BAB 29

237 40 1
                                    

Kereta api dari Buitenzorg yang membawa Jasper dan Tiana berhenti di stasiun Tanjung Priok di Batavia. Stasiun yang berada di atas pelabuhan membuat Tiana dapat melihat lautan dengan jelas. Tatapan kagumnya terlempar pada kapal-kapal besar yang tengah bersandar di dermaga, berayun seirama dengan terpaan ombak. Ini pertama kalinya Tiana melihat kapal besar secara langsung, kapal itu bahkan lebih besar daripada pabrik teh di kampungnya. Tiang-tiang kapalnya sebesar batang pohon waringin angker yang selalu dijauhinya. Kuli-kuli bekerja mengangkut di Kapal-kapal dagang dan kapal bermuatan batubara, sibuk menaik-turunkan muatannya.

"Kita tunggu Ki Japra berhasil menyewa kereta kuda, baru turun. Udaranya pasti panas sekali di luar." ujar Jasper ikut melongokkan kepalanya, bedanya dia melihat panasnya terpaan matahari di pelabuhan.

Sementara ketiga orang centeng lainnya sudah menurunkan barang bawaan mereka dan menunggu di peron.

"Kita langsung ke tempat mama Liesbeth, Jasper?"

"Sebaiknya kita cari penginapan dulu. Setelah meletakkan barang-barang dan mengisi perut kita bisa ke hospital mencari dokter Liesbeth."

"Hmm."

"Apa tidak ada penumpang yang naik kapal di pelabuhan ini, Jasper?"

"Biasanya ramai, ini pelabuhan terbesar di Jawa."

"Oh, hari ini tidak ada kapal penumpang yang bersandar. Hanya kapal-kapal barang saja."

"Tidak banyak yang mau mengunjungi Jawa sekarang, wabah malaria masih membuat mereka takut. Lihat para pelaut pun memilih tetap di sekitar kapal daripada berjalan-jalan di kota."

"Jasper, lihat, lihat! Kapal yang itu besar sekali."

Tiana mengguncang tangan Jasper heboh, seperti anak kecil dia bersemangat menunjuk sebuah kapal yang baru datang.

"Oh, kapal Brigantine. Untuk ukuran kapal layar itu cukup besar, tapi bukan yang terbesar saat ini."

"Ah, aku pernah membacanya di koran. Inggris membuat kapal terbesar di Dunia. SS Great Eastern dan RMS Oceanic, benar bukan? Kamu pernah menaiki kapal sebesar itu, Jasper?"

"Belum. Rata-rata kapal penumpang sekarang sebesar kapal itu." Tunjuk Jasper,"Dan lagi saat ini kapal uap sudah mulai menggantikan kapal layar. Walau masih belum ada yang menggunakannya di sini, kita bisa menaikinya di Eropa atau Amerika. Selama tidak ada perang, saya akan mengajakmu kesana, Tiana."

"Aku baru pertama kali melihat laut." gumam Tiana dengan tangan yang memangku wajahnya.

"Saya akan mengajakmu kemari lagi, besok pagi atau sore nanti. Saat matahari tidak membakar kulit."

"Aku tidak sabar untuk menyentuh air laut."

"Tuan, kereta sudah siap." Salah satu centeng Jasper datang dan menghentikan perbincangan mereka.

Jasper berdiri dan mengulurkan tangan, membantu Tiana ikut turun dari kereta.

"Ugh, panas sekali." keluh Jasper begitu menapakkan kaki di peron.

"Sebelah sini, tuan."

Jasper dan Tiana mengikuti centeng ke luar stasiun. Tiana benar-benar mengalami hal baru di Batavia, di stasiun Buitenzorg setiap penumpang yang turun akan langsung mengarah ke pintu keluar, disini berbeda. Penumpang di stasiun tanjung priuk selalu sibuk, ada yang berganti kereta menuju ke kota, ada yang tergopoh-gopoh mengejar kapal dan sebagian seperti Tiana berjalan menuju kereta jemputan di luar stasiun. Pun, ketika keluar dari stasiun yang menyambutnya berbeda, bukan andong atau delman tapi kereta kuda yang berjejer rapi, andong masih terlihat tapi jauh di ujung sana. Batavia begitu berbeda dari Buitenzorg.

Jasper & TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang