9. Young Parents

6.9K 142 3
                                    

⚠⚠⚠

•••

"Jadi, demikian p-presentasi.. Shh, yang b-bisa saya sampaika-ann.. Ahh!" Haechan yang tengah presentasi didepan kelasnya, mulai kehilangan fokusnya. Ia tak menyadari bahwa bawahnya sudah mengeluarkan cairan yang diyakininya adalah ketuban. Gurunya sudah mengira ini akan terjadi. Ketika melihat Haechan berjalan pelan sembari sesekali memegangi perut bawahnya.

"Haechan!" Guru beserta teman-temannya segera memapahnya untuk berdiri, tetapi Haechan tak kuat menahan rasa sakit dari perutnya yang mulas dan mulai berkontraksi kuat. Ia pun di dudukkan diatas lantai yang dingin dengan celananya yang terus mengeluarkan darah. Tak ada seorangpun yang berani mendekati Haechan untuk sekedar membantu.

Haechan terus mengerang menahan sakit, sembari terus mencengkeram kuat perutnya dan tangan lainnya memegangi paha dalamnya.

"Ahh.. M-markhh.." Haechan mulai kehilangan kesadarannya. Perutnya mulas dan terasa lubangnya dipaksa terbuka untuk jalan lahir buah hatinya. Tak ada yang tahu jika ia tengah mengandung. Mungkin, kecuali sang guru.

"Cepat panggil―"

"Itu Mark, Bu!" Semua mata melihatnya khawatir. Sang guru pun menghampiri Mark yang baru saja kembali dari toilet.

"MARK! HAECHAN AKAN MELAHIRKAN!" Mata Mark membola lalu mencoba menerobos masuk kedalam kerumunan teman-temannya itu.

"Awas! Minggir kalian!" Teriaknya marah. Semuanya membubarkan diri dan terlihat begitu khawatir dengan keadaan Haechan.

"Arghh.. Markhh.. Hngghh! Dia akan segera keluarr aahhh!" Haechan mencengkeram kerah seragam Mark dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Mark menatapnya sendu dan khawatir, ia pun mengangkat tubuh Haechan menuju uks.

"Tetap dikelas dan jangan keluar! Ibu akan segera kembali!" Sang guru pun pergi keluar kelas meninggalkan anak muridnya yang kebingungan, ketakutan, khawatir, dan cemas.

Terlihat dari jauh bahwa ada bercak darah di lantai tempat Haechan tadi berdiri serta cairan keruh yang baunya memenuhi ruangan. Dengan keberanian, semuanya memutuskan untuk mengelapnya dan membersihkan bekas darah itu.

"A-ahhh Markhhh sakitthh.. Ouhhh ngghhh.. Hikss, sakitthh eummghhh!" Haechan menyembunyikan wajahnya di bahu Mark. Mark menemaninya bersalin di uks, dengan dibantu oleh perawat disana. Haechan benar-benar lemas, ia tak bisa  mengejan lebih kuat lagi, ia kelelahan.

"Hngghh.. Ouhhhh hikss.. Eummghhh!!" Kini Mark naik ke bangkar menjadi sandaran Haechan. Mark terus menenangkan Haechan dan terus memberinya semangat.

"Haechan, aku disini.. Hm? Ayo dorong lagi, sayang" Mark menahan tangis kala Haechan terus meraung-raung mengeluh kesakitan. Mark tidak tega, Mark benar-benar jahat membuat beruang kesayangannya ini menderita.

"Markkhh!.. Sakitthhh.. Hngghhh ouhhhh.. Ahhh!" Haechan terus berteriak. Mark tahu, tak mudah mengeluarkan seorang manusia dari sebuah lubang yang begitu kecil. Ia seharusnya tidak membuat kesalahan sefatal ini pada Haechan.

"Hngghhh!!" Haechan mengejan hingga wajahnya memerah dengan sudut matanya yang terus mengeluarkan air matanya, dahi yang berkeringat serta rambutnya yang berantakan. Mark menggigit bibir melihat sekacau apa Haechan yang berjuang mengeluarkan bayi mereka.

"Eummghhh.. M-markhh.. AHH!" Haechan terkejut saat akhirnya kepala kecil itu keluar dari lubangnya. Mark menyingkap selimut yang Haechan pakai dan melihat kepala anaknya yang sudah keluar.

Haechan bangkit dan menungging, dipeluknya leher sang kekasih, ia jadikan penopang tubuhnya. Mark mengecup sekilas bahu Haechan yang berkeringat. Tubuhnya benar-benar bekerja keras.

"Sedikit lagi, sayang" Bisik Mark. Haechan pun mulai mengejan kembali.

"Hngghhh.. Markhhh.. Sakitthhh ouhhh.. Shh.. Ahh.."

"Ngghhhh ouhhh arghhh.. Shh.. Uhh.."

"ARGHH UHH MARKHHH! AHH AHHH!" Haechan terlihat panik saat bahu si kecil mulai sedikit demi sedikit keluar dari sarangnya. Disaat yang bersamaan Mark merasa seragam dibagian dadanya basah oleh sesuatu. Ia pun meraba-raba dada Haechan dan saat ia meremasnya keluarlah cairan putih yang diyakininya adalah susu.

"Ahh.. Markhh, j-jangannhh meremasnyaa o-ouhh.." Mark mengecup bibir merah muda itu sekilas untuk meminta maaf.

"Arghh.. A-akuu mau keluarrhh.. AHH!" Haechan mengeluarkan cairan lengketnya bersamaan dengan kaki si kecil yang ditarik keluar. Dadanya juga terasa penuh dan sesak. Mark lagi-lagi merasakan sesuatu yang basah, celananya kini terkena cairan putih milik Haechan.

*plop*

"Akhirnya.." Sang perawat mengelap keringat dan bernafas lega setelah setengah jam menunggu bayi itu yang akhirnya mau keluar. Haechan berbalik dan berbaring nyaman diatas paha Mark.

Ia menerima bayinya yang terlihat menangis kencang. Begitu putih dan bersih. Bayi laki-laki yang sehat. Haechan tertawa kecil sembari menangis haru dengan Mark yang terus meneteskan air matanya.

"Sayang.." Haechan mendekap erat buah hatinya dan terus mengecupnya sayang. Mark juga pengelus-elus lembut tangan serta kaki si bayi yang masih berselimut darah.

"Namanya siapa ya, Mark?" Tanya Haechan sembari memberikan susu miliknya pada bayinya.

"Lee Chenle"

Setelah 1-2 bulan, Haechan pun terbiasa memakai gendongan bayi dan membawa banyak perlengkapan Chenle. Teman-temannya dikelas hanya bisa menatap gemas Chenle yang selalu tertidur dan terus menyusu pada Haechan.

Mark akan marah jika anaknya disentuh-sentuh, jadi mereka hanya cukup melihatnya dan mencubit-cubit udara karena tak kuat dengan gemasnya bayi putih ini.

Belum lagi Mark harus membawa tas yang berisi perlengkapan Chenle dan juga tas sekolahnya, Haechan masih bisa membawa tasnya sendiri. Walaupun Mark sudah bersikukuh ingin membawakannya.

Guru-guru pun tidak keberatan, hanya saja Haechan tak boleh meninggalkan kewajibannya sebagai pelajar disamping ia sekarang sudah menjadi ibu dan Mark juga sudah menjadi ayah.

"Dadamu terlihat semakin besar, sayang" Bisik Mark sembari mengintip Chenle yang tengah menyusu. Haechan mendelik tak suka.

"Lalu kenapa, hm?" Mark merangkul kekasihnya dan mendengkur layaknya kucing dipundak Haechan. Ia merasa salah berbicara, jadi ia bertingkah seperti itu agar Haechan tak mengabaikannya.

"Tidak apa-apa, tetapi lelaki dominan lain akan menatapmu lapar, sayang. Aku tak suka" Bibirnya memang minta di beri lakban sepertinya.

"Lalu aku harus memakai bra wanita?" Tanya Haechan dengan nada tinggi. Mark sedikit tertegun dan kembali memeluk tubuh Haechan yang berisi itu erat dari samping.

"Tidak, tidak. Tidak perlu. Sudahlah, tak apa-apa dadamu terlihat juga" Mark menampilkan senyumnya yang terpaksa, Haechan pun kembali memperhatikan guru yang tengah menjelaskan di depan. Sesekali menepuk-nepuk pantat Chenle agar tenang dan tidak terganggu.

"Menggemaskan" Bisiknya dengan senyum manisnya, dikecup dahi anaknya seraya membisikkan banyak ungkapan rasa sayangnya.

"Kau juga harus ku kecup" Mark yang melirik kegiatan Haechan pada Chenle, ia pun melakukan hal yang sama yaitu mengecup dahi Haechan dan menempelkan kedua dahi mereka.

"Ekhem!"

Mark dan Haechan kalang kabut saat kegiatan mereka terlihat oleh guru dan teman-temannya.

"Ayah dan ibu mu sangat romantis sekali. Chenle! Xixixi" Jaemin mengelus perutnya dan memperagakan suara anak kecil.

Jaemin juga tengah mengandung anaknya dengan Lee Jeno.

end.

- chanmilkjen

15/12/22

Just Torment and Leave I ✓Where stories live. Discover now