18. Pemakaman Jihan

50 9 0
                                    

Happy Reading

Typo? Tandai dikolom komentar...

Setelah mendapat kabar dari Intan ibunya Jihan, Deren, Reksa, Gino, Gilang dan Iqbal mereka pergi menuju rumah sakit, mereka pergi ke sana dengan penuh perjuangan, dimana Reksa harus dengan extra sabar membujuk pak satpam agar mau membukakan mereka pagar.

Akhirnya kelima pria itu telah tiba dirumah sakit, dengan Deren yang tadinya dibonceng Reksa, karena Reksa takut jika Deren kenapa-napa dijalan jika dia nyetir sendiri.

Diruang vvip sudah terdapat orangtua Jihan dan orangtua Deren di sana, mereka sedang menangis meratapi jasad Jihan yang masih terbaring di atas blankar.

Deren mendekati jahad Jihan, dia membuka kain putih yang menutupi tubuh pucat tanpa darah.

Deren pria itu tidak bisa menahan air matanya, selama dua bulan kebersamaan mereka, membuat Deren merasa sangat kehilangan.

Deren mengguncang tubuh Jihan, tapi gadis itu benar itu lagi merespon.

"Lo kenapa ninggalin gue Ji, bukannya lo janji sama gue untuk terus bersama? Kenapa lo  ingkari janji itu?" Ucap Deren lirih.

"Lo kenapa pergi tanpa pamit sama gue... gue kehilangan lo Ji, gue kehilangan lo"

"BANGUN JI, BANGUN, maafin gue, karena malam itu lo kehilangan nyawa lo, karena gue disisa hidup lo, lo ngak bahagia"

Reksa memegang kedua bahu Deren dari belakang, dia sangat mengerti perasaan Deren sekarang ini, dia pernah diposisi Deren bahkan lebih menyakitkan, Deren pria itu memeluk Reksa meluapkan kesedihannya.

"Jihan ninggalin gue Sa, Jihan ninggalin gue"

Deren melepaskan pelukkannya, dia tiba-tiba  menjatuhkan dirinya ke lantai, dia menampar dirinya sendiri, Reksa pria itu tidak tinggal diam, dia memegang kedua tangan Deren agar pri itu tidak menyakiti dirinya sendiri.

Intan mendekati Deren yang merasa terpukul karena merasa bersalah telah menabrak Jihan dua bulan yang lalu, Intan berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Deren.

"Deren, kamu jangan salahin diri kamu sendiri, ini semua sudah menjadi takdir nak, tante sama om akan berusaha untuk mengikhlaskan Jihan walaupun berat" ucap Intan menenangkan Deren walaupun dihatinya juga tersimpan luka.

"Tapi Deren salah tante, Deren yang sudah merebut nyawa anak kesayangan om sama tante"

"Ngak Deren, semuanya sudah jadi takdir Allah, kamu harus ikhlas, tante sama om ngak pernah dendam sama kamu, tante ngak pernah benci sama kamu, apalagi berniat buat nuntut kamu, tante sama om tidak ada pikirin seperti itu"

Deren langsung memeluk Intan, "makasih tante, tante baik banget sama Deren, sekali lagi Deren minta maaf"

Reksa yang sedang menyaksikan itu, dadanya terasa sangat sesak, melihat Intan dengan lapang dada memaafkan Deren, bagaimana dengan dia? Menyimpan dendam, benci bahkan menyikas istrinya sendiri, hanya karena dendam yang begitu membara dihatinya.

Reksa keluar ruangan itu, dia duduk dibangku panjang depan ruangan vvip, dan diikuti oleh ketiga temannya.

"Lo kenapa Sa?" Tanya Gino.

Reksa menghela berat, dia menatap Gino dengan mata yang memerah, "gue cuma ingat empat bulan yang lalu, ditempat ini, gue kehilangan saudara gue, hari ini tepat empat bulan yang lalu"

"Sabar Sa, kita ngak tahu soalnya" sahut Iqbal.

Reksa hanya mengangguk pelan.

🌻🌻🌻

Kringgggg....

Bel istirahat pertama berbunyi nyaring, Tari bernafas lega karena hukumannya akhirnya berakhir, dari kejauhan Tari melihat Wiliam berjalan mendelatinya dengan membawa sebotol air mineral.

"Nih buat lo" ucap Wiliam menyodorkan sebotol air mineral pada Tari.

Tari terdiam ditempatnya, dia menatap Wiliam penuh curiga, bagaimana tidak anak baru tiba-tiba saja sok akbrab dengan dirinya.

"Mendingan lo ngak usah dekatin gue, kalau ngak mau terkena masalah" ketus Tari berjalan meninggalkan Wiliam di sana.

"Memang kenapa?" Teriak Wiliam penasaran.

Tari sama sekali tidak menjawab, dia malah mepercepat langkahnya menuju kelas agar cepat istirahat, tapi bukan Wiliam namanya kalau berhenti sama di situ,  dengan cepat dia menyusul Tari dengan mensejajarkan jalannya, jangan lupakan tatapan sinis semua orang melihat mereka berjalan melewati sepanjang koridor.

Ketika sampai dikelas Tari mendudukan bokongnya, begitu juga dengan Wiliam.

"Gue masih penasaran, kenapa kalau gue dekat sama lo, gue bakal terkena masalah?" Ucap Wiliam penasaran sembari menatap Tari.

"Gue kasih lo dua pilihan, lo tetap mau duduk di sini atau gue usir?"

"Ya tetap mau duduk di sini" jawab Wiliam mantap.

"Ya udah kalau masih mau duduk di sini, lo dilarang bicara" putus Tari jengah menghadapi sikap Wiliam yang ingin sekali berteman terhadapnya.

Wiliam pria itu langsung mengkunci mulutnya agar tidak mengeluarkan suaranya kembali.

Drt Drt Drt

Tari merogoh ponselnya yang ada di saku baju seragam miliknya.

"Halo pa" ucap Tari dari sambungan telpon.

"Halo, Tari lihat Reksa disekolah hari ini?" Tanya Dirlangga dari balik telpon.

"Pagi tadi lihat, tapi kalau sekarang belum, memangnya kenapa pa?"

"Papa udah beberapa kali telpon sama chat Reksa tapi tidak ada satupun yang dijawab ataupun dibalas, papa cuma mau bilang sama dia, kalau hari ini mau belajar bisnis, papa tunggi dikantor pas pulang sekolah" ucap Dirlangga.

"Iya udah pa, coba Tari cari kak Reksa dikelasnya"

"Oke, makasih ya Tari"

"Iya" sambungan telpon mereka terputus.

🌻🌻🌻
Kini mereka semuanya sedang berkumpul dipemakaman Jihan, hanya ada gudukan tanah yang ditabur bunga dengan batu nisa bertulis nama Jihan Putri Anjani di sana.

Kedua oragtua Jihan masih menangis dengan histeris, mereka masih tidak menyangka anak sematawayang mereka pergi begitu cepat.

Deren berjongkok, dia menggengam tanah bercampur bunga dari gundukan makan Jihan.

"Jihan" ucap Deren sembari mengelus batu nisan milik Jihan, "maafin gue, karena gue lo pergi" lirih Deren.

Satu persatu semua pergi, hanya menyisakan Deren sendiri di sana, Reksa pria itu ditengah perjalanan dia memberhentikan langkahnya.

"Kenapa Sa?" Tanya Gino heran karena Reksa berhenti.

"Kalian duluan aja, gue mau kemakam Raksa"

Mereka bertiga hanya mengangguk pelan, sedangkan Reksa pria itu berhenti dimakan Raksa, dia menatap makam Raksa dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, dia juga mencabuti rumput liar yang tumbuh disekitar makam.

"Hai Ra, gue datang jenguk lo lagi, lo tahu ngak sih, gue kangen banget sama lo, gue ngak punya teman curhat lagi, biasanya kalau mama sama papa bedain kita, gue masalah cerita sama lo, seharusnya 'kan gue benci sama lo, karena mama sama papa lebih sayang sama lo" cerita Reksa sembari mengingat masa-masa dia bersama Raksa.

"Hidup gue sepi tanpa lo, gue makin sering berantem sama papa, gue juga kangen sama mama, mama sakit sejak kehilangan lo"

"Gue juga udah nikah sekarang, nikah sama orang yang udah bunuh lo, tapi akhir-akhir ini gue ragu, kalau benar Tari yang bunuh lo, apalagi akhir ini hati gue, semakin ngak tega membalaskan dendam gue sama Tari, ada perasaan aneh yang muncul sekarang, gue harus gimana sekarang?"

🌻🌻🌻

Jangan lupa vote anda coment.

MATAHARI SENJAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin