Part 37

919 142 29
                                    

Yeri sedang berjalan dengan hati hati, langkah agak cepat menusuri lorong lorong kantor yang kini mulai terlihat lengang.. sepi karena kebanyakan orang sudah pulang.

Jantungnya agak tak karuan mendapat momen berharga lagi kali ini. Setelah makan malam bersama Jin dan Go Eun, Go Eun berkata dia akan menemui temannya dan kemungkinan tidak kembali ke kantor. Sedangkan Yeri beralasan dia ingin mengerjakan tugas kuliah dan menebeng internet kantor karena internet di rumah agak lemot akhir akhir ini. Sedangkan Jin langsung pulang karena Somi menunggunya dirumah.

Kali ini Yeri memastikan sekelilingnya kosong lalu dia membuka ruangan kantor Go Eun. Dia menutup pintu lalu bersandar di pintu sambil memegang dadanya.. menenangkan sedikit jantungnya yang semakin berdetak dengan cepat.. “Ah aku bisa gila.. aku seperti seorang kriminal yang ingin merampok rumah.. sial.. aku harus melakukannya dengan cepat.” Rutuk Yeri.

Yeri mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. “Ah dimana benda itu..? Harus kumulai dari mana mencarinya.”

Yeri mulai mencari di lemari, beberapa waktu disana, Yeri tak menemukannya. Dia melanjutkan pencarian ke meja kerja Go Eun. Mulai dari tumpukan berkas dokumen dan laci laci. Namun saat tangannya menyentuh laci kedua.. dia mendengar langkah kaki.. suaranya semakin mendekat.. dan dari suaranya.. ini hentakan heels.. wanita.. langkah seorang wanita.. dan benar saja gagang pintu Go Eun berputar membuat Yeri mengambil jurus seribu bayangan masuk ke bawah meja kerja Go Eun dan menutup rapat mulutnya agar tak bersuara. Tak henti hentinya hatinya merutuk.. mengapa dia harus melakukan hal gila seperti ini?!

Langkah wanita itu perlahan memasuki ruangan. “Aneh, kemana anak itu.. katanya mau mengerjakan tugas dikantor tapi di mana mana tak ada.”

Suara Go Eun..

Yeri makin merutuk sambil memejamkan mata. Sebelah tangannya menutup mulutnya sendiri agar tak keceplosan bersuara.

Langkah Go Eun semakin mendekati meja kerjanya membuat Yeri menahan nafasnya. Namun pada saat yang sama ponsel Go Eun berdering, hampir saja hal itu membuat Yeri terperanjat kaget namun anak tengil itu berhasil menahannya dan membeku di posisinya.

“Ya.. ada apa?” ucap Go Eun dengan nada serius, lalu cukup lama dia terdiam lalu berkata lagi.

“Apa yang sebenarnya dia inginkan? Baiklah.. aku akan kesana.. tunggu aku.”

Setelah percakapan itu berakhir, Yeri mendengar Go Eun menghela nafas kasar. Dia mengambil gelas di pinggir meja kerjanya dan mengisinya dengan air dan meminumnya. Yeri bisa melihat ujung sepatu Go Eun dari tempatnya meringkuk, sungguh jika dia ketawan dalam posisi ini entah alasan apa yang harus dia berikan pada Go Eun, namun sepertinya keberuntungan masih ada dipihaknya karena setelah selesai minum Go Eun beranjak dari tempatnya lalu keluar dari ruangan.

Setelah terdengan pintu tertutup, Yeri baru bisa bernapas lega tapi dia menunggu beberapa saat disana.. tak melakukan apa apa.. bukan hanya untuk menenangkan jantungnya tetapi dia juga harus memastikan kalau Go Eun benar benar pergi dan tak kembali.

“Sial.. tadi itu saat saat paling menakutkan dalam hidupku.. Aish.. kalian berhutang besar padaku Unnie..” ucapnya pelan sambil sedikit mengintip ke luar.

Sepi.. Go Eun benar benar pergi.. dengan perlahan dia kembali mencari barang jahanam itu. Laci demi laci dia buka.. sampai akhirnya dia melihatnya.. Republic of South Korea Passport.

***

Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam namun tidak sekalipun Rosie menunjukan wajah lelahnya, dia tidak merasakan kantuk sedikitpun. Baru saja dia mengecek keadaan winter yang tentu saja sudah terlelap walau tantrum karena seharian tidak bertemu dengan orangtuanya. Rosiepun sangat merindukan Winter tapi keadaannya sedang tidak memungkinkan saat ini. Dia tidak mungkin meninggalkan Jisoo sendirian disini, apapun bisa terjadi saat Jisoo terbaring lemah seperti ini.

Love - RDonde viven las historias. Descúbrelo ahora