bagian 7: penyerangan kota medan

267 30 14
                                    

Dua bulan setelah pembebasan kota bandar lampung, berita kemenangan langsung tersebar dengan cepat melalui radio-radio setempat membuat berbagai pergerakan dan pembentukan laskar-laskar daerah memulai perlawanan.

TKI juga memberi suplai senjata yang cukup banyak pada pejuang setempat demi memerkedakan bangsa, ada setidaknya 200,000 pucuk senapan ak-47 beserta 800,000 magazine berkapasitas 30 peluru yang dikirim ke jawa, borneo, celebes, maluku, dan kepuluan timor.

Pagi hari, pasukan TKI segera bergerak dengan kendaraan dan juga mempersiapkan beberapa pos di titik-titik penting yang dilengkapi radio komunikasi.

Pangkalan-pangkalan udara yang baru dibangun sudah penuh dengan pesawat Garnus-30 dan Emb-214 berbaris di landasan pacu.

Setiap persenjataan diisi penuh dengan amunisi dan bom seberat 300 kg di cantelkan di setiap pesawat.

Setidaknya akan ada 40 pesawat garnus dan emb-214 yang akan dikirim untuk misi pengebpman dan bantuan serangan udara.

Pesawat garnus-30 merupakan satu-satunya pesawat yang menggunakan meriam otomatis kaliber 35mm sebagai senjata utama dan 4 senapan mesin m2 browning sebagai senjata sekunder.

Dengan kecepatan maksimal mencapai 750km/j, daya jelajah hingga 3200km, serta kemampuan manufernya yang jauh diatas pesawat biplane yang digunakan belanda hingga saat ini membuat pesawat garnus-30 menjadi sangat ditakuti dan diwaspadai jika spesifikasinya bocor keluar.

Pangkalan udara 6, palembang.

Seorang letkol muda bernama yudharni hassan ditugaskan untuk menjadi komandan dari semua pesawat yang berpartisipasi.

Yudharni sedang mengawasi setiap kondisi pesawat bersama para teknisi pangkalan, juga melihat seberapa baik pembakaran dalam mesin dengan sedikit menggebernya.

"Mesin aman dan pembakaran stabil, amunisi siap, senjata siap"

Nguuuung!

Alarm apel pun berbunyi keras tanda apel pagi akan dimulai, semua yang ada dipangkalan langsung berkumpul di lapangan.

Para teknisi TKI dan pilot serta Pasukan arhanud segera berbaris berdasarkan batalion masing-masing.

Apel pagi pun dimulai dan komandan tertinggi pangkalan 6, marsekal madya boransa siahaan naik ke podium.

"Selamat pagi!"

""Pagi! Pagi! Pagi!""

"Hidup bangsa Indonesia!"

""Merdeka! Merdeka! Merdeka!""

"Saudara dan rekan-rekan sekalian, pagi ini kita beruntung masih diberi kesempatan oleh tuhan untuk berkumpul dan berjuang demi bangsa"

"Beberapa waktu lalu saya menerima perintah langsung dari panglima besar kita untuk mempersiapkan serangan ke medan. Ya kota kelahiran saya yang dikuasi oleh londo-londo itu!"

"Namun bukan itu saja, panglima besar berpesan kepada kita semua untuk meminimalkan kerusakan yang tidak perlu"

"Sebagai TKI dan pilar berdirinya bangsa ini maka kita harus dan wajib menyelesaikan tugas ini dengan baik"

"Untuk para kadet! Kalian adalah calon-calon pilot hebat dan mungkin suatu saat nama kalian akan dikenang sebagai pahlawan nasional!"

"Namun masih banyak jalan panjang yang perlu dilalui untuk mencapainya, para pilot yang berjuang digaris depan, kalian adalah kebanggan bangsa dan juga pemeran utama dalam penyerangan ini, para teknisi dan logistik, kalian adalah kunci. Ingat kalian adalah kunci. Kalian tidak bertempur di garis depan namun bertempur dengan waktu dan beban fisik"

Pejoeang : Back to The Past for The Independence of My Country(Uncontinue)Where stories live. Discover now