eps. 17 : rencana

2.5K 419 19
                                    

millie berdiri di depan pagar yang menjulang tinggi, ia meyakinkan dirinya sebelum akhirnya berjalan masuk.

tangan millie bergerak memencet bel rumah, tidak butuh waktu lama seseorang membuka pintunya.

"maaf cari siapa ya non?" tanya mbak tia—selaku art.

"jayden" jawab millie.

"ah! non pasti pacarnya ya? mbak sempet bingung, soalnya baru pertama kali ada cewe yang berani kesini cari mas jayden, mangga atuh non masuk" ucap mbak tia mempersilahkan millie untuk masuk.

"tapi aku bukan pacarnya" sanggah millie.

"aish si non masih malu-malu kucing ternyata" ujar mbak tia.

"nyonya sama tuan lagi ga ada dirumah, non tenang aja" ujar mbak tia, gini-gini juga mbak tia pernah muda, jadi dia ngerti.

"ah iya" balas millie disertai senyum tipis.

tidak butuh waktu lama mereka sampai di depan kamar jayden.

"sok non, mbak mau kerjain yang lain dulu" ucap mbak tia.

"iya mbak, makasih ya" balas millie.

setelah melihat kepergian mbak tia, millie menghela dan membuang nafasnya berkali-kali. perempuan itu juga merapihkan penampilannya sebelum akhirnya ia mengetuk pintu kamar.

"masuk aja mbak" teriak jayden dari dalam kamar.

millie membuka pintu kamar, pemandangan yang pertama ia lihat adalah jayden yang sedang setengah duduk di kasur.

"hai" sapa millie dengan lambaian tangan yang canggung.

ketika jayden melihat millie ada perasaan senang di dalam hatinya.

"sini" ujar jayden

millie berjalan memasuki kamar, perempuan itu melihat keadaan jayden yang kacau—tangan kanannya yang digulungi perban, ujung bibirnya yang masih robek, wajahnya yang lebam serta plester yang menutupi luka di jidat kanan lelaki itu.

"jayden maaf, kamu jadi kaya gini gara-gara aku" ucap millie dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.

"gua gapapa, ke gores doang dikit, liat nih masih kuat kan" balas jayden.

bukannya berhenti millie malah makin nangis, jayden yang liat itu dibuat bingung.

"pasti sakit ya? harusnya kamu gausah nolongin aku kalau kaya gini" tanya millie yang sesenggukan.

"heh ga boleh ngomong gitu, luka gua ga separah itu kok" jawab jayden.

"cup cup cup, serius gua beneran gapapa, udah dong nangisnya" tangan jayden terulur untuk mengelap air mata yang membasahi kedua pipi millie.

jayden tidak bisa menahan senyumnya.

"kenapa? aku jelek kalo nangis?" tanya millie yang memicingkan matanya sinis.

"enggak, masih cantik kaya biasa" jawab jayden.

"misih cintik kiyi biisi" ledek millie sambil berakting seperti orang mau muntah.

"bawaanya pengen gua sumpel mulut lu pake bibir" ujar jayden.

millie yang kebetulan duduk di kursi itu langsung memundurkan kursinya, jauh-jauh dari jayden.

"astaga jokes doang sumpah, sini ah jangan jauh-jauh" ucap jayden berusaha meraih tangan millie.

"gamau wlee" balas millie sambil menjulurkan lidahnya.

"sini, gua masih pengen kangen-kangenan sama lu" rengek jayden persis kaya anak kecil yang ga dibeliin permen.

millie ngalah dan majuin kursinya ke tempat semula, tepat di sisi ranjang jayden.

pretty catWhere stories live. Discover now