Mengunjungi Ayah

6 2 0
                                    

Bismillah...
Happy Reading
.
.
.

Angin berhembus begitu kencang, awan hitam menyelimuti langit. Udara begitu dingin pertanda hujan akan segera turun. Namun, hal itu tidak mengusik ke khusyukkan dua orang yang tengah memanjatkan doa di atas batu nisan itu.

Pemakanan nampak sangat sepi, tak ada orang lain kecuali dua orang itu. Nampak satu orang dari keduanya meratapi batu nisan itu dengan tatapan kosong. Air mata mengalir begitu saja, guratan kesedihan nampak begitu jelas.

"Aamiin."

"Aamiin."

Ucap keduanya ketika sudah selesai memanjatkan doa. Menabur bunga mawar merah diatas makam yang baru satu bulan lamanya.

"Ayo pulang!" ucap lelaki berkemeja putih dengan celana hitam itu. Perempuan itu menggelengkan kepalanya.

"Ini sudah mau hujan. Apakah kamu masih mau disini?" yang ditanya hanya terdiam dengan tatapan kosong.

"Saya tidak mau kamu sakit karena kehujanan." perkataan lelaki itu tetap saja tidak digubris oleh perempuan itu.

"Saya mengerti kamu masih belum bisa menerima kehilangan nya. Akan tetapi, jika kamu masih tetap dengan keadaan yang seperti sekarang. Maka hal itu akan Membuatnya sedih di alam sana."

"Cobalah untuk menerima kenyataan, meskipun kenyataan itu pahit untuk di rasakan. Dan saya minta maaf jika kehadiran saya dalam kehidupan mu membuat beban hidupmu semakin bertambah."

"Kenapa bilang begitu?"

"Karena saya takut pernikahan ini membuat mu tertekan."

"Tidak merasa tertekan dengan pernikahan ini." Sedikit merasa lega ketika lelaki itu mendengar ucapan tadi.

"Ayo pulang!" ajak lelaki itu.

"Masih mau sama Ayah."

"Hujan sudah mau turun, nanti kamu kehujanan jika tidak cepat pulang." Perempuan itu melihat awan yang memang benar hujan akan turun sebentar lagi.

"Saya janji minggu depan kita kesini lagi." Perempuan itu sontak menoleh mendengar ucapan itu.

"Janji?"

"Iya janji."

"Yasudah ayok! Ayah, Ameena pulang dulu ya. Ameena akan kesini lagi. Assalamu'alaikum Ayah."

Ya, perempuan itu adalah Ameena. Ia megunjungi makam Ayah nya yang sudah meninggal satu bulan yang lalu.

Entah sudah berapa kali ia pergi ke makam Ayah nya itu. Hampir setiap hari ia kesana hanya untuk melepas rindu. Setiap pergi mengunjungi Ayah nya, ia selalu ditemani sosok laki-laki yang sudah sah menjadi suami nya. Ia sudah menikah tepat di hari Ayah nya meninggal.

Menikah dengan sosok laki-laki yang tak pernah ia sangka akan menjadi suaminya. Dan bukan tanpa alasan ia mau menikah dengan lelaki itu, permintaan Ayah nya lah yang menjadi alasannya.

Ameena dan suaminya itu sudah pergi dan sudah berada di dalam mobil. Ameena masih menatap makam ayahnya dari balik kaca mobil. Ingin rasanya ia tetap disana, namun hal itu tidak mungkin jika ia masih bersama suaminya.

"Mau makan?" tanya suami Ameena.

"Tidak."

"Kata Bunda, dari tadi pagi kamu belum makan. Sekrang sudah jam dua belas siang kamu masih tidak mau makan?"

"Ameena gak nafsu makan."

"Apa kamu mau sakit karena tidak mau makan?" Ameena hanya menggelengkan kepalanya.

CINTA AMEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang