4. Kenapa...?

137 35 30
                                    

"Sebenarnya Lo siapa?"
Entah apa yang lucu hingga pertanyaaan ini menimbulkan gelak tawa

~ Author

"Siapa yang memulai pertengkaran?" Pertanyaan dari kepala sekolah terdengar tegas dan menginterupsi kedua pemuda yang sudah duduk di hadapannya. Tapi di antara kedua pemuda tersebut belum ada yang membuka mulut untuk menjawab pertanyaan tersebut. Shandy, pemuda berambut gondrong tersebut malas membuka mulutnya dan entah apa yang dipikirkan kakak kelasnya hingga ia bungkam juga.

"Kalian pikir ini sekolah ajang adu jotos? Kalian pikir kalian keren dengan bercak darah dan memar biru di wajah?" Hening. Kedua murid yang berada di ruangan tersebut masih diam.

"Kenapa diam? Tadi saja kalian dengan sok kerennya berantem sampai membuat kantin heboh. Sekarang duduk di sini, di tempat sepi kalian justru hanya berdiam diri? Jawab!" Sentak kepala sekolah yang sudah kehabisan kesabaran dalam menghadapi ulah dua muridnya yang luar biasa ini. Shandy dan kakak kelasnya ini memang perpaduan yang pas dan cocok. Iya, pas dan cocok untuk membuat pusing dua kali lipat.

"Shandy yang mulai pak" Akhirnya ada yang buka suara memecah keheningan dan suasana tegang di ruangan ini.

"Benar Shandy?"

"Kalopun saya membela diri belum tentu anda percaya kan? Lalu buat apa saya menjawab?"

"Shandy kamu..." Baiklah, sepertinya kepala sekolah sudah geram dengan sifat Shandy. Ia pun menarik nafas dan memejamkan matanya guna menetralkan rasa emosi.

"Bersihkan toilet sebelah tangga lantai satu dan untuk Nando kamu toilet lantai dua. Saya tidak menerima bantahan atau protes jadi silahkan langsung keluar dari ruangan saya." Ucap kepala sekolah final. Setelahnya baik Shandy maupun Nando benar-benar keluar dari ruangan tersebut. Sampai luar, teman-teman Shandy yang memang menunggu segera menghampirinya. Memastikan bahwa Shandy baik-baik saja meski sebenarnya kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali.

"Shan.. ?" Panggil Gilang ketika ia sudah sampai di depan Shandy.

"Gue gapapa. Cuma suruh bersihin toilet lantai satu." Ucap Shandy enteng padahal temannya kaget karena baru sekarang Shandy mendapat hukuman bersih-bersih. Biasanya tidak jauh-jauh dari lapangan yang panas dan skorsing.

"Tumben. Ya udh kita bantuin ya." Tawar Ricky yang memang sebenarnya mereka selalu begitu. Jika salah satu terkena hukuman maka yang lain akan ikut. Sangat mencerminkan persahabatan yang solid bukan?

"Ngga usah. Mending kalian masuk kelas atau bolos kemana gitu. Gue mau sendiri." Setelah mengatakan itu Shandy berlalu melewati semua temannya yang masih berdiri mematung. Tidak biasa Shandy seperti ini, biasanya ia tidak akan segan-segan menyuruh temannya ikut ikut bersamanya. Apa yang membuat dia berbeda? Atau mungkin Shandy memang masih kesal hingga ia butuh waktu sendiri?

Sampai di toilet ia benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia tidak mengenal alat kebersihan apalagi cara memakainya. Ia sudah terbiasa dengan semua fasilitas mewah yang ia dapatkan sedari kecil. Hingga orang tuanya lupa mengajarkan kepadanya bagaimana cara agar dia bisa beres-beres meski hanya hal kecil.

"Duh gue harus bersihin ini toilet dari mana? Harus pake alat yang mana? Ini apa? Ini sapu atau pel?" Monolog Shandy yang memang tengah kebingungan. Satu tangannya memegang pel tapi satu tangannya lagi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tanda dia benar-benar bingung. Oh ya ampun Shandy, agaknya dia harus belajar menghafal alat-alat kebersihan kepada bi Siti. Karena bahkan ia pun tidak bisa membedakan mana sapu dan mana pel.

"Itu pel kak. Bisa kog bersihin toilet pake itu. Tapi lebih bersih lagi kalo pake sikat." Tiba-tiba saja suara Fenly sudah terdengar dari belakang tubuh Shandy. Entahlah sejak kapan pemuda berwajah tenang itu sampai di sana. Yang jelas, sekarang ia sudah menghampiri Shandy dan mengambil sikat serta cairan pembersih yang akan ia gunakan untuk membersikan toilet. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Fenly segera memulai pekerjaannya, yaitu membantu Shandy membereskan toilet lantai satu yang nyatanya memang kotor itu meninggalkan Shandy yang masih bengong dan tidak percaya bahwa Fenly ada di sini, membantunya.

Untitled || UN1TYWhere stories live. Discover now