Bab 30.Pemilik Harta

669 43 0
                                    

Hari demi hari kondisi ku berangsur membaik. Ku akui uang memang banyak membawa perubahan dalam segala hal. Aku tidak lagi membanting tulang kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan ataupun harus berhemat hingga keringat menetes dari siku demi untuk menyimpan rupiah dalam kantongku. Makan ku terjaga gizi dan nutrisinya bahkan beras pun beras organik kualitas tinggi hanya untuk menjaga kondisi ku semakin prima.

Namun disatu sisi aku harus tetap bertahan atas perlakuan negatif walaupun hanya sebatas sindiran maupun tatapan sinis setiap kali berpapasan. 

Seperti saat ini, aku seperti biasa menikmati langit di taman belakang. Langit sedikit mendung kali ini, walaupun waktu sudah menunjuk angka sebelas siang namun matahari masih enggan muncul.

"Wahhhh... ternyata cukup menyenangkan berdiri menikmati waktu senggang ya".

Aku tidak bergerak aku masih tetap fokus menikmati pemandangan walaupun Reno kini berdiri tidak jauh dariku. Aku tidak ingin diganggu dan merasa terganggu jadi ku biarkan saja ia mengoceh ataupun berdiri selama apa yang ia mau dimanapun dirumah ini.

"....Kau jelas merasa diatas angin karena .... tanpa bersusah payah sudah bisa menguasai harta Papa bukan. Bahkan Frans saja tidak mendapat bagian sebanyak itu padahal ia sudah banting tulang selama ini di Grup Matsusima".

........

Aku bisa merasakan Reno beralih menatap tajam padaku.

".....Asal kau tahu saja aku bisa melakukan hal yang lebih 'baik' daripada perlakuanku terakhir kali ".

Kali ini ia berhasil membuatku mengalihkan perhatianku dari langit, Reno tersenyum namun aku bisa melihat betapa ia membenciku dengan sangat.

"Aku tidak yakin kalian menginginkan posisi ku ".

"Menurutmu posisimu sekarang akan selamanya menjadi milikmu..?"

"Percayalah kau tidak ingin berada diposisi ku".

"Kau meremehkan ku...?"
"Aku tidak meremehkanmu sama sekali. Posisi ku jelas tidak menyenangkan".

"Kalau begitu serahkan padaku".

"Suatu saat kau akan menyesali permintaanmu".

"Reno...".

Perhatian kami serentak terpusat pada teriakan seseorang yang ternyata Mayumi. Aku segera mengalihkan perhatianku saat tangan lembut Mayumi menyentuh punggung Reno dan mengusap pelan disana. Aku tidak ingin rasa iri dan sedih itu kembali mengganggu ku . Jadi sebaiknya aku tidak melihat interaksi yang tidak pernah ku rasakan namun ..... sangat ingin ku miliki .Terlebih akhir akhir ini aku jadi merasa lebih cengeng daripada sebelumnya.

"Kamu ngapain disini..?"
Tatapan tidak senang dan menyelidik segera ia layangkan padaku .

"Oh gak Ma, cuma ngobrol aja. Lagian Reno harus tahu diri kan sebagai penumpang dirumahnya . Harus rajin nyapa ..".

"Jangan khawatirkan itu, mama udah ngurus itu semua. Dan papa mu udah setuju dengan persyaratan yang mama ajuin".

"Maksudnya mah...?"
"Papa setuju mencabut hukuman kamu dan merevisi ahli waris asal...".

Perhatian Mayumi teralihkan pada kehadiranku. Mungkin ia merasa aku pengganggu pembicaraan penting mereka. Aku kembali memusatkan perhatianku pada langit tanpa memperdulikan tatapan tidak senang yang dilayangkan Mayumi padaku barusan. Keduanya kemudian beriringan meninggalkanku sembari terus bercengkrama .Entah kenapa airmata ini kembali meleleh tanpa pemberitahuan sama sekali. Anehnya aku pernah merasa kelenjar penghasil airmata ditubuhku ini telah kering kerontang. Nyatanya akhir akhir ini sering membuncah dan berproses berlebihan. Akibatnya aku tiba tiba bisa menangis tersedu sedu atau aku terlalu perasa akhir akhir ini. Bahkan interaksi ibu dan anak barusan berhasil memukul ulu hati dengan tajam hingga mata ini kembali berulah. Padahal sebelumnya aku tidak pernah merasa sereceh ini cenderung tak perduli seiring waktu diabaikan. Namun saat ini berubah menjadi berbalik cengeng.

"Nona. tuan besar ingin bertemu dengan mu diruang kerjanya".

Buru buru ku bersihkan lelehan airmata dipipi ku dengan punggung tangan.

"Sekarang..?"
"Benar nona".

Aku mengikuti langkah sekretaris Pak tua yang melangkah terlebih dulu. Tanpa ragu pria yang sudah lama bekerja sebagai tangan kanan Pak Danu mendorong pintu masuk yang tertutup rapat.

Pintu dibelakang menutup seiring mata ku menemukan keberadaan Reno dan Mayumi juga disana.
" Masuk nak".
pak tua memanggil ku lembut namun mata orang lain terlihat tidak senang dengan itu. Aku berdiri di samping meja kerja sedikit mengambil jarak dari keberadaan dua orang lainnya yang berada tepat dihadapan meja.
"Ayah memanggil mu karena ada sesuatu yang memerlukan pendapat mu".
Mayumi terlihat sangat keberatan namun tidak mengatakan apapun hanya melipat kedua lengan mulusnya didepan dadanya.
"Saya rasa tidak ada hal yang memerlukan pendapat saya".
" mulai detik ini Sebagai pemilik saham terbesar di Grup Matsushima termasuk pemilik sah rumah ini. Kamu berhak menyuarakan pendapat mu tentang segala sesuatu yang terjadi disini . Pendapatmu adalah hal utama menjadi pertimbangan ku dalam mengambil keputusan apapun".
Aku tidak bergeming hanya menunggu kelanjutan pokok pembicaraan.
".... Reno menyatakan ingin keluar dari keluarga Matsushima beberapa waktu lalu namun Ibu mu memintanya untuk kembali sebagai anak sulung keluarga Matsushima Reno mengklaim jika ia kembali ia menginginkan tampuk kepemimpinan keluarga ini. Ini keputusan yang tidak mudah. Tapi sebagai ahli waris yang sah kamu bisa menolak atau menerima permintaan ini".
Beberapa menit berlalu aku masih berdiam diri.
"... Kamu memang anak bungsu keluarga Matsushima tetapi sebagai anak sulung Reno lebih berhak sebagai ahli waris. Terlebih ia lebih mumpuni dalam segala bidang dan itu sudah terbukti".
" Hmm benar kah? Entah kenapa yang saya tahu malah sebaliknya ".
Mata Mayumi melotot tidak senang.
Brakkkk..
" Pa, Mama sudah bilang bukan hal ini tidak perlu melibatkan anak ini lagi. Toh dia tidak ada sangkut pautnya dengan... ".
" Mayumi".
Suara berat dan tegas itu berhasil meredam segala ucapan kasar dari mulut wanita yang jelas melahirkan ku ini.
Sekali lagi aku menarik napas panjang.
"Jika memang Reno memiliki kualitas itu. Saya tidak pernah merasa keberatan untuk menyerahkan apapun yang jelas tidak saya kuasai dengan baik. Tetapi... ".
Pandangan ku beralih ke arah pak tua yang ternyata menyimak ku dengan baik.
".... Saya memerlukan bukti sebaik apa kemampuanmu".
" Apa maksud mu...? ".
Rupa nya Mayumi benar benar marah besar hingga buku tangannya memutih menekan pinggiran meja dengan kuat.
" Pak tua lebih mengerti dengan apa yang saya maksud. Segala prosesnya saya serahkan sepenuhnya dalam kekuasaannya ".
Danu Matsushima terdiam sebentar sebelum mengangguk beberapa kali.
" Baiklah jika itu keputusanmu. Ayah akan mengurusi segala prosesnya untuk itu minggu depan kamu harus menghadiri rapat direksi sebagai pemegang saham terbesar. Ini bukan pilihan namun kewajiban mu".
Aku mengangguk tanda mengerti.
"Saya rasa pembicaraan sudah selesai. Saya undur diri".
Sekali lagi mengangguk lalu beranjak pergi dari ruangan itu. Sedangkan Mayumi sudah siap melakukan protesnya namun sekali lagi itu bukan urusan ku. Terlalu melelahkan berada dibawah tatapan tidak suka yang dilayangkan padaku secara terang terangan.

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang