assistant #2

3K 86 2
                                    

Jeno membuka matanya perlahan. Netranya memandangi seseorang yang masih tertidur pulas di sampingnya dengan wajah polos tanpa sentuhan bedak sedikitpun.

Jeno beranjak dari ranjangnya untuk mulai bersiap siap bekerja. Ia akan membiarkan sekertarisnya beristirahat untuk hari ini. Jimin sudah terlalu banyak bekerja untuknya hingga tadi malam. Jeno tersenyum mengingat kejadian semalam yang berlalu begitu indah.

Ia rasa, dirinya bahkan tak akan bisa melupakan hal itu.



*

*

*
















"Ssshhh..."

Jimin membuka matanya setelah tidurnya yang cukup panjang. Ia melihat pintu kaca balkon yang tak menampilkan terangnya matahari. Jimin langsung melihat jam yang ada di atas laci kecil.

7.42 pm

Jimin terdiam sejenak. Ia tak yakin dengan hal ini. Mengapa bisa demikian terjadi? Bahkan dirinya masih ada di rumah atasannya. Ia juga belum membersihkan diri. Jimin hanya tertidur seharian.

"Tuan Le-"

"Aw!"

Jimin meringis kesakitan saat ia menggerakkan tubuhnya. Terlebih bagian bawahnya yang berdenyut seakan ada sesuatu yang robek di bawah sana. Jimin rasanya tak mampu untuk berjalan. Ia tak pernah membayangkan bahwa rasa sakit setelah bersetubuh akan seperti ini.

Dengan gerakan selambat siput, Jimin berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Jimin cukup lama membersihkan diri. Ia berendam untuk mengubah dirinya menjadi lebih rileks.

Jimin melihat pantulan tubuhnya yang dipenuhi dengan tanda dari Lee Jeno. Ia menyentuh dadanya yang sebagian besar terdapat tanda bukti terjadinya suatu peristiwa hebat antara dirinya dan atasannya. Jimin menutupi tubuhnya dengan handuk baru yang selalu di sediakan di dalam lemari. Ia berjalan perlahan keluar kamar mandi dan sudah melihat pakaian wanita di atas ranjang. Bahkan ruangan yang tadinya begitu berantakan kini sudah kembali rapi semula.

Jimin tak mau berlarut dalam pikirannya. Ia segera mengenakan pakaian yang cukup menutupi seluruh tanda di tubuhnya.

"Kau sudah bangun? Apa aku membangunkan mu?"

Jimin menoleh ke sumber suara. Baru saja ia menuruni tangga, Jeno ternyata berada di lantai bawah dengan pakaian kantor.

"Tuan?"

"Aku baru saja kembali dari kantor. Aku pikir kau sudah kembali, namun ternyata belum saat aku mendengar suara air di kamar tadi" jelas Jeno dengan menuntun langkah Jimin menuju meja makan.

"Maaf, saya tak bermaksud buruk seperti itu. Saya kelelahan sampai tak melihat waktu," balas Jimin kembali baku. Ia tak menyangka bahwa Jeno juga akan menyiapkan makan untuknya.

"Tak masalah. Justru, aku menyukainya." ucap Jeno tanpa sadar.

"Maksud Tuan Lee?"

"Bukan apa apa. Kau harus makan malam, setelah itu aku akan mengantarmu pulang ke rumah. Aku yakin kakak mu sudah mencari keberadaan mu sejak tadi malam, mereka khawatir pada adik perempuannya."

Jimin tersenyum mendengar ucapan Lee Jeno yang menyentuh hatinya. Keduanya menikmati makan malam dengan di selingi obrolan ringan. Keduanya tampak tak lagi canggung seperti di kantor. Terasa bahwa jarak keduanya kini dekat hanya dalam semalam.

Life of Love (æspaXnctdream)Where stories live. Discover now