choice

580 15 1
                                    

Nyonya, maaf. Kami tidak bisa berbuat apapun. Selamanya anda bertahan, mungkin hanya dua minggu dan tak mungkin lebih dari waktu itu.

Sepasang mata kini tak tahan menahan air yang mengalir. Bibirnya bergetar hebat bersama tubuhnya yang lemas tak berdaya di dalam ruangan tersebut.

Tangannya bergerak menyentuh dada lalu memukulnya sekeras mungkin. Ia tak hiraukan rasa sakit yang sudah memenuhi organ utama di dalam sana. Menyadari waktunya yang tak lama— membuatnya lebih histeris. Hatinya pilu mengingat bagaimana kekasihnya baru saja melamarnya. Pernikahan mereka bahkan diselenggarakan dua minggu lagi— dimana ia akan merenggang nyawa.

****

Giselle Uchinaga— wanita berumur 33 tahun yang menghabiskan hidupnya bekerja keras sejak berumur 7 tahun. Ia semakin bekerja saat sakit keras saat mendengar penyakit yang dideritanya sejak dua tahun lalu.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa semuanya berjalan lancar?"

Pandangan wanita dewasa itu jatuh pada seorang pria dihadapannya. Pria berambut hitam legam itu tampaknya fokus dengan tablet yang ada di tangannya.

Giselle merasa diacuhkan. Ia hanya kembali pada piringnya yang masih dipenuhi dengan telur serta daging iris bakar. Ia tak begitu menikmatinya, rasanya makanan ini hanya sebagai bentuk formalitas untuk bisa bertemu dengan pria yang ia cintai.

"Mark Lee, kau tak ingin berbicara denganku? Aku bos—"

"Giselle, bisakah kau pergi? Maaf, aku membutuhkan waktu sendiri. Aku harus bekerja seharian dan aku tak ingin kau di sini menjadi pengganggu."

Giselle menahan nafasnya. Sesak. Ucapan pria itu berhasil membuatnya semakin memburuk. "Baiklah, aku akan berdiam di kamar saja."

Kakinya melangkah gontai meninggalkan ruang makan. Ia menuju kamar untuk memberi ruang bagi calon suaminya itu.

Begitulah, Giselle dan Mark tinggal disatu atap yang sama. Tepatnya, Giselle yang tinggal bersama Mark karena rumah mewah ini milik pria tersebut.

Mark Lee— pria matang yang berusia 35 tahun. Ia dikenal sebagai pria pekerja keras dan cerdas. Kini, ia memiliki profesi sebagai konsultan bisnis sekalipun umurnya yang masih cukup muda. Ia juga memiliki beberapa usaha yang bergerak di bidang properti. Mark membangunnya dengan usaha serta bantuan dari kolega bisnis kedua orangtuanya.

Ayolah, jujur saja. Lagipula, tak akan ada pemuda sukses sepertinya jika tak dimulai dari jejak kedua orang tuanya. Hal itu yang membuat Mark bisa sukses seperti sekarang.

Bila saja dibandingkan dengan Giselle— wanita itu bahkan tak lulus sarjana akibat kendala biaya. Hal tersebut yang membuat Giselle bekerja keras sebagai seorang karyawan kantor biasa.

Tak berselang lama saat Giselle memasuki kamar, Mark justru pergi dengan mobilnya. Tak ingin menghentikan, Giselle hanya menatap lekat mobil mewah yang baru saja meninggalkan halaman rumah.

Seketika, kekosongan itu menghampirinya. Giselle menemukan pantulan dirinya melalui cermin besar di hadapannya. Siratan matanya tak bisa berbohong. Ia kesepian di akhir hidupnya.















Kedua nafas pasangan itu terdengar saling bertaut. Tatapan mereka begitu dalam saat menatap satu sama lain. Bahkan hingga yang satunya terjatuh diatasnya, mereka tak melepaskan satu sama lain.

Life of Love (æspaXnctdream)Where stories live. Discover now