𝔹𝕌𝔻𝔸𝕐𝔸𝕂𝔸ℕ 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝕄𝔼𝕄𝔹𝔸ℂ𝔸-!
°°°
[ SEQUEL MAGNET ]
Bisa membaca magnet 1 terlebih dahulu agar tidak bingung.
❝ Rasa penyesalan terbesar gua adalah ketika mengabaikan orang yang sangat berarti di h...
warning : there is a blood photo. there are violent scenes, harap untuk tidak di tiru!
Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
°°°
ARA menghentikan mobilnya tepat di depan gudang. Pencahayaan yang tidak ada sama sekali, hanya sinar bulan saja tidak membuat gudang dan sekitarnya terlihat terang. Ara menyalakan flashlight di ponselnya, lalu dengan hati-hati berjalan memasuki gudang tersebut.
Sekelebat bayangan hitam di dinding yang tersorot flashlight membuat Ara tersentak kaget. Ia mengarahkan cahayanya kearah bayangan tersebut. Tetapi, sudah tidak ada. Di ujung sana hanya ada belokan memasuki gudang.
Apa itu pertanda Samudra ada di sana?
Dengan berani, Ara melanjutkan langkahnya kembali, ia mengikuti arah bayangan hitam yang ia yakini itu adalah sebuah petunjuk, Ara tidak boleh langsung mundur ketakutan begitu saja.
"Kak Samu?"
Krek.
Ara menoleh ke belakang kala mendengar suara benda yang terinjak. Jantungnya semakin berpacu dengan cepat. Rasanya ia ingin menangis sekarang juga.
"Kak Samu?"
Ara mendengar langkah kaki yang mulai mendekat. Kemudian, terlihat sepatu hitam yang sudah berdiri di depannya. Rahang Ara mengeras, emosinya tiba-tiba muncul.
"Justin sialan dimana Kak Samu?!"
Gelak tawa terdengar membuat gadis itu semakin emosi. Ia melayangkan pukulannya mengenai wajah pria itu.
"Jawab!"
Raut wajah Justin berubah, pria itu menatap Ara dengan tajam. Kedua tangannya terulur kearah leher gadis itu, lalu mencekiknya keras.
"Lu berani sama gue, hah?!"
"Gue gak pernah takut sama lo!" jawab Ara, sebisa mungkin ia melepaskan tangan Justin dari lehernya.
"Coba bilang sekali lagi!" Cekikan di lehernya semakin keras. Ara menarik napasnya dalam-dalam walaupun susah, ia memukul-mukul tangan pria itu. "Akh, lepash, brengsek!"
"Gue akui lu berani datang ke sini! Cuma harusnya lu mikir minimal buat diri lu sendiri."
Ara tidak bisa mencerna perkataan yang di lontarkan Justin, lehernya semakin terasa sakit, ia dengan keras menginjak kaki pria itu agar cekikannya terlepas.
"Hoh, Justin anjing!" Ara memegang lehernya, menormalkan kembali napasnya. "Kasih tau gue dimana Samudra!"
"Aman dia mah sama Chaitlyn, khawatir banget kayaknya."