[3]

2.3K 194 8
                                    

Park Jisung x Park Chenle
BxB
Lokal
M-preg

Hope you like it!

🌺🌺🌺

Setelah mengemasi barang dari koper, Chenle turun ke bawah menuju dapur. Awalnya ia bingung dimana baju-bajunya ini harus diletakkan. Tiap pintu yang ditemukannya ia buka satu persatu. Namun, setelah melihat satu kamar yang menurutnya paling luas dan mewah, jadi Chenle memutuskan untuk menempati kamar itu.

Jangan pikir jika dirinya tidak tau itu adalah kamar Jisung. Bukankah mereka memang seharusnya satu ranjang?

Sesampainya di dapur, atensi Chenle langsung terfokus pada lemari es berwarna hitam mengkilap. Matanya mencari dimana keberadaan gagang yang seharusnya ada dipinggir pintu lemari es.

"Si anjir. Ini gagangnya kemana dah? Trus bukanya gimana?" Keluhnya.

Keningnya mengerut dalam. Selama dirinya tinggal di asrama sekolah, tidak pernah ia lihat modelan kulkas seperti ini.

"Orang kaya gila," gumamnya.

Matanya mengedar memperhatikan keseluruhan dapur mewah ini, dan matanya tertuju ke arah jejeran laci atas tepat di sebelah kulkas.

"Ada mie ga ya?"

Kakinya menjinjit untuk membuka laci satu persatu. Dan sampai yang terakhir pun tidak ditemukan nya sebungkus mie instan yang sering ia makan.

"Yailah, ga modal banget ni orang. Mie aja ga punya." Gerutunya.

Kaki yang berbalut training hitam itu ia tendangkan ke arah kulkas di sebelahnya. " Ga orangnya ga rumahnya aneh semua!"

Raut wajah Chenle tertekuk kesal. Matanya memicing melihat ke seluruh penjuru dapur. Dengan langkah menghentak, diarahkannya kakinya menuju meja makan.

Duduk disalah satu kursi kemudian menopang dagunya. Sibuk berfikir apa yang harus ia makan untuk siang ini. Hanya ada buah dan selai roti di atas meja. Oh ayolah, dirinya tidak akan kenyang hanya dengan makan roti. Lagipula dimana rotinya berada?!

"Beli aja kali ya,"

Mengangguk yakin, Chenle akhirnya pergi keluar rumah. Dirinya tadi sempat melihat minimarket disebelah taman komplek. Ya walaupun lumayan jauh, setidaknya itu lebih baik dari pada hanya duduk diam menahan lapar.

🌿🌿🌿

Tidak ada kendala selama Chenle berbelanja. Sekarang dirinya berada dalam perjalanan pulang. Satu tangannya memegang kresek putih lumayan besar berisi 8 bungkus mie instan dan 5 coklat batang. Tangannya yang lain sibuk menyuapkan sosis ke dalam mulut, berharap dapat mengganjal perutnya sebelum diisi dengan mie hangat kesukaannya.

Brugh

"Astaghfirullah!"

Kakinya menahan berat tubuhnya yang sedikit oleng lantaran tertabrak sesuatu. Kepalanya menunduk untuk melihat siapakah gerangan yang menabrak dirinya.

Badannya membeku saat menyadari ada yang salah disini.

Tunggu.

Matanya memang terpaku pada anak kecil yang terduduk dengan wajah menahan tangis didepannya. Tapi bukan itu yang membuatnya shock, melainkan—

Gue Kristen anjing! Ngapain istighfar, Cok!

Yah begitulah, jangan heran dengan tingkah lelaki manis ini. Banyaknya teman muslim yang dimilikinya membuatnya hapal dan ikut-ikutan.

"M—mama ... Hiks,"

Isakan kecil itu menyadarkan Chenle. Buru-buru disejajarkannya tubuhnya dan menarik si anak kecil untuk berdiri. Mulutnya dengan cepat menghabiskan sisa sosis tadi, kemudian menaruh belanjaannya di tanah.

"Maaf ya, kaka ga sengaja nabrak kamu,"

Kan lu duluan yang nabrak dek, batin Chenle.

Anak kecil didepannya hanya diam, menatap Chenle dengan air mata yang terus mengalir.

"Ada yang sakit?" Tanyanya lembut. Tangannya mengusap surai hitam legam anak itu.

"Nda ada, tan." kepala kecilnya menggeleng pelan.

"Tante?" Bibir Chenle berkedut, sedikit kesal lantaran dirinya di panggil Tante. Keningnya mengerut namun bibirnya tetap tersenyum.

Anak kecil itu tertawa melihat raut wajah Chenle. Tangan kecilnya ia arahkan untuk menepuk pelan pipi laki-laki manis bak malaikat dihadapannya. "Kaka cantik, ayo pacaran sama Kun!"

Chenle bingung, namun tak ayal perkataan anak kecil itu membuatnya tertawa. Sedikit tidak menyangka anak sekecil ini mengeluarkan kalimat yang bahkan Chenle pun belum pernah mengatakannya.

"Nama adek Kun, ya?"

"Iya, Kaka!" pipi gembilnya bersemu merah.

Chenle tersenyum, sangat terhibur dengan anak kecil bernama Kun ini. "Kalo gitu—" tangannya meraih coklat didalam kresek kemudian memberikannya pada Kun, "Ambil ini sebagai pertanda kita jadi temen, okay?"

Kun meraih coklat itu dengan dua tangan kecilnya. Matanya menatap Chenle bingung, "Kun sama kaka cantik nda pacaran?"

"Ngga, kaka udah nikah. Emangnya Kun mau jadi pelakor?" Tangannya mencubit gemas pipi gembil milik Kun.

"Eum ... Pelakor itu apa?"

Chenle yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya tertawa canggung. Tangannya menepuk pelan bahu Kun kemudian menggeleng. "Nanti Kun tau sendiri. Sekarang Kun balik main gih."

Wajah Kun berubah murung. Walaupun hatinya tidak rela, tapi apa boleh buat. Temannya juga pasti sedang menunggu saat ini.

"Dadah kaka cantik,"

Kaki kecilnya berlari menjauhi Chenle dan tangannya melambai cepat. Kepalanya pun sesekali menoleh ke belakang, melihat malaikat cantik yang membuatnya senang bukan kepalang, "Nanti kita ketemu lagi ya!!" Teriaknya.

Chenle tertawa, kepalanya mengangguk cepat mengiyakan ucapan Kun. Matanya pun mengekori Kun sampai badan kecilnya hilang ditikungan jalan komplek.

"Anak siapa dah itu. Bibit buaya,"

Lelaki manis itu mengambil kresek yang sempat ia acuhkan. Kakinya kembali melangkah untuk segera sampai di rumah. Dirinya benar-benar lapar. Abaikan saja suaminya yang entah akan makan apa nanti.

🌺🌺🌺

TBC

Cut!!!

Kun kecil-kecil udah jago tuh, udah berani nembak dan ngungkapin perasaannya. Masa kamu yang udah gede mau dipendem terus perasaannya??

...

See you~

NIKAH [JiChen] Место, где живут истории. Откройте их для себя