24. Perangkap Pertama

156 25 8
                                    

FENLY terduduk lemas, tangannya memegangi perutnya yang terasa sakit, ia tak tahu sudah berapa banyak tendangan yang diterimanya di perutnya. Tak hanya itu saja, sudah banyak sekali lebam serta bercak merah yang tercetak pada badannya dan sudah mengering.

Hari sudah menjelang pagi, matahari sebentar lagi akan terbit, dan Fenly tidak bisa tidur sejak semalam karena luka-luka itu.

Keadaannya menyedihkan, auranya nampak redup, matanya bengkak, bagi Lucix itu adalah hukuman untuknya setelah Fenly ketahuan mengirimkan data mengenai Skull Gun secara diam-diam, Chandra alias Alif yang memberitahunya, entah bagaimana pria itu tahu jika Fenly melakukannya. Beruntungnya, Skull Gun hanya tahu jika Fenly mengirimkan data tentang diri mereka secara keseluruhan, bukan tentang rencana mereka.

Fenly mungkin memang menjadi bagian dari Skull Gun, tapi jangan lupa jika pria itu masih memiliki sisi lain dirinya sebagai seorang Fenly, bukan sebagai alter egonya itu untuk selamanya.

Setidaknya apa yang Fenly lakukan adalah perbuatan benar. Dengan mengirimkan data tentang rencana mereka yang sebenarnya, maka Agen Y.A.S dan Pemilik Kekuatan Khusus akan dengan mudah mengalahkan Skull Gun, dan dirinya bisa selamat jika hal itu terjadi.

Tangan Fenly tergerak menyentuh cip yang terpasang pada salah satu sisi bahunya, cip itu bisa menyala sewaktu-waktu tergantung keinginan Lucix, dan jika sudah menyala maka Fenly akan kehilangan kesadarannya meskipun tidak keseluruhan, ia masih bisa mencegah cip itu merenggut paksa dirinya.

"Haisssh ..." Fenly kembali merintih, merasakan sakit pada salah satu luka memar yang tercetak di tubuhnya, bergerak saja sudah sesakit ini, bagaimana jika nanti ia akan digunakan lagi untuk melawan? Benar-benar gila.

Krieeeeeettt ...

Fenly bisa merasakan pintu kurungan itu dibuka, nampak sosok dua orang pria memasuki ruangan itu dan menghampiri Fenly, di belakang mereka ada empat orang bersenjata yang tidak Fenly kenal namun ia tahu jika mereka adalah Skull Gun.

"Lu ... Lucix ..." gumamnya. Suaranya bahkan tak terdengar saking lirihnya.

Lucix menatap Fenly, kemudian berganti menatap Alif dan juga anak buahnya. "Bawa dia, sebentar lagi kita akan berangkat, berikan dia benda yang tadi."

"Baik."

Fenly tak tahu mereka akan melakukan apa terhadap dirinya, yang jelas Fenly hanya bisa pasrah saat tubuhnya dibawa secara paksa keluar dari ruangan itu dalam keadaan seperti ini.

"Kak Shandy ... Bang Han ... Gilang ... Ricky ... tolong gue ..."

***

Shandy kembali diliputi perasaan cemas luar biasa. Ini sudah memasuki waktu seminggu, dan Shandy hanya bisa berharap Lucix benar-benar tidak melakukannya seperti yang tertera dalam pesan yang dikirimkan untuknya.

"Memikirkan sesuatu?" suara perempuan itu membuat kepala Shandy menoleh, mendapati sosok gadis yang paling disayanginya seumur hidup ada disana dan membawa dua gelas kopi.

"Mikirin kamu, Nin," balas Shandy seadanya.

Nindy hanya tertawa kecil. "Mikirin aku nggak bakal ampe bengong sampai lupa cuci baju, Shan. Pasti mikirin yang laen. Ini, minum dulu, kalau nggak aku yang minum."

Shandy mengangguk pelan, mengambil gelas kopi dari atas nampan yang dibawa Nindy dan meneguknya beberapa kali, setelah itu ia meletakkan gelas diatas meja. "Perasaanku nggak enak aja, sih, Nin."

"Nggak enak kenapa? Skull Gun?"

"Ya ... begitulah," jawab Shandy, ia tidak memberitahukan kepada Nindy perihal Skull yang sempat mengancamnya jika tidak menyerahkan diri. Ia hanya tidak ingin Nindy khawatir.

Youth And Strength 2 : Ancaman (UN1TY) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang