Part One - Moving Back (Meredith)

47.5K 1.8K 40
                                    

Namaku Meredith yang berarti pemimpin yang dikenal. Umurku enam belas tahun saat ini dan aku mendapatkan bencana besar sebulan yang lalu. Ayahku, Pangeran Phillip Reynolds meninggal karena hipertensi di usia muda dan kami diusir keluar oleh nenekku, Lynette Reynolds dari kerajaan kami, rumahku sejak aku kecil di Paris. Aku benar-benar merasa terguncang sekarang.

Ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di Amerika Serikat, tempat tinggal asli Ibuku. Aku tidak tahu bagaimana ceritanya Ibuku dapat pergi ke Paris dan menikah dengan seorang pangeran, dan aku tidak ingin pernah tahu bagaimana ceritanya terjadi.

Kami sekeluarga, aku, adik pertamaku, dua adik kembarku, dan Ibuku, sedang berdiri didepan Bandara Metro di Detroit, menunggu jemputan dari saudara Ibuku, Bibi Caroline, untuk membawa kami sekeluarga ke Luna Wand, sebuah kota disebelah Detroit yang bahkan tidak memiliki bandara sendiri. Ya. Itu adalah tempat tinggal Ibuku yang sebenarnya.

Setelah setengah jam kami menunggu, akhirnya jemputan kami datang dengan mobil Ford yang sudah tampak kuno. Seorang wanita berumur empat puluh tahunan, seumuran dengan Ibuku keluar dari mobilnya dengan seorang anak laki-laki sebaya denganku dengan rambut pirang. Wanita itu pasti Bibi Caroline dan anak laki-laki itu adalah anak pertamanya, London Boone. Ibuku menceritakan semuanya pada kami didalam pesawat selama dua puluh jam.

“Halo.” Aku memberi salam pada London dan tangannya berkeringat, mungkin karena dia menyetir dari Luna Wand ke Bandara Metro. Aku hendak berkomentar kalau perempuan tidak suka bersalaman dengan laki-laki yang tangannya berkeringat, namun aku tidak ingin membuat kesan pertamaku jelek didepannya. “Senang bertemu denganmu. Aku Meredith Boone.”

“Aku sudah dengar semuanya dari Ibuku selama perjananan tadi,” kata London. “Biarkan aku membawa barang-barang kalian,” kata London kemudian, meninggalkanku dan mengambil semua koper kami dan memasukannya kedalam bagasi.

Disampingku, Bibi Caroline tak henti-hentinya mengoceh dengan Ibu dan aku dapat melihat wajah Ibuku yang letih tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Aku memegang tangan Ibuku untuk membuatnya tetap kuat dan tidak tertidur sambil berdiri.

“Sepertinya Bibi Lauren sudah sangat kecapekan dan biarkan dia masuk kedalam mobil dan beristirahat,” kata London setelah selesai menaruh semua koper kami kedalam bagasi dan sangat membantuku.

London mengedipkan salah satu matanya padaku dan aku tersenyum berterima kasih padanya. Bibi Caroline memutar matanya dan melihat wajah anaknya dengan eskpresi marah bercampur malu, lalu dia segera masuk kedalam mobil dan mengajak kami semua masuk kedalam mobil.

Perjalanan dari Detroit ke Luna Wand memakan waktu dua jam. Aku hampir mati tersiksa karena harus duduk diam ditempatku selama dua jam kedepan dan mendengar suara dengkuran kedua adik kembarku yang dapat tidur dimanapun juga itu. Alison, adik keduaku yang duduk disampingku itu bergumam tidak jelas dari tadi, hanya sedikit yang aku dengar tentang ‘Luna Wand’ dan ‘menyeramkan’. Oke. Apakah maksudnya Luna Wand itu menyeramkan? Yang aku dengar dari Ibu itu adalah kampung halaman Ibu yang sangat menyenangkan dan kita bakal merasakan benar-benar berada dirumah sesampainya disana.

“Kau bisa tidur dulu, Meredith. Semuanya sudah tidur bahkan Ibuku, dan aku yakin kau perlu istirahat,” kata London dijok depan yang tampak lelah, menolehku sekali lalu memperhatikan jalan lagi.

“Aku tidak ngantuk, London. Aku sudah terlalu banyak tidur di pesawat karena mendengar cerita Ibuku tentang semua yang harus kita ketahui di Luna Wand.”

“Ibuku juga menceramahiku sepanjang perjalanan dari rumah sampai bandara. Pada akhirnya sekarang dia kecapekan dan tertidur dengan pulas. Aku sering ragu apakah aku Ayahnya atau anaknya,” kata London, terkekeh pelan.

Luna Wand: The Unknown StoryOù les histoires vivent. Découvrez maintenant