g;

19 5 0
                                    

Gerakan menulis guru di depan kelas kabur. Dia mengamati sekitar, semua orang membias, matanya mengelak, menolak mengisi pandangan dengan segala disekelilingnya.

"Ji? Ngantuk? Jangan tidur dulu anjir."

Hari-hari semakin cepat berganti, mereka sudah memasuki minggu ujian akhir.

Dan karena itu juga, fokusnya tak boleh terbagi walau kenyataannya selalu terjadi banyak hal yang tak bisa dihindarkan.

Selesai dengan pembahasan singkat contoh soal ujian, kelas kembali hening, semua orang fokus mengerjakan, sementara dia hanya diam.

Memandang keluar kelas, rindangnya pohon mengalihkan perhatian.

Seulas senyum kecil menghias bibir.

"See you soon." Ada hati yang hampa, mungkin kini dia akan kembali pada keseharian membosankan.

Tanpa Hyunjin, dan obrolan ringan antara keduanya.













"Anjir, masuk kampus ternama jalur prestasi karena piagam pemenang lomba fotografi?"

Yeji sibuk mencari buku catatan, awal tahun ajaran baru perkuliahan menyita banyak fokusnya. Mengabaikan sang teman yang membaca berita kampus di mading.

Hingga sang teman menyikutnya karena hampir menabrak orang yang berlalu lalang.

"Lo ati-ati kenapa si Ji."

"Sorry-sorry, gue lagi nyariin binder gue sama pulpen gue, gak ada di tas."

Mereka berhenti di depan mading, karena dia sibuk mengaduk-aduk isi tasnya.

Ketika pulpen tersebut ditangkap netra dengan sumringah dia tarik dan berhasil terangkat tinggi-tinggi, tak menyadari tangannya membentur dagu orang yang tengah berjalan didepannya.

Matanya melebar kaget, tak menduga kecerobohannya mendatangkan masalah baru.

"Ah! Sorry-sorry!"

Tangannya turun, saat wajah orang tadi teraba pandang, keduanya mendapatkan kepingan kisah yang hilang ditemukan utuh tak terganti.

"Liat-liat kalo ngelakuin apapun ya, Yeji Kinanta."

Hatinya menjerit, namun nyatanya kini hanya ada mulutnya yang tak mampu mengatakan apapun untuk menimpalinya.

"Hyunjin Andreas!" Itu bukan dia, tapi temannya yang terbelalak, kaget mendapati wajah yang eksis di mading muncul dihadapannya, gamblang menyebut nama sosok sang sahabat yang diam membatu sesaat menyaduk dagu pemuda itu.

Tak ada, pun angin ingin mendesau gembira, membawa kedua sejoli yang lama tak bersua, kembali pada dekap atensi masing-masing lagi.











Bersambung...

sincerity ; hjyjOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz