38. Bareng ke sekolah

230 14 2
                                    

Matahari mulai menampakkan sinarnya, Maira pun sedikit terganggu karena sinar matahari menembus lubang jendela kamarnya.

Jam menunjukkan pukul setengah enam, Maira buru-buru bangun, dia kali ini telat bangun, tidak seperti biasanya yang bangun jam lima pagi.

Maira pun membuka tirai jendela kamarnya, ia pun menghembuskan nafasnya, dan tersenyum manis.

Bayang-bayang malam tadi masih teringat dipikirannya, tentang dirinya, Arven, dan malam.

Karena malam tadi mereka berdua sleep call sampai jam dua belas malam, makanya akibat dari itu Maira telat bangun pagi, tapi Maira tidak mempermasalahkan itu, karena hal yang dilakukan nya malam tadi bersama Arven belum tentu bisa dilakukannya kembali pada hari-hari besok.

Maira pun langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap ingin berangkat ke sekolah.

Sekitar sepuluh menitan Maira dengan ritual mandinya, setelah itu Maira duduk di depan cermin make up nya, seperti biasa, yaitu make up morning routine.

Setelah melakukan make up morning routine, Maira menyisir rambutnya dan tak lupa menyemprotkan parfum ke pakaian dan rok nya, lalu setelah itu Maira langsung memakai tas ransel berwarna biru gelap polos.

Lalu, Maira langsung keluar kamar dan menuruni anak tangga untuk sarapan pagi.

"Morning, Pah, Mah," sapa Maira seraya tersenyum dan menarik kursi kebelakang untuk duduk.

"Morning too sayang," sapa balik keduanya.

Namun, sebelum Maira makan, bunyi notif di handphone nya mengalihkan pandangannya, dengan cepat Maira membuka handphone nya, dan ternyata itu adalah notif pesan dari pacarnya.

Bby😾

Pagi ini aku jemput kamu yaa
Kalo udah sampe rumah kamu
Nanti aku call😉

Okeyy siapp❤️

_____________

"Pah, hari ini Papah gausah nganterin Maira ke sekolah ya," ujar Maira memberi tahu papahnya yang sedang memakan roti itu.

Farel yang sedang mengunyah roti itu pun langsung berhenti, "Kenapa? Kamu dijemput sama temen?" tanya Farel, karena ia tidak akan melepaskan anaknya sembarangan begitu saja.

Maira menggaruk tengkuknya, "Maira dijemput sama Arven," ujar Maira dengan salah tingkah.

"Arven? Dia siapa kamu?" tanya Amelia ikut nimbrung.

"Eum.. dia pacar aku, Mah, Pah." Maira menatap kedua orangtuanya.

Farel tersedak roti yang ia makan, Amelia pun langsung mengulurkan cangkir yang berisi air putih.

"Apa? Kamu pacaran? Papah ga salah denger?" nada bicara Farel mulai berubah menjadi tegas.

Maira menundukkan kepalanya, tidak berani menatap papahnya, "Iya, maaf Pah."

Farel berdecak, "Kamu ini masih SMA, Za. Bukannya Papah pernah bilang ke kamu? Masa SMA itu dinikmati dengan pertemanan dan masa-masa belajar, bukan malah dinikmati dengan pacaran."

"Tapi Pah-"

"Papa ga setuju," potong Farel langsung.

Maira langsung mendongak menatap papahnya, mata nya sudah berair menahan air mata yang sebentar lagi ingin keluar.

Amelia yang melihat suaminya begitu tegas itu pun langsung menegur, "Pah, biarin aja dong Maira memilih pasangan nya, ini masa-masa remaja dia, jadi memang waktunya dia punya pasangan," ujar Amelia.

ARZADonde viven las historias. Descúbrelo ahora