𝔹𝕌𝔻𝔸𝕐𝔸𝕂𝔸ℕ 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝕄𝔼𝕄𝔹𝔸ℂ𝔸-!
°°°
[ SEQUEL MAGNET ]
Bisa membaca magnet 1 terlebih dahulu agar tidak bingung.
❝ Rasa penyesalan terbesar gua adalah ketika mengabaikan orang yang sangat berarti di h...
yg belum baca part 40, baca dulu yuk? BACANYA PELAN-PELAN YA! NARASINYA JUGA DI BACA, JANGAN DIALOGNYA AJA, BIAR PAHAM.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
JUSTIN dan Chaitlyn di jatuhkan hukuman penjara seumur hidup. Tidak ada alasan untuk meringankan hukuman mereka. Justin, selain kasus pembunuhan berencana ini, pria itu sudah membohongi pihak-pihak mengenai kematiannya. Bahkan, Tante dan Paman Justin yang terlibat dari awal—lebih tepatnya membantu Justin melancarkan rencananya, kini di tambah hukumannya lebih lama.
Pada saat itu, tepat Justin sebelum mendonorkan hatinya untuk Ara, Tante dan Pamannya yang memang menunggu Justin karena orang tuanya yang masih ada di luar negeri, diam-diam menyogok pihak rumah sakit untuk membuat berita duka, bahwa Justin meninggal dunia setelah mendonorkan hatinya untuk Ara.
Tidak hanya dokternya saja, bahkan kini rumah sakitnya di tutup sementara dan tengah di selidiki oleh polisi untuk lebih lanjut.
Untuk yang dikubur, itu salah satu korban kecelakaan yang tidak jelas identitasnya, bahkan tidak ada satu pihak dari keluarga yang datang. Semua rencana Justin, telah terwujud satu persatu serapi mungkin.
Kini, Samudra yang baru saja datang langsung memegang tangan Ara kuat. Para polisi yang memang sedang memantau Samudra pun hanya bisa menunggu di luar ruangan. Pria itu, di hubungi oleh Alex bahwa kondisi Ara semakin buruk. Pria itu memohon-mohon kepada polisi untuk mengantarnya ke rumah sakit, tapi naas, saat di perjalanan ada pemberitahuan kembali bahwa gadisnya itu tidak bisa di selamatkan.
Samudra berjalan kearah brangkar yang ada tulisan Xylona Aranessya, dengan tangan gemetar, pria itu membuka kain yang menutupi seluruh tubuh Ara. Pria itu menatap Ara dengan pandangan kosongnya, tubuhnya terasa semakin lemas, apalagi dadanya yang semakin merasa sakit dan sesak. Wajah gadis itu pucat, matanya terpejam damai, Samudra memegang wajah Ara, lalu mengelusnya pelan, kulit gadis itu terasa begitu dingin. Tangis Samudra pecah begitu saja.
"Arghhh Ara, hiks." Samudra melipat kakinya, lalu menopang tubuhnya dengan lututnya tersebut. Pria itu memeluk Ara seraya menenggelamkan wajahnya di ceruk gadisnya itu. Tangis Samudra semakin keras membuat para polisi dan orang-orang yang berada di luarpun langsung masuk.
"Ssstt sayang ikhlasin, Nak."
Samudra mendongak, menatap Sharen yang kini berdiri di sampingnya, pria itu langsung memeluk Maminya itu. "Mi..., Ara nggak pergi, kan, Mi? Bilang ke Samudra kalau Ara masih hidup, Mi, hiks."
Sharen mengusap air matanya yang jatuh, tangannya bergerak mengelus punggung anaknya itu. "Samudra, kamu harus bisa menerima kenyataan ya, sayang?"