41. Teman >> musuh

312 6 3
                                    

Jam menunjukkan pukul tiga siang, Maira pun membereskan buku-bukunya untuk dimasukkan kedalam tas, karena sebentar lagi bel pulang akan dibunyikan.

"Zazaa.." panggil Arven dengan suara pelan, karena masih ada guru didepan.

Maira pun menoleh ke arah kekasihnya itu, "Kenapa?" tanya Maira.

"Nanti pulang dijemput siapa?" Pertanyaan rutin dari Arven sebelum pulang sekolah.

"Dijemput Pak Adam," jawab Maira.

"Oke siapp, nanti aku tunggu sampe kamu dijemput yaa," ujar Arven seraya tersenyum tipis.

Maira mengangguk dan membalas senyuman Arven.

Kringgg, kringg, kringg...

Bel pulang telah berbunyi, murid-murid pun langsung berhamburan keluar kelas dan langsung menuju parkiran, karena takut nanti akan ramai.

"Za, nanti malem sibuk, ga?" tanya Arven yang sedang berjalan beriringan dengan Maira.

"Engga sih, kenapa emangnya?" jawab Maira sambil membenarkan tasnya yang terasa berat di punggung.

Karena Arven tipikal cowo yang peka, jadi Arven langsung mengambil alih tas yang berada di punggung Maira, dan tas Maira pun diletakkan Arven dipundaknya sendiri.

"Eh, tas aku?" Maira mengerjabkan matanya, karena merasa heran.

"Berat kan? Biar aku aja yang bawain tas kamu." Arven mengusap kepala Maira.

"Soswett banget sih," puji Maira sambil mencubit pelan pipi kekasihnya itu.

"Jelas, pacar siapa dulu?" goda Arven yang membuat Maira salah tingkah.

"Pacarnya Zaza dong!" jawab Maira dengan antusias.

Arven terkekeh melihat tingkah laku Maira, yang dimatanya terlihat sangat gemas, "Ohya, kata kamu tadi ga sibuk kan? Gimana kalo malam ini kita jalan?" tawar Arven.

Maira langsung mengangguk semangat, "Ayo ayo! Kemanaaa?"

Arven tersenyum miring, lalu berbisik di telinga Maira, "Rahasia."

"IH NYEBELIN!" Maira langsung mode ngambek, dan berjalan mendahului Arven.

"Hey, tungguin sayang!" panggil Arven dengan senyum yang mengembang, tak sanggup melihat kegemasan gadisnya itu.

****

"Aku duluan ya, dadah." Maira langsung memasuki mobilnya ketika Pak Adam sudah sampai didepan gerbang sekolah.

Maira tak seperti biasanya, kini wajahnya masih saja cemberut, karena tidak persoalan tadi.

"Udahan dong cemberut nya, ayo senyum lagi." Arven berusaha membujuk kekasihnya itu, meskipun terhalang pintu mobil. Namun, kaca mobil sudah diturunkan oleh Maira.

"No!" Maira membuang pandangannya ke arah lain.

Arven tertawa, lalu menggelengkan kepalanya, kekasihnya ini memang benar-benar menggemaskan.

"Iya-iya, nanti aku kasih tau pas di WA aja, ya?" ujar Arven.

"Hm, okedeh." Maira tersenyum, meskipun masih terpaksa, lalu melambaikan tangannya dengan malas.

Arven yang melihat itu pun terkekeh kembali, masih tak menyangka, gadis yang dulu tergila-gila dengannya, dan tiap hari selalu mengganggu harinya, kini gadis itu berhasil meluluhkan hatinya, dan berakhir menjadi kekasihnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang