Ch. 14 - Crying Together

38K 3.2K 206
                                    

Ketika reuni bersama rekan club aikido berakhir, Nando baru menyadari kalau ternyata waktu benar-benar berjalan sangat cepat. Nando bahkan takjub saat mendengar cerita satu per satu temannya. Ada yang berhasil kerja di luar negri, ada yang baru punya anak, ada yang sedang sibuk mencari TK untuk anaknya, ada yang baru menikah, ada pula yang baru bercerai. Saat itulah Nando seolah kembali ditegaskan jika usianya sudah nyaris masuk kepala tiga.

Ada sedikit rasa minder ketika Nando sadar bahwa sepertinya ia masih terjebak pada masa-masa pertengahan dewasa. Namun, bukan berarti Nando tidak pernah memikirkan untuk mulai melangkah ke jenjang kehidupan baru yang lebih serius. Dia pernah membuat rancangan masa depan yang begitu indah, tapi semakin bertambah usia, semakin Nando mengikis sedikit demi sedikit harapannya menjadi lebih realistis.

Nando berdecak. "Yang penting happy-lah, daripada jadi duda diumur 29 tahun."

Dia melangkah keluar dari area food court menuju parkiran. Nando memutuskan untuk pamit setelah mendengarkan Vicky, temannya yang telah menyandang status duda, selesai bercerita mengenai perceraian yang pria itu alami. Nando sedikit bersimpati dengan Vicky, sisanya dia memaki pria itu dalam hati saat tahu jika Vicky digugat cerai mantan istrinya karena ia selingkuh.

"Yaelah! Lo lagi, lo lagi!"

Langkah Nando terhenti dan langsung menoleh pada suara cempreng barusan.

"Kayaknya gue lebih sering ketemu lo daripada emak bapak gue, deh."

Nando menghela napas. "Kenapa, sih, lo kayak buntut gue?"

"Dih! Najong." Meski begitu, Tasya tetap menghampiri Nando. "Habis ngapain lo?"

"Reuni sama anak aikido," sahut Nando, pun dia tidak menolak kehadiran sahabatnya. Menemukan Tasya di tempat favorit anak muda zaman sekarang memang bukan hal yang aneh. Tasya yang fomo dan selalu up to date, pasti akan mengikuti apa yang sedang trend.

"Gue juga habis reuni," kata Tasya, raut wajahnya menunjukkan kegembiraan.

"Sama siapa?" Nando berpindah ke sisi sebelah kiri Tasya saat akan menyeberang ke parkiran.

"Tessa, Anne, Elda, sama Maudy," ujar Tasya, menjabarkan satu per satu nama teman yang habis ia temui barusan.

"Itu mah bukan reuni, dodol! Tapi hangout." Nando berdecak lalu menjitak pelan dahi Tasya. Jelas ia kenal empat orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah teman SMA gadis itu. "Mana ada reuni cuma berlima kayak main monopoli."

"Nggak usah jitak segala, Nandolol!" Tasya langsung memberikan balasan dengan menjitak dahi pria itu lebih keras.

"Aw!" Nando meringis.

Tasya puas.

"Eh, ngomong-ngomong, lo udah tahu soal Janu sama Lika belum?" tanya Nando, masih sambil mengusap dahinya. "Tadi pagi abang lo datang ke rumah gue, tiba-tiba banget. Terus dia cerita soal hubungannya sama Lika. Awalnya gue nggak percaya dong. Masa modelan kayak abang lo bisa bikin Lika tertarik, tapi tadi siang waktu gue telepon, dia beneran lagi sama Lika."

Tasya mendengus. "Kan gue udah bilang, jangan ragukan Janu. Dia itu apa, sih, sebutannya? Kayak diam-diam menghanyutkan. Tipe cewek dia itu nggak ada yang saklek. Tiba-tiba pacaran sama yang kayak Dian, sekarang dekat sama Lika."

"Iya, sih." Hanya saja fakta idolanya menjadi gebetan sahabatnya sendiri masih sedikit sulit ia terima. "Tapi gue ragu hubungan mereka bakal serius."

Tasya menoleh. "Kenapa? Bukannya lo senang kalau Janu punya pacar lagi?"

"Iya, gue senang abang lo nggak lagi jadi tuna asmara," tandas Nando, sedikit jengkel. "Cuma dari awal aja hubungan mereka udah nggak jelas, Mei. Terus menurut lo, apa Lika cukup masuk ke dalam kriteria menantu keluarga kalian?"

Behind Her Lingerie ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora