3. Malam Pertama?

73 12 2
                                    

"Yang aku inginkan cuma satu, melihat air mata itu terus menetes"
Reksa

Dimeja makan sudah ada Tari dan Reksa yang sedang makam malam bersama Dirlangga, Tari masih sangat canggung apalagi baru dua malam ini, dia masuk kedalam keluarga ini. Tari terus mencuri pandang Reksa dan Dirlangga, dia masih tidak percaya yang sudah terjadi, dia juga tidak pernah membayangkan jika posisi papanya Lian sudah digantikan dengan Dirlangga sebagai papa mertuanya, dan Reksa sudah menggantikan posisi Riza kakaknya yang kini menjadi suaminya.

"Papa makan harus banyak, biar kuat cari cuannya" ucap Tari terkekeh pelan.

"Iya dong dek, papakan pahlawan kita" timpal Riza memuji Lian.

"Bisa aja, anak-anak papa ni, selalu buat papa bahagia" ujar Lian terharu.

Tari mengusap air matanya, dia rindu sekali dengan dua lelakinya itu, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, foto itu sudah menyakinkan mereka.

"Ohh iya, mulai besok kamu pindah sekolah" ucap Dirlangga kepada Tari.

"Memangnya kenapa Tari harus pindah om?" Tanya Tari bingung.

Dirlangga terkekeh pelan. "Panggil papa, jangan om, kamu kan sudah menikah sama Reksa"

"Iya pa, maaf" jawab tari yang terlihat sangat canggung.

"Iya ngak pa-pa, kamu harus satu sekolah dengan Reksa, diperaturan sekolah, anak SMA tidak boleh ada yang sudah menikah, jika nanti status pernikahan kamu didengar sama kepala sekolah, maka kamu otomatis dikeluarkan dari sekolah, jadi sebelum kamu dikeluarkan, ada baiknya kamu pindah" jelas Dirlangga.

"Iya pa, Tari nurut aja gimana baiknya"

"Buat seragam kamu besok pakai seragam lama dulu, karena besok kamu baru dapat seragam, jadi sebelum kamu masuk kamu keruang guru dulu ambil seragam"

"Baik pa" jawab Tari tersenyum.

"Kami juga malam ini langsung pindah kerumah Reksa" ucap Reksa yang sudah jengah dengan sandiwara yang dia buat, dia tidak mungkin berlama-lama dirumah papanya, yang ada mereka terus perang dingin.

"Ya sudah kalau kamu maunya gitu, hati-hati dijalan, jaga istri kamu" pesan Dirlangga.

Setelah selesai makan malam, Tari membereskan semua barangnya, jangan sampai ada yang tertinggal, Tari menghela berat, dia masih tidak menyangka sampai diusir sama papanya, mana ponselnya Tari tertinggal dirumah. Bahkan Riza sama sekali tidak memasukan foto mereka yang ada di atas meja belajar.

Tari bernafas panjang, dia menarik kopernya dan berjalan keruang tamu dan mendapati Dirlangga dan Reksa yang sedang perang dingin.

Tari duduk disamping Reksa, Tari melirik kearah Reksa dan Dirlangga secara bergantian wajah mereka sangat dingin.

"Ni buat kamu" Dirlangga menyodorkan ponsel baru dan atm.

"Ini apa pa?"

"Ini handphone buat kamu, kata Reksa handphone kamu tertinggal dirumah kamu kan, dan itu atm buat belanja bulanan, dan juga biar papa lancar buat tranafer buat belanja bulanan kamu"

"Ngak perlu pa, kak Reksa pasti bisa menghidupi aku"

"Ambil dulu" titah Dirlangga, Tari yang melihat aura semakin dingin, dengan cepat dia menyambar ponsel dan atm ditangan Dirlangga.

"Gini, kamu itu dinikahi sama cowok berandalan, kerjaannya tawuran, balap liar, mabuk, cari masalah sana-sini, Pengangguran, anak SMA lagi, mana bisa menghidupi kamu, kalaupun bisa mungkin itu uang haram" jelas Dirlangga dengan sinis menatap wajah sang putra.

MATAHARI SENJAOnde histórias criam vida. Descubra agora