c;

32 6 0
                                    

Sesak, tembok besar kini tempat sembunyi yang selalu menyimpan lukanya sendiri.

"Lanjutin aja, gue tau rasanya sesek banget di dada."

Atau tidak lagi, karena kini mereka kembali membagi hela nafas di dalam lingkup udara yang sama.

Akhirnya air mata itu dihapus, lukanya disimpan, dan rahasia mereka dibagi, selayaknya kertas putih yang dibagi jadi dua, keduanya duduk diam, dibuai angin sore yang sejuk.

"Kaki lo bakal sembuh dua mingguan lagi."

Dia menoleh, ada senyum yang terasa janggal.

"Lo...pernah?"

"Gue cidera tendon, nari lagi udah gak mungkin."

Sesaknya sama, tapi waktunya berbeda, luka usang rasanya terlebih mencekik dari kelihatannya.

"Maaf."

"Gak usah, gue udah sembuh, udah damai juga, gue yang minta maaf, ikut campur seenaknya sendiri."

Tungkai kaki berbalut perban dia elus, tersenyum simpul meraup asa.

"Gak kok, omongan lo bikin gue kuat. Makasih ya, Hyun."

Silabel itu terngiang, selanjutnya ada senyum lebar yang menenggelamkan sesuatu disana.

Hyunjin untuk pertama kalinya diam, menatap wajah ayu dengan semburat tipis. Mungkin semesta memang menadirkan keduanya bertemu untuk saling membalut luka satu sama lain.















Bersambung...

sincerity ; hjyjWhere stories live. Discover now