin itu takdir."

Bunga mawar hitam tadi, kumasukkan ke dalam tas. Tahu tidak? Keseringan menemukan bunga mawar hitam, di berbagai kejadian mengerikan yang menyebabkan kematian. Membuatku jadi kolektor.

"Black Baccara."

Nama latin, bunga mawar hitam. Seingatku, bunga ini tumbuh di negara luar. Lantas, kenapa mudah sekali ditemukan di sini?

"Apa mungkin, yang menaruhnya itu kolektor sejati, tapi lebih ke sisi gelap?" Bukan urusanku, anehnya malah terus kepikiran. "Siapa dia? Kenapa bisa berhubungan dengan kematian banyak orang di hari sebelumnya?"

Kasusnya, terkesan bukan pembunuhan berencana. Menurutku itu, seperti simbol terhadap si korban. Tetapi ya, bagi orang awam seperti teror. Habis kematian di banyak tempat, satu atau lebih korban secara bersamaan. Pasti besoknya bunga ini muncul.

"Selalu aku yang menemukan. Saat itu, aku mulai dianggap tau atau komplotan." Aku kesal, padahal tidak sengaja kok dibilang komplotan pembunuh berantai?

Siapa juga yang mau jadi pembunuh.

Hah? Apa maksudnya ini?

"Bisa kau jelaskan?" Polisi mendadak mendatangiku dan memborgol.

"Jelasin apa? Aku nggak lakuin hal buruk apapun!"

"Kenapa kau ada di sana?"

"Di sana di mana? Seharian kemarin aku di rumah, lalu hari ini kalian datang memborgolku dan menyeretku ke sini!" Aku tidak habis pikir, kenapa gara-gara menemukan mawar hitam, setelah kabar kematian. Nasibku begini?

Masa iya, perkataan temanku waktu itu. Sungguhan, kalau bukan hanya kematian. Tetapi juga kesialan?

"Tapi ini kau bukan?" Sembari menunjukan rekaman video, sengaja di-pause. Itu benar-benar ....

A-aku? Ta-tapi, bagaimana bisa?

"Kau ingat sesuatu?"

Aku mendadak sulit berkata.

"Kau bilang seharian kemarin di rumah, tapi kenapa kau ikut terekam?"

Kugeleng kepala sejenak, berusaha membela diri. Walau sulit, karena aku tidak memiliki bukti. "Ya, aku nggak punya bukti! Tetapi sungguh, aku kemarin nggak di sana!"

Eh?

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi kenapa gedung kepolisian hancur? Seperti habis dibom. Lalu kenapa aku selamat dan ada di luar?

"Bukankah tadi aku diinterogasi?" Tak sengaja, aku menangkap keberadaan setangkai bunga mawar hitam lagi, kali ini muncul di hari dan waktu sama—di mana kejadian mengerikan muncul.

Tunggu! Tidak mung—

Kenyataannya adalah, aku sisi gelapmu yang tidak pernah kau ketahui selama ini. Hidupmu sebelumnya, dipenuhi hal buruk di mana kau tidak pernah dipercaya, hingga dibuang. Kau muak, tetapi kau memilih diam. Kesannya, memilih sungguhan menjadi yang terlemah.

Kau tahu? Kematian yang terjadi pada keluargamu, karena ulahmu sendiri. Namun, secara tidak sadar. Lambat laun kau bosan, karena tidak melakukan apapun lagi. Jadi, kau mengacaukan keadaan. Menghubungkan kejadian mengerikan, antara hasil perbuatanmu sendiri, dengan yang bukan rencanamu.

Dalam bentuk, hal misteri tersembunyi dalam bunga mawar hitam.

22 November 2022

Kumpulan OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang