(53) KEHIDUPAN YANG SEIMBANG

2.7K 111 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen guyss....

Follow juga akun author yaa...

Happy reading... 




~#~





Khaleev menunggu harap-harap cemas didepan ruangan IGD. Didalam sana, ada Ryn yang tengah diperiksa keadaannya. Fikirannya sudah kotor, banyak hal negatif bersarang disana tentang keadaan sang istri.

Dari arah ujung lorong, terdengar derap langkah terburu-buru. Seth datang dengan wajah panik. "Kakak Ipar kenapa?" Lelaki itu langsung menyerbu dengan pertanyaan penuh keingin tahuan.

Khaleev yang tahu itu suara Seth mengehela nafas. "Tak tahu. Tadi pingsan dikamar" Jawabannya terdengar penuh kesenduan. Seth tak lagi bertanya karena dirinya tahu kalau Khaleev tengah kalut.

Tadi saat sarapan, maid mengatakan bahwasanya Khaleev meminta agar sarapan mereka dibawakan saja ke kamar. Seth yang mendengarnya sedikit heran. Tetapi mungkin alasannya karena Ryn yang masih sedikit tak enak badan karena tadi malam wanita itu tampak lesu.

Tetapi setelah selesai sarapan. Seth malah mendengar keributan dari arah ruang tamu. Setelah berlari ke arah ruang tamu, Ia malah tak menemuka apa-apa disana. Hanya ada satu maid yang tengah bersih-bersih. Setelah bertanya, ternyata Khaleev membawa Ryn ke rumah sakit karena tak sadarkan diri. Jelas dirinya kaget, dengan cepat pamit pada sang istri dan menyusul ke rumah sakit.


Ceklek

Pintu IGD terbuka. Seorang Dokter dengan pakaian khas nya keluar. Membuka masker menampakkan lebih jelas wajah wanita yang mungkin berusia sekitar kepala 4.

"Keluarga pasien?" Dokter itu bertanya dengan raut tak yakin pada Khaleev dan Seth yang berdiri disana.

"Saya Khaleev, suaminya Dokter" Khaleev maju mendekat sedangkan Seth mengikuti juga karena ingin tahu.

Dokter tersebut menampilkan senyumam tipis. "Tuan, anda tidak perlu setegang itu" Ujar sang Dokter.

Jelas Khaleev auto memasang tampang bingung "Maksud anda apa Dokter?" Terdengar nada tak senang.

Dokter tersebut semakin melebarkan senyumannya dengan tak sedikit pun merasa risih setelah mendengar nada Khaleev. "Tuan Khaleev, selamat" Khaleev menaikkan sebelah alisnya saat sang Dokter mengulurkan tangan ke arahnya.

Namun tak urung lelaki itu menerima uluran sang Dokter. "Selamat atas?" Jelas bertanya karena semakin dibuat bingung.

Dokter tersebut mengangguk tipis "Selamat karena sebentar lagi anda akan menjadi ayah" Ujar Dokter itu begitu santai.

Khaleev menegang. Bahkan tanpa sadar tangannya ditarik cepat. Matanya mengerjab seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Maksud anda?" Tanyanya ingin lebih memastikan.

Sedangkan Seth ditempatnya sudah greget. Kenapa sih hal seperti ini sering sekali terjadi. Mendadak bodoh saat mendengar berita bahagia.

"Tuan, istri anda hamil. Usianya sudah memasuki minggu ke 5. Tapi saat saya cek tadi, bisa dikatakan bahwa istri anda sedikit tertekan. Saya sarankan jangan biarkan istri anda banyak fikiran. Karena itu sangat berbahaya bagi kandungannya" Rasa bahagia dan khawatir pun menjadi satu.

"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi dahulu karena masih ada pasien yang harus saya tangani. Anda bisa langsung membawa istri anda pulang  setelah cairan infusnya nanti habis" Dokter itu berlalu dari sana setelah mendapat anggukan dari Khaleev.

"Wah, aku bakal dapat ponakan lagi" Seth maju dan menepuk bahu Khaleev. "Denger tuh, jangan buat beban aja Kakak Ipar. Minta maaf sana, kemarin udah buat sakit hati" Khaleev kembali dihantam kenyataan. Benar yang Seth katakan.

"Aku masuk dulu. Kau kalau ingin kembali silahkan. Kasian Ainsley dirumah" Seth mengangguk. Akhirnya dua lelaki itu berpisah untuk urusan masing-masing. Yang penting sudah tshu keadaan Ryn, aman.

Khaleev masuk dengan perlahan ke ruangan dimana Ryn berada. Berusaha sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara. Tapi sepertinya memang Ryn yang sudah lebih dulu bangun.

"Hey" Lelaki itu menyapa setelah berdiri disebelah sang istri. Tangannya tergerak mengusap puncak kepala Ryn. Wajah itu tampak begitu pucat dengan tatapan sayu.

Cup

"Maafin aku ya" Setelah mengecup lama didahi sang istri, Khaleev kembali bersuara. Terdengar begitu tulus. Setelahnya lelaki itu menarik kursi dipinggir brankar agar lebih mendekat.

Tangannya bergerak membawa tangan sang istri untuk digenggam. Diberikan elusan-elusan ringan dengan ibu jari sebelum dibawa menempel pada pipinya.

"Maafin aku atas yang terjadi belakangan kemarin. Aku, kalut" Manik lelaki itu bertubrukan langsung dengan sang istri. Tangannya yang bebas mengelus puncak kepala Ryn dengan penuh sayang.

Ryn sejenak memejamkan matanya saat pusing tiba-tiba saja kembali menghantam kepalanya. Untungnya hal itu tak datang untuk menetap. Terdengar helaan nafas berat diiringi kelopak mata yang kembali terbuka. "Jangan egois. Semua bisa dibicarakan baik-baik" Nadanya lembut. Lebih tepatnya masih terdengar berat seakan tertahan.

Khaleev mengangguk. Tanpa sadar maniknya mulai berair. "Aku ngerasa gagal jadi suami yang baik" Nadanya begitu pelan. Bahkan sangkin tak sanggupnya lelaki itu memilih memalingkan wajahnya.

Ryn kembali mengehela panjang. Tangannya yang diberi infus bergerak menyentuh pipi sang suami. Membawa wajah itu agar kembali menghadap dirinya. "Ssstttt... Kamu udah cukup baik kok buat aku dan Cello" Mencoba membawa suasana seakan semuanya baik-baik saja.

"Tapi-" Khaleev mengehela kasar. "Tapi aku sudah hampir buat kamu celaka. Apalagi, calon bayi kita" Nada lelaki itu bergetar. Matanya tampak semakin berembun.

Ryn tanpa sadar menahan nafasnya. Hal yang dikatakan sang suami dapat dicernanya dengan baik. "Aku, hamil?" Bertanya ingin memastikan lebih. Tatapan wanita itu penuh harap. Bahkan sampai menggigit bibir sendiri dengan jantung yang memompa ekstra didalam sana.

Khaleev mengangguk dua kali. "Iya sayang, kamu hamil lagi" Atensinya berpindah pada perut sang istri yang masih rata. Melepaskan genggamanannya dan berpindah mengelus perut itu. "Usianya 5 minggu" Imbuhnya.

Ryn tak mampu lagi menahan air matanya. Bulir kristal itu luruh dan menjadi deraian yang perlahan semakin deras. "Oohh, aku senang banget. Coba aja kalau masih ada Oma, pasti beliau ga kalah senangnya" Seru Ryn haru bercampur sedih.

Khaleev merunduk saat mendengar sang Oma kembali disebut. Rasa tak terima masih bersarang dihatinya walau sudah berusaha untuk ikhlas. Namun, sebelum dalang yang berulah sampai membuat sang Oma tiada belum ditemukan. Semuanya belum bisa dikatakan baik-baik saja.

"Sayang?" Ryn memanggil sang suami yang tampak melamun. Tangannya yang bebas dari infus berusaha mengusap air mata haru tadi. "Kamu kenapa?" Wanita itu merubah posisinya menyamping agar bisa menghadap penuh pada sang suami.

Khaleev menggeleng "Aku engga papa kok" Kilahan itu terbaik. Berbanding terbalik sekali dengan netranya yang sudah memerah. Kentara sekali lelaki itu tengah menahan tangis dan, marah?

Ryn menghela panjang "Maaf ya kalau tadi aku nyebut Oma. Pastik kamu jadi kefikiran lagikan" Dirinya paham sekali kenapa sang suami bisa berubah drastis tatapan dan rautnya.

Khaleev berusaha keras tersenyum "Kamu istirahat ya. Setelah cairan infusnya habis, kita pulang. Kasian Cello juga dirumah. Takutnya juga nanti Ainsley sibuk dengan anak kita lagi. Kan kasian juga dia" Ryn memilih patuh. Perlahan kelopaknya kembali merapat karena kantuk juga perlahan menyerang.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue

Happy reading

Give me your vote and comment

Jangan lupa di follow

14 Des 2022
-Dsc- 


Anagata (END) ✅Where stories live. Discover now