Ch. 33 - One Step Closer

21.8K 2.3K 312
                                    

"Hai." Pria itu tersenyum kala menyadari tatapan bingung muncul dari wajah si pemilik rumah. "Tadi aku udah bilang mau mampir sebentar via chat. Belum dibaca, ya?"

"Hah? Chat?" Lika buru-buru mengecek Whatsapp dan benar saja, ada dua pesan baru dari Ganesh, tapi tidak ia sadari. "Sorry, sorry. Aku dari pagi belum buka WA sama sekali."

"It's okay." Ganesh tersenyum maklum lalu dia memberikan plastik berisi makanan dan sebuah botol anggur kepada Lika. "Martabak manis cokelat tanpa kacang dan white wine. Your favourite."

"Dalam rangka?" Lika melirik Ganesh penuh tanya.

"Ucapan terima kasih buat yang kemarin," kata Ganesh.

Melihat pria itu menunggu, Lika akhirnya kembali meletakkan pot di taman kecilnya lalu menerima hadiah dari Ganesh. Sebenarnya Lika sempat merasa khawatir, takut kalau tiba-tiba Janu kembali memergoki kehadiran pria itu dan membuat hubungan mereka kacau lagi.

"Baru balik?" tanya Ganesh, kala melihat penampilan.

Lika tertawa kecil. "Gitu, deh. Masuk dulu aja."

Ganesh mengangguk lalu dia mengikuti langkah Lika untuk masuk ke rumah tersebut. Takjub mungkin tidak cukup untuk menggambarkan bagaimana Ganesh memandang rumah berlantai dua tersebut. Sebagai orang yang pernah ada di secuil cerita hidup Lika, dia merasa bangga melihat pencapaian wanita itu.

"Sorry kalau aku kelihatan kayak gembel. Belum mandi dari semalam," ujar Lika, sembari mengambil minuman di kulkas lalu dia menghampiri Ganesh yang duduk di sofa.

"Kamu tinggal sendiri, Lik?" tanya Ganesh.

Lika mengangguk. "Dulu sempet sama Rony, sih."

"Bagus rumahmu," kata Ganesh, seraya membuka minuman kaleng yang disediakan Lika. "Besar, kayak impian kamu dulu."

"Iya dong, nggak sia-sia aku kerja dari remaja," ujar Lika.

Ganesh tersenyum lalu dia menyesap sedikit minuman di kaleng. "Ini hari terakhir aku di Jakarta, Lik. Aku baru balik lagi akhir bulan atau awal bulan Maret. Jadwal flight aku lumayan padat. Makanya aku sempatkan datang hari ini."

Lika mengangguk-angguk. "Baguslah kalau kamu sibuk. Kamu jadi nggak ada waktu buat bengong dan mikiran hal-hal buruk."

"I hope so," sahut Ganesh.

"By the way, kamu jalan sepagi ini cuma buat ke rumah aku?" tanya Lika, dia juga sempat teralihkan dengan penampilan Ganesh yang cukup rapi.

"Nggak, sih. Nanti siang aku mau ke rumah sakit buat jenguk Mama, ya walau pun udah dilarang sama dokter, tapi aku pengin lihat keadaan Mama meski dari jauh," kata Ganesh, lalu dia melirik Lika yang hanya bergumam singkat. "Mau ikut?"

"Mendadak banget kayak angkot berhenti," seloroh Lika, menciptkan tawa canggung di antara keduanya.

"Siapa tahu Mama masih ingat sama kamu. Apa dulu sebutan Mama buat kamu?" Ganesh berpikir sejenak, mengingat-ingat. "Si cantik?"

Lika berdecak. "Ngeledek, ya?"

Ganesh tertawa sambil menggeleng. Dia menatap Lika yang hampir tak pernah berubah di matanya. Ganesh menarik napas, banyak hal bergumul di kepalanya sejak dia meninggal rumah Lika semalam.

"Aku juga mau minta maaf, Lik," kata Ganesh, seraya menatap wanita itu. "Karena udah antar kamu pulang dan bikin pacar kamu nggak nyaman dengan itu semua."

Lika terdiam sejenak. "Dari mana ... kamu tahu?"

Ganesh mendengus. "Aku juga pernah pacaran, aku laki-laki. Siapa yang senang lihat pacarnya diantar sama laki-laki lain? Tengah malam pula. Next time kalau ada kesempatan, aku bakal jelasin ke pacarmu supaya dia nggak salah paham."

Behind Her Lingerie ✅Where stories live. Discover now