Chapter 38

34.5K 4K 305
                                    


Hari sudah malam, semua keluarga Adipradana sudah berkumpul di ruang makan kecuali Mikael dan Ishaira. Sania sedang menyiapkan makan malam sendirian.

Semua sudah duduk di posisi masing masing, kursi yang biasa di duduki oleh Abraham kini ditempati oleh Benjamin. Ela dan melinda juga duduk bersebelahan. Ela bergelayut manja di tangan Oma nya, Jayden dan Sebastian yang melihat itu sangat muak.

Abraham sendiri hanya diam dengan wajah dingin dan sesekali menatap istrinya yang sedang menyiapkan makan malam. Benjamin menghela nafas melihat keluarga nya yang diam dan sibuk dengan kegiatan masing masing padahal mereka ada pada satu meja.

Makan malam sudah siap, tapi Ishaira dan mikael belum turun. "Aira kemana?" Benjamin bertanya ketika belum mendapati cucu perempuan kesayangan nya, jika Ela adalah cucu kesayangan Oma maka Ishaira adalah cucu kesayangan opa.

"Aira masih nemenin Adek mandi." Jawab Sania dengan tenang.

Melinda mengerutkan kening nya tak suka. "Berapa umur anak itu? Kenapa mandi pun harus di temani?" Tanya nya tak suka. Omong omong dia belum melihat wajah mikael secara langsung. Dia hanya melihat di foto yang dipajang di setiap ruangan. Meski sebenarnya melinda cukup terpana melihat paras mikael tetapi mengingat apa yang dilakukan anak itu pada Ela membuat nya tidak suka.

"Oma Ela sudah lapar." Rengek nya. Melinda mengusap lembut rambut cucu nya. "Sabar sebentar lagi ya."

Benjamin mengerutkan kening nya. Mikael? Bukankah dia cucu baru nya? Abraham sudah menceritakan semua nya, ia juga sudah melihat foto foto mikael yang banyak terpajang di rumah ini. Hm pria tua itu tidak sabar melihat secara langsung cucu bungus nya.

Tak lama Ishaira datang dengan mikael di gandengan nya, mereka memakai piyama dengan motif dan warna yang sama. Motif bebek tentu saja! Wajah mikael terlihat murung, dia masih tidak terima boneka nya habis terbakar. Tapi melihat ada orang asing di sana, dia melupakan kesedihan nya sejenak.

Mikael menciut dan menyembunyikan dirinya di belakang tubuh Ishaira ketika melihat dua orang asing, terlebih wanita tua yang asing itu menatap nya dengan tajam.

"Adek sini." Abraham melambaikan tangan nya. Ishaira terkekeh, dia menarik mikael yang berada di belakang nya untuk mendekat pada mereka tanpa mempedulikan Oma nya sedikitpun.

Setelah dekat dengan Abraham, mikael segera memeluk Daddy nya dan menyembunyikan wajah nya di dada sang Daddy.

"Mereka siapa dad?" Bisik mikael penasaran. Dia mengintip kakek tua yang duduk di tempat sang Daddy, pasalnya kakek tua itu menatap nya dengan intens.

"Mereka Oma dan opa kamu sayang." Jawab Abraham.

Benjamin menatap cucu baru nya, meski wajah nya datar tetapi dalam hati nya dia sudah menjerit melihat wajah lucu itu wajah yang bahkan lebih indah dari Ela. Semakin tua, Benjamin semakin menyukai sesuatu yang lucu. Dan setelah dia melihat cucu baru nya yang lucu bagaimana mungkin Benjamin tidak menyukai nya?

"Ekhm." Benjamin berdehem. Dia menatap mikael dengan tatapan sulit di artikan. "Kemari lah, biarkan opa melihat mu." Ucap nya.

Mikael menatap Daddy nya, melihat Daddy nya mengangguk, mikael berjalan dengan ragu, dia meremas ujung piyama nya.

"Tsk untuk apa berbasa-basi, cucu ku Ela sudah lapar!" Melinda melempar kan tatapan tajam pada mikael membuat si mungil tersentak dan berhenti melangkah, di menatap Daddy, mommy dan kakak kakak nya dengan wajah pias.

"Diamlah Melinda." Benjamin menatap tajam istri nya, berani sekali menginterupsi nya!

Melinda bagaimana pun takut pada suami nya, jadi dia kembali diam dengan kesal.

[BL]suddenly become an extra Where stories live. Discover now