Bab 36. Calon pemimpin

536 41 0
                                    

Jari ku mengetuk perlahan dipermukaan meja kerja. Berusaha fokus disaat pikiran tidak ingin bekerja sama membuatku benar benar kualahan.
Seperti yang dikatakan Mino persoalan pengusutan pelaporan sudah teratasi dengan cepat. Namun siapa sangka dibelakangnya masih ada benang kusut yang perlu urai satu per satu.
"Bagaimana menurutmu..? ".
Yahhh... Pak Direktur Utama yang saat ini tengah menatapku benar benar tidak peka dengan tingkat ke linglungan ku saat ini. Jelas jelas aku hanya mengetuk meja dan memikirkan hal lain selama Mino dan Anton Kusumajaya berdiskusi. Dan saat ditanyakan seperti ini aku harus menjawab apa...? .
" pecat saja lah pa.. ".
Jawaban asal ku jelas mendapat lemparan pena dari direktur utama ini. Mino hanya mampu menghela napas panjang sembari menatap ku prihatin.
" Manajer Lio tolong lebih fokus lagi".
Aku hanya mengangguk dengan acuh. Otak ku kembali terbang menuju satu orang yang benar benar menguasai pikiranku saat ini.
Geplaaaakkkkkk...
Kepala ku digeplak oleh direktur utama dengan folder file yang cukup tebal dengan sukses.
Reni sekretarisnya pun meringis melihat kejadian kekerasan yang terjadi didepan matanya secara langsung sedangkn Mino hanya berdecak  bak cicak nyari perhatian betina.
"Heheheeee..."
Aku hanya meringis sembari mengelus bekas geplakan barusan.
"Keluar dulu deh, biar Mino saja yang menjelaskan. Kepala ku sakit melihat tingkah mu".
Aku hanya mengangkat bahu sembari melangkah keluar tak acuh. Daripada aku jadi sasaran kemarahan tidak jelas, diruang sekretaris aku bisa melamun sesuka hati ku.
Menduduki kursi tunggu yang berada tepat tidak jauh didepan meja sekretaris aku kembali melanjutkan lamunanku.
" Pak... ".
Aku menoleh kearah suara yang memanggilku barusan. Reni tersenyum ramah padaku yang jelas terlihat datar menatapnya.
" mau kopi..? ".
Aku menggeleng perlahan lalu bersiap melanjutkan lamunan. Tapi lagi lagi suara nya mengintrupsi.
" Pak Direktur sepertinya sangat sensitif akhir akhir ini. Ditambah suasana diperusahaan agak panas jadi harap maklum lah pak".
Mungkin kejadian tadi benar benar membuat shock wanita ini hingga ia berkesimpulan aku membutuhkan kopi. Padahal jelas jelas yang menggeplak ku barusan adalah perlakuan seorang ayah yang menegur anaknya yang sedang tidak berkelakuan baik. Tapi.. Sekali lagi aku maklumi karena wanita ini juga tidak tahu bahwa pria paruh baya yang baru saja melakukan tindak kekerasan terhadapku adalah ayah ku sendiri.

"... permisi, saya Jenit Dari PT. TirtaKencana .Saya sudah membuat janji untuk bertemu beliau jam satu siang. Apa beliau ada ..?"

Aku hanya memperhatikan komunikasi dua wanita yang tengah bekerja didepanku hingga perempuan bernama Jenit menduduki sofa didepan ku dan bersiap untuk menunggu. Setahu ku PT. Tirta Kencana adalah salah satu perusahaan anak cabang Grup Matshusima yang bergerak dibidang ekspedisi. Wanita itu mengangguk ramah padaku yang tanpa sadar memperhatikannya. Mudah mudahan bukan tampang genit yang tertangkap olehnya karena aku tidak berniat untuk tebar pesona saat ini.

"Maaf Mba.... saya boleh bertanya soal kedatangan Mba kemari..?"

Jenit terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan ku barusan.

"Gak papa mba, pak Lio ini Manager Pemasaran yang bertugas dianak cabang perusahaan yang kemarin bermasalah dengan PT.Tirta kencana. Saya tahu mungkin tidak nyaman tetapi saya rasa beliau perlu mengetahui perkembangan kasus ini dipihak PT.Tirta Kencana. Terlebih Beliau juga salah satu yang bertugas didalam penanganan kasus ini".

Reni dengan sangat baik hati menjelaskan hingga wanita satunya mengangguk mengerti.

"Sebenarnya itu yang ingin saya bahas dengan pak Anton karena beliau meminta pelaporan langsung dari pihak kami . Tapi mohon maaf saya tidak bisa membicarakan hal ini terlebih dulu dengan siapapun selain dengan beliau. Jad jika anda ingin tahu apa saja yang saya laporkan bisa bertanya langsung dengan beliau setelah bertemu dengan saya".

Senyum manis Jenit terlihat asam dimataku. Jelas jelas aku hanya bertanya kalau keberatan menjawab ya sudah tidak apa apa tidak usah menyarankan hal sepahit itu. Yang ada aku benar benar digeplak  lagi jika benar benar ku lakukan. Reni juga terlihat mesem mesem setelah mendengar jawaban Jenit barusan.

ceklek..

Mino sudah keluar dari ruangan aku segera mengekori langkah Mino menuju lift.

"Aku yakin kamu pasti mengetahui sesuatu".

Bisikan ku barusan kontan membuat Mino segera mendorongku sedikit kasar kearah samping.

"Uasem.. ngapain sih bisik bisik gitu kayak setan aja".

Aku tidak memperdulikan sungutan Mino namun kali ini aku tidak lagi menjahilinya.

"Beritahu aku kenapa utusan PT. Tirta Kencana melaporkan langsung kepada direktur utama. Jelas jelas ini terlalu mencurigakan".

"Tidak juga".

"Ayolah kasih tau aku ".

Mino menghela napas panjang lalu menatapku dengan penuh rasa prihatin.

"PT.Tirta Kencana berencana melakukan pergantian Direktur Cabang. Kabarnya karena hal ini banyak kasus akan ditutupi atau malah dibongkar ulang. Pergeseran pemimpin akan berpengaruh dengan kerjasama yang kita lakukan".

"Kok gitu, kan masalah kek gitu kan masalah internal gada sangkut pautnya dengan kita".

Lagi lagi Mino menghela napas kali ini bukan tatapan prihatin tetapi jelas terlihat sangat jengkel.

"Bro.. kek nya aku salah sudah membela mu diruang Direktur utama barusan. Ternyata Pak Anton benar. Kamu benar benar bocah belum matang".

Ting..

Mino melangkah lebih dulu keluar dari lift aku segera mengekorinya entah kemana ia melangkah. Tapi sebelum komentar ku layangkan mata ku sudah terfokus pada sosok berbalut blazer lilac yang melangkah penuh percaya diri didampingi Direktur utama Grup Matshusima disampingnya. Tertegun sebentar melihat sosoknya yang terlalu asing menuju kearah cafetaria ....

Plaaakkkkkk.....

"Bangsattt.... apa apaan......".
" Kamu yang bangsat.. Udh buat masalah sekarang mau nambah masalah baru. Kayak nya pengen banget didepak dari  list ahli waris".
"Hah...? ".
" Hah hoh hah hoh... Nih ku kasih tau satu fakta penting yang harus kamu tahu demi kelangsungan nomor antri pewarisan tampuk kepemimpinan kerajaan bisnis ini............... ".
Entah kenapa kalimat demi kalimat yang di ucapkan Mino tidak ku mengerti sama sekali. Bukan karena tiba tiba mengalami cacat tetapi.. Informasi yang dia ucapkan terlalu tidak masuk akal diotak ku yang sungguh briliant ini.
".... Ngerti gak...??? ".
Wajah Mino sudah teramat kesal karena aku hanya plonga plongo.
Mata ku kembali menangkap penampakan Direktur Utama yang bergegas keluar dari lift khusus didampingi sangat sekretaris menuju cafetaria.
"... Nah apa ku bilang. Pak direktur utama sendiri yang menyambut kedatangan calon direktur cabang yang baru. Atau.... Kali ini adalah kasus yang lebih istimewa... Menjalin kerjasama sekaligus memonopoli PT. Tirta Kencana dalam berbisnis".
" Tunggu maksud kamu... Gadis tadi ... Calon Direktur PT Tirta Kencana??? ".
" Hahhhhhh.... Capek ngomong sama kamu".
Mino ngeloyor pergi setelah memutar mata nya dengan jengkel.
Kenapa aku semakin hari semakin kebingungan dengan kemunculan gadis ini. Yang benar saja....?? Setau ku Gia tidak memiliki latar pendidikan bisnis sama sekali. Pendidikan nya hanya tamatan SMA itu pun mengikuti ujian penyetaraan. Lalu apa yang membuat Danu Matshusima menobatkannya menjadi  calon pemimpin PT. Tirta Kencana. Apa ada yang ku lewatkan....???

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang