10. Masalah Ricky

113 24 2
                                    

RICKY dan Fenly saling menatap satu sama lain. Sebenarnya, apa yang diucapkan Gilang barusan membuat mereka tertampar sedikit.

"Nah, kan, tercengang," ujar Gilang melihat reaksi kedua temannya. "Cerita aja, dah, gue dengerin."

"Nggak, sih, Lang. Gue cuma kepikiran Mama gue doang ..." celetuk Fenly tiba-tiba.

"Lho? Kenapa? Dokter juga bilang kalau Mama lo nggak kenapa-napa, hari ini bisa keluar, kan?" tanya Gilang heran. Aduh, Lang. Namanya juga seorang anak. Kalau ibunya masuk rumah sakit pasti kepikiran terus.

"Nggak apa-apa, kepikiran aja. Namanya juga anak," ucap Fenly sambil meraih segelas air dan meminumnya.

Gilang mengangguk, kemudian beralih kepada Ricky. "Rick? Kayaknya disini lo yang punya masalah, ya? Masih diem-diem aja."

Ricky menatap Gilang dan Fenly. "Nggak kenapa-napa."

"Bohong," Gilang menatap Ricky datar. "Rick, sebenarnya dari kemarin waktu lo nyamperin Bang Shan itu udah bikin gue ngerasa kalau lo itu lagi ada masalah. Habis gue ngeliat lo buka HP lo gegara ada pesan masuk. Masalah ini ada kaitannya sama Bang Shan atau gimana?"

"Nggak ada kaitannya, tapi Bang Shan tahu," jawab Ricky jujur.

"Masalah pribadi, ya?"

Ricky mengangkat bahu. "Lima puluh lima puluh kalau itu, mah."

"Apa, sih, gue nggak ngerti," Fenly menggaruk kepalanya.

"Makanya makan, jangan bengong, biar otaknya encer lagi," ejek Gilang sambil menjitak kepala Fenly dengan penuh rasa kasih sayang. Sayang pake banget, ya, Lang ...

Fenly hanya menatap Gilang datar dan langsung memakan makanan miliknya.

"Nah, kalau itu, mah, cerita aja. Gue kepo, hehehe," pinta Gilang.

"Nggak mau," Ricky menggeleng cepat.

"Kenapa? Kali aja gue bisa bantu," tanya Gilang heran. "Namanya juga manusia, mereka pasti punya masalah dan memilih buat dipendam sendiri karena nggak mau orang lain kasihan sama mereka. Tapi, dipendam juga nggak bagus, Rick. Sebagai teman, gue bisa bantu. Ya, nggak, Fen?"

Fenly hanya berdeham menanggapi ucapan Gilang.

Ricky menatap Gilang dengan salah satu tangan yang melepas kacamatanya untuk dibersihkan. "Lo pernah ngerasa, nggak, sih, Lang? Saat lo merasa tersudut dan nggak bisa ngapa-ngapain, terus lo dibuang gitu aja?"

Gilang sempat mengerutkan kening mendengar Ricky bertanya seperti itu sebelum pada akhirnya otaknya mencoba mencerna maksud dari pertanyaan Ricky.

Ricky kembali melanjutkan. "Dan saat tembok yang jadi tempat lo untuk bersandar seketika hancur karena mereka, lo mutusin buat nenangin diri lo dengan menghindari orang-orang itu dan pergi ke lingkungan baru yang lebih tenang. Tapi, beberapa tahun kemudian, mereka kembali dan minta lo untuk pulang ke lingkungan lama?"

Gilang mengangguk. Ia tahu ucapan Ricky adalah majas dan ia mengerti masalah apa yang dihadapi Ricky sekarang.

Jika Gilang mengalami nasib yang sama seperti Ricky, jika diminta untuk kembali ke lingkungan lama yang buruk, Gilang sudah jelas menolaknya. Jika lingkungan baru sudah bisa membuatmu menjadi lebih baik, buat apa kembali ke lingkungan lama yang penuh dengan luka?

Ricky, pemuda berumur dua puluh tahun itu memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan. Namun, masa lalunya tidak seperti Fiki atau Aulion yang diculik dan dijadikan kelinci percobaan oleh Skull Gun. Tidak sampai seseram itu.

Masa lalu Ricky bisa dibilang mirip sedikit dengan Fajri, kehilangan salah satu orang yang kita sayangi.

"Errr ... gue boleh cerita?"

Youth And Strength 2 : Ancaman (UN1TY) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang